Pesona Curug Cigamea di Kaki Gunung Salak



Warna pelangi tiba-tiba membentuk setengah lingkaran di depan riuh gemericik air terjun dengan ketinggian 70 meter itu. Para pengunjung dengan riang mengabadikan momen langka dengan menjadikan pelangi dan air terjun sebagai background. 

Meskipun bukan suasana libur, Suasana di Curug Cigamea siang itu ramai. Pengunjung dari berbagai kalangan usia memadati kawasan wisata yang terletak di Kampung Cigamea RT 01/08 Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan atau di kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE), Bogor. 

Terang saja, Curug Cigamea merupakan salah satu destinasi wisata favorit, selain beberapa objek lain di kawasan GSE. Di sana, terdapat dua curug yang memadu dengan keindahan alam; Curug Cimudal dengan ketinggian 70 meter dan Curug Cigamea yang memiliki dua tingkatan dengan ketinggian sekitar 100 meter. 

"Curug Cigamea mudah untuk diakses, terbilang paling dekat dengan jalan raya. Apalagi di sini menawarkan pemandangan yang indah," kata Amelia (22), pendatang asal Kota Bogor yang mengisi liburan bersama beberapa rekannya. 

Curug Cigamea, dari jalan raya akses GSE berjarak 460 meter atau ditempuh selama 10 menit dengan jalan kaki menuruni tangga-tangga. Selain menawarkan pemandangan panorama alam, di sana pengunjung juga bisa melakukan terapi ikan di beberapa saung yang tersebar di kawasan itu. Tersedia pula gazebo-gazebo kecil yang bisa digunakan sebagai tempat bersantai sembari memandangi keindangan Curug Cigamea.

Memiliki permukaan dangkal, menjadi kelebihan lain Curug Cigamea. Sehingga, pengunjung bisa lebih aman untuk mandi di bawah air terjun sambil menikmati sensasi embusan angin segar yang diciptakan oleh air terjun. Apalagi, jika sedang beruntung, seperti kunjungan Warta Kota awal pekan ini, pelangi-pelangi cantik hadir di tengah keindahan panorama alam di sana.

Umumnya, pengunjung Curug Cigamea ramai pada akhir pekan atau liburan, kata seorang pemandu wisata di sana bernama Sablenk. "Rata-rata pengunjung di akhir pekan 500 orang. Kalau libur hari besar atau tahun baru bisa sampai 2000 orang," jelasnya. 

Kawasan wisata GSE yang semakin kandang membuat Curug Cigamea kini tidak hanya dikunjungi oleh masyarakat lokal. Kata Sablenk, justru pada akhir pekan mayoritas pengunjung berasal dari luar kota. "Paling banyak dari Jakarta" katanya. 



Enteng Jodoh

Curug Cigamea mulai dibuka sebagai destinasi wisata pada awal 1990an. Pada awal dibuka, memang belum begitu ramai karena kurangnya promosi dan kendala sarana dan prasarana untuk menuju ke lokasi. Kawasan itu baru ramai pada awal 2000an.

Percaya atau tidak, dari kepercayaan orang-orang sekitar, datang ke curug ini bisa membuat orang enteng jodoh atau membuat hubungan asmara semakin rekat. Ketika ditemui, Ismanto selaku staff pengeola Curug Cigamea menjelaskan kepercayaan orang-orang tersebut memang sudah ada sejak lama.

“Di bawah curug itu ada air yang keluar secara alami dari sebuah batu. Kalau orang sini nyebutnya Cai Kahuripan atau air kehidupan. Banyak yang percaya, jika mandi atau mengambil air itu bisa membuat seseoang enteng jodoh,” jelasnya.

Di luar eksotika pemandangannya, Curug Cigamea ternyata menyimpan cerita lain, utamanya tentang kesakralan tempat tersebut. Menurut Ismanto, para pegiat kebatinan memiliki keyakinan tempat yang ditemukan pada 1967 tersebut merupakan petilasan Prabu Siliwangi, Raja Padjajaran. Itu sebabnya pada malam-malam tertentu banyak orang dari berbagai daerah datang ke bawah curug untuk mandi.

“Kalau di sini bukan untuk ngalap berkah atau mencari kekayaan, melainkan supaya mudah mendapatkan jodoh atau untuk pengasihan. Tiap malam jumat banyak orang yang memiliki kepercayaan seperti itu datang ke sini untuk mandi. Bahkan ada beberapa airtis sampai politikus sering datang ke sini pada malam-malam tersebut. Tapi semua itu kembali kepada keyakinan masing-masing,” jelas Ismanto tanpa bersedia menyebut siapa artis dan pejabat yang dimaksud.

Selain itu, di persis di Curug Cigamea kata Ismanto, tempat itu dipercaya sebagai gerbang masuk sebuah kerajaan ghaib yang ada di kawah ratu, Gunung Salak. “Kerajaannya ada di Kawah Ratu, nah di Curug Cigamea dipercaya merupakan gerbang masuk utamanya. Dari penglihatan ‘orang pintar’, banyak pengawal kerajaan ghaib yang berjaga di gerbang itu,” jelasnya.

Tempat wisata yang dikelola pihak Desa Gunung Sari itu kata Ismanto rencananya masih akan terus dikembangkan yakni dengan pembangunan kolam pemandian dan tempat penginapan di dalam komplek wisata. “Rancangannnya sudah kami susun, tinggal menunggu dana saja,” jelasnya.

Cara Tempuh

Terletak di kawasan wisata yang berkembang pesat, akses menuju ke Curug Cigamea cukup mudah ditempuh. Dari Jakarta, jika menggunakan kendaraan pribadi, Anda bisa lewat tol JOR untuk menuju ke Bogor. Selanjutnya, setelah masuk ke kawasan kota, ambil arah ke Leuwiliang di Bogor Barat. Sampai di persimpangan Cibatok atau sebelum Leuwiliang ambil jalan ke kiri menuju kawasan Gunung Salak Endah. Curug Cibatok merupakan destinasi pertama setelah kita memasuki area kawasan wisata GNE. Waktu tempuh dari Jakarta menuju Curug Cigamea, sekitar 3 jam.

Jika menggunakan angkutan umum, pilihan tepat menggunakan Commuler Line dari stasiun-stasiun di Jakarta menuju Bogor. Selanjutnya, naik angkot 03 tujuan terminal Bubulak dengan tarif Rp2500/orang. Dari Bubulak, perjalanan dilanjutkan dengan angkot jurusan Leuwiliang turun di Cibatok. Tarifnya Rp8000. Di pertigaan Cibatok kemudian berpindah ke angkot jurusan Pamijahan dengan tarif Rp5000. Nah, untuk menuju ke Curug Cigamea, dari Pamijahan, bisa menggunakan jasa ojek yang banyak tersedia di sana dengan tarif sekitar Rp20.000 per orang. 


Curug Cigamea
Kampung Cigamea, Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan
Tiket Masuk; Rp7500/orang
Jam operasi: Senin-Minggu  07.00-17.30

Baca selanjutnya ..
Wisata Penangkaran Buaya Blanakan


 
by feryanto hadi



Buaya selama ini menjadi binatang yang ditakuti. Tetapi untuk bisa menikmati predator mematikan itu bukan hal yang tidak mungkin. Di Penangkaran Buaya Blanakan, di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, kita bisa melihat binatang itu dari jarak yang dekat, bahkan bisa menyentuhnya.

Penangkaran buaya Blanakan yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat ini terdapat ratusan buaya. Buaya-buaya ditempatkan di puluhan kolam, dipisahkan sesuai umur dan ukuran. Menurut Santoso, Staff Bagian Budidaya Penangkaran Buaya Blanakanterdapat 23 kolam penangkaran yang menampung 500 ekor buaya.

Buaya-buaya di Blanakan biasanya diberi makan setiap dua hari sekali. Pakan utama buaya-buaya tersebut adalah ikan laut dan bebek yang didapat dari para nelayan di sekitar Blanakan serta para peternak bebek langganan.

“Perhitungannya, tiga hari sekali buaya-buaya itu menghabiskan sekitar satu kwintal ikan dan ratusan ekor bebek,” katanya belum lama ini.

Untuk buaya berumur satu tahun kata Santoso, diperlukan pakan seberat 50 gram per hari/ekor, buaya umur dua tahun 100 gram per hari/ekor, yang berumur tiga tahun 160 gram per hari/ekor, yang berumur empat tahun 100 gram per hari/ekor dan selanjutnya 10 persen dari berat badan.

Ditempat ini juga masyarakat juga bisa membeli buaya, namun hanya yang F2 atau keturunan kedua (cucu) yang diizinkan dijual. Untuk F0 (indukan utama) tetap dipertahankan. “Tapi sebelum membeli, harus mengajukan ijin terlebih dulu ke Direktorat Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PPA). Sebelum dapat ijin, kita tidak akankeluarkan buaya ke calon pembeli,” terangnya.

Menurut santoso, harga buaya yang dijual juga bervariasi. Untuk umur 0 - 1 tahun dibanderol Rp 800.000, umur tahun ke-2 Rp 1.091.000, umur tahun ke-3 Rp 1.382.000, umur tahun ke-4 Rp 1.673.000, umur tahun ke-5 Rp 1.964.000, umur tahun ke-6 Rp 2.255.000, umur tahun ke-7 Rp 2.545.000, umur tahun ke-8 Rp 2.845.000, umur tahun ke-9 Rp 3.857.000, umur tahun ke-10 Rp.3.418.000, umur tahun ke-11 tahun Rp 4.000.000.

“Selama ini konsumen pembeli buaya rata-rata mereka ingin memanfaatkan buaya sebagai penusnah limbah di usaha peternakan. Daripada ayam atau sapi dibakar, mending dagingnya dikasih ke buaya yang mereka pelihara,” katanya.

Beberapa industri kerajinan juga kerap memesan buaya untuk menjadi bahan pembuat tas, dompet, sepatu dan sebagainya. “Mereka biasanya pesan beberapa ekor untuk dipotong. Karena kami juga menyediakan jasa pemotongan buaya,” jelas Santoso.



Jack dan Baron
Dua buaya yang menjadi favorit, Jack dan Baron yang menempati kolam paling besar bersama lima buaya betina. Kedua buaya itu merupakan buaya generasi pertama yang ditangkar di sana, didatangkan dari Kalimantan. Jack dan Baron memiliki ukuran paling besar dan umur paling tua dibandingkan buaya lain. Jack, panjangnya 6,5 meter dengan berat 1 ton. Sedangkan baron, memiliki ukuran lebih panjang, 7 meter dengan berat 800 kwintal. Keduanya berusia 30 tahun.

Atraksi memberi makan kedua raksasa inilah yang paling ditunggu para pengunjung. Dengan membeli tiket seharga Rp8000, pengunjung bisa menyaksikan atraksi mendebarkan si penakluk buaya.

Biasanya, untuk memancing agar buaya-buaya itu keluar, pengunjung bisa membeli bebek yang banyak dijual di sekitar kolam. Jika bernyali besar, pengunjung juga bisa menyentuh tubuh Baron dan Jack, tentunya dengan didampingi oleh pawang di sana.

“Baron dan Jack ini sudah jinak. Tapi tetap saja harus hati-hati memperlakukannya. Biasanya pengunjung yang datang ke sini ngasih makan bebek sebagai umpan agar Baron dan Jack keluar. Nanti mereka kita pancing untuk mendekat ke daratan dan pengunjung bisa memegang Baron dan Jack,” kata Imron (25), pawang buaya.

Meski demikian, terkadang para pawang  susah untuk memanggil Baron dan Jack keluar dari dalam air lumpur. Mereka kadang sampai memanggilnya berulang-ulang, “Jack.. Jack, Baron, Baron,” sampai kedua buaya besar itu menunjukkan diri. “Ya memang harus sabar. Kalau sudah kenyang mereka biasanya sulit keluar,” kata Imron yang sudah lima tahun menjadi pawang buaya.

Semua buaya di sini adalah keturunan Baron dan Jack. Dulu kedua buaya ini dibawa dari Kalimantan pada 1988,” kata Imron. Lima buaya betina indukan yang ditempatkan bersama Baron dan Jack secara produktif menghasilkan telur-telur buaya. buaya-buaya tersebut biasanya bertelur di sarang-sarang yang berada di daratan sisi kanan kolam.

Bagi yang ingin melihat buaya-buaya kecil, di samping kolam atraksi terdapat sebuah kandang. Di sana terdapat ratusan buaya yang berusia antara 1-3 tahun. 

Selain bisa menyaksikan atraksi buaya, di penangkaran yang berada di dalam komplek Wana Wisata Blanakan, pengunjung juga bisa menyaksikan asrinya suasana hutan mangrove. Terdapat beberapa pohon di hutan rindang tersebut, di antaranya Pidada, Api-api, dan sebagainya. Setiap akhir pekan dan hari libur nasional, kawasan wisata itu tidak pernah sepi pengunjung.

 “Luasan hutan mangrove sekitar 15 hektar, sedangkan untuk penangkaran buaya hanya menggunakan lahansekitar 2,7 hektar,” kata Santoso

Baca selanjutnya ..
Menikmati Karya-Karya Sang Legenda di Museum Basoeki Abdullah


feryanto hadi



Siapa yang tidak kenal dengan Basoeki Abdullah, sang maestro lukis yang dimiliki Indonesia. Goresan tangannya, kini menjadi mahakarya yang diperbincangkan banyak orang, tidak hanya di Indonesia saja, melainkan di Dunia.

Belum lama ini, saya berkesempatan untuk menikmati dan menghikmati karya-karya pelukis fenomenal ini, di Museum Basoeki Abdullah di Jalan Keuangan Raya No. 19 Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Awalnya, bangunan yang kini menjadi museum di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayan ini, adalah sebuah rumah pribadi Basoeki Abdullah yang kemudian dirubah menjadi sebuah museum.

Menempati bekas rumah hunian, museum ini terlihat sederhana, tidak terlalu besar. Tapi jangan salah, jika masuk ke dalamnya, kita akan melihat deretan lukisan mahakarya yang masing-masing mempunyai cerita sendiri-sendiri. Tidak hanya koleksi lukis, masuk ke dalammuseum ini kita juga akan melihat benda-benda koleksi pribadi milik sang maestro, termasuk satu set ruang tidur yang dulu dipergunakan Basoeki Abdullah untuk beristirahat, semasa hidupnya. Di ruangan ini, penataan barang-barang masih sesuai dengan aslinya.

Ruang pameran di museum ini, terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, ruang pengenalan yang berada di lantai 1. Di ruangan ini, dijelaskan tentang riwayat hidup basoeki Abdullah, berupa teks informasi yang didukung dengan foto-foto dokumentasi kegiatan beliau sebagai seorang penulis, piagam penghargaan dan beberapa koleksi koleksi pribadi milik almarhum Basoeki Abdullah.

Ruang kedua, dinamakan ruang memorial Basoeki Abdullah. Di ruangan ini, disajikan koleksi benda-benda yang berkaitan dengan ruang tidur almarhum semasa hidupnya seperti tempat tidur, lemari, kursi, meja kecil, lampu senjata dan sebagainya. Penataan koleksi benda-benda tersebut disesuaikan dengan keadaan aslinya.

Ruangan ketiga, yakni ruang utama atau ruang pameran lukisan yang berada di lantai dua bangunan museum. Ruangan ini, terbagi ke dalam beberapa tema yaitu tema pemandangan alam, tema manusia, protret dan model dan tema abstrak. Di ruangan ini, Anda akan menikmati beragam koleksi karya lukis Basoeki Abdullah yang begitu fenomenal itu. 

Ruangan lain adalah Audiovisual, yakni ruangan yang menampilkan aktifitas Basoeki Abdullah selama hidup. Kegiatan tersebut diantaranya saat melukis, saat wawancara dengan wartawan dan aktifitas lainnya semasa hidup terekam menjadi satu gambar yang menarik untuk dilihat.di bagian belakang bangunan juga terdapat ruangan serba guna, yang kerap digunakan oleh pengelola museum untuk menggelar kegiatan-kegiatan seperti workshop, diskusi dan sebagainya.

Saat ini, Museum Basoeki Abdullah memiliki 123 koleksi lukisan yang terdiri dari 112 buah lukisan asli dan 11 buah lukisan reproduksi. Selain itu, terdapat 720 buah benda seni yang terdiri dari topeng, wayang, senjata serta jas pelukis yang kerap dia gunakan semasa hidupnya. Terdapat pula perpustakaan dengan koleksi 3000an buku dari berbagai bahasa milik Basoeki Abdullah. 

Sejarah

Museum Basoeki Abdullah, kini menjadi salah satu tempat favorit bagi para pecinta seni rupa, khususnya lukisan, untuk menengok secara langsung karya agung dari sang maestro lukis Indonesia, Basoeki Abdullah. Di tempat ini, terdapat ratusan lukisan karya Basoeki Abdullah, yang tidak hanya terkenal di dalam negeri, melainkan punya nama besar di luar Indonesia.

Dulunya, bangunan yang kini digunakan sebagai museum ini merupakan kediaman pribadi Basoeki Abdullah. Berubahnya rumah pribadi menjadi museum ini, tak lepas dari keinginan pribadi seorang Basoeki Abdullah. Sebelum meninggal pada 5 November 1993, pelukis kelahiran Solo, Jawa Tengah ini, meninggal dunia. Sebelum meninggal, beliau berwasiat agar lukisan koleksi pribadinya yang berupa barang atau benda seni  seperti patung, wayang, topeng dsb, beserta rumah kediamannya dihibahkan kepada pemerintah Indonesia.

Penyerahan atau hibah ini dilakukan oleh Saraswati Kowenhouven, Cicilia Sidhawati dan Nataya Narerat sebagai ahli waris pada tanggal 2 dan 5 September 1995 kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang diwakili oleh A. Irvan Masduki, SH (Kepala Biro Humas dan Hukum) atas nama pemerintah Republik Indonesia.

Baru pada tahun 1998 rumah ini diserahkan oleh Pemerintah Ri melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktur Permuseuman. Bangunan rumah berlantai dua seluas 600 m2 dengan luas tanah 440 m2. Rumah ini kemudian direnovasi agar bisa difungsikan sebagai museum. Pada tanggal 25 September 2001, Museum Basoeki Abdullah diresmikan oleh Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata Drs. I Gede Ardika.

Sedangkan untuk barang/benda seni milik pribadi almarhum Basoeki Abdullah ada berbagai macam seperti koleksi patung, wayang, topeng, cinderamata, buku-buku dan sebagainya. Koleksi buku-buku pribadi jumlahnya mencapai 3000an lebih yang berisi tentang buku-buku tentang bangsa-bangsa di dunia, tokoh-tokoh, pemandangan alam, flora fauna, majalah dan sebagainya. Buku-buku tersebut sekarang berada di ruang perpustakaan Museum Basoeki Abdullah.

Meski fungsinya sudah berubah menjadi museum, beberapa ruangan masih dipertahankan orisinalitasnya.  Seperti misalnya, yang bisa disaksikan di sebuah ruangan bernama ruang memorial Basoeki Abdullah. Di ruang tidur atau ruang pribadi almarhum Basoeki Abdullah ini, terdapat koleksi benda-benda yang berhubungan dengan Basoeki Abdullah semasa hidupnya, seperti tempat tidur, lemari, kursi, meja kecil, lampu senjata dan sebagainya. Penataan koleksi benda-benda tersebut disesuaikan dengan keadaan aslinya, termasuk beberapa benda yang terdapat di dalam kamar mandi.

Lukisan Mahatma Ghandi, Goresan Pertama Basoeki 

Usai membeli karcis seharga Rp. 2000,  saya pun segera melangkah menuju ambang pintu. Beruntung Eka Yulianty, seorang pemandu Museum Basoeki Abdullah bersedia menemani saya.

Di ruangan ini lantai satu, beberapa pemandangan menarik segera saya jumpai. Di sisi kanan ruangan, sebuah lukisan mantan presiden Suharto berukuran besar segera menghiasi pandangan. Kami sejenak melihat lukisan ini secara dekat. Sangat mirip, bahkan kalau boleh dibilang, lukisan ini lebih hidup daripada sekedar foto Suharto yang selama ini kami jumpai.

“Itulah salah satu keunggulan Basoeki Abdullah. Hasil lukisan potret beliau dikenal lebih bagus daripada obyek aslinya. Itu kenapa banyak negarawan yang mengundang secara khusus beliau untuk datang ke negaranya, mereka meminta Pak Basoeki untuk melukisnya,” Eka selaku pemandu kami menjelaskan. 

Berada di sekat lukisan Suharto, terdapat dua buah lukisan yang berukuran kecil. Eka segera menunjuk salah satu lukisan yang berada di dalam kaca etalase. Sebuah lukisan berjudul Mahatma Ghandi dengan ukuran 21 cm x 28 cm yang dibuat menggunakan pensil kertas. Menurut Eka, karya tersebut merupakan salah satu lukisan yang penting dalam kiprah Basoeki Abdullah hingga menjadi pelukis ternama. Lukisan tersebut, ternyata adalah lukisan pertama yang dibuat oleh Basoeki Abdullah pada saat ia berusia 10 tahun atau pada tahun 1925. Untuk ukuran anak usia semuda itu, lukisan Mahatma Ghandi tersebut sudah terbilang luar biasa.

Di lantai satu museum ini, lebih banyak menceritakan tentang riwayat hidup Basoeki Abdullah, berupa teks informasi yang didukung dengan foto-foto dokumentasi kegiatan beliau sebagai seorang pelukis, piagam penghargaan dan beberapa koleksi koleksi pribadi milik almarhum Basoeki Abdullah. Di sebuah sudut ruangan juga terdapat beberapa foto-foto dokumentasi saat beliau mengadakan tunggal di beberapa tempat. Juga terdapat foto-foto kunjungan beliau ke berbagai negara seperti Brunai, Thailand dan sebagainya.

Sedangkan untuk benda seni milik pribadi almarhum Basoeki Abdullah ada berbagai macam seperti koleksi patung, wayang, topeng, cinderamata, dan sebagainya. Koleksi-koleksi seni ini menempati sebuah ruangan di lantai satu museum. Nampak beberapa hiasan berbentuk patung kecil, juga terdapat beberapa koleksi wayang. “Meskipun Pak Basoeki sudah menjelajah ke berbagai negara di dunia, namun dia tetap mencintai seni tradisional, salah satu diantaranya adalah wayang, karena dia juga orang Jawa,” jelas Eka.

Koleksi buku-buku pribadi jumlahnya mencapai 3000an lebih yang berisi tentang buku-buku tentang bangsa-bangsa di dunia, tokoh-tokoh, pemandangan alam, flora fauna, majalah dan sebagainya. Buku-buku tersebut sekarang berada di ruang perpustakaan Museum Basoeki Abdullah dan beberapa diantaranya dipamerkan di sebuah etalase yang ada di lantai satu museum.

Memasuki lantai dua Musem Basoeki Abdullah, terdapat beberapa ruangan dengan berbagai tema. Di ruangan paling kiri, menampilkan lukisan-lukisan karya Basoeki Abdullah dengan tema potret. Beberapa lukisan tokoh dunia karya sang maestro nampak di sini. Misalnya lukisan Lee Kwan Yew yang dikenal sebagai bapaknya Singapura,  lukisan raja Fadh, dan sebagainya. adanya lukisan para tokoh ternama dari luar negeri ini, juga sebagai bukti bahwa Basoeki Abdullah dikenal oleh para pemimpin negara di beberapa benua. Bahkan, tidak sedikit pula pemimpin negara yang mengundang Basoeki Abdullah secara khusus untuk menjadi pelukis istana.
Selain itu, lukisan para tokoh-tokoh fenomenal lokal juga ada di ruangan ini, diantaranya adalah lukisan R.A Kartini dan lukisan Sultan hamengku Buwono IX beserta istri.

Beberapa hal yang patut diingat adalah bahwa di tempat ini pengunjung dilarang untuk mengambil gambar atau memotret lukisan dari jarak dekat. Menurut Eka Yulianty, pemandu yang menemani kami, hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas lukisan. “Media lukisan ini sudah berusia lama.  Jadi nanti takut merusak lukisan, apalagi jika difoto menggunaan flash,” kata Eka.

“Sebenarnya larangan untuk memotret ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya peniruan lukisan. Seperti kita tahu, jaman sekarang kan banyak sekali lukisan palsu yang beredar, yang diakui karya para pelukis terkenal, termasuk Pak Basoeki,” Eka menambahkan. Namun, pengunjung tetap boleh memotret asalkan dari jarak yang jauh.

Beranjak ke ruangan lain, yakni ruangan tengah di lantai dua Museum Basoeki Abdullah, kita dapat menyaksikan beberapa lukisan dengan tema pemandangan alam dan tema yang lain. Beberapa karya terkenal nampak di sini, termasuk sebuah lukisan yang goresan pertamanya dilakukan oleh Ibu Tien Suharto, istri mendiang mantan presiden Suharto. Lukisan ini, merupakan lukisan terakhir yang dibuat oleh Basoeki Abdullah.

Di ruang lainnya, beberapa karya lukis bernilai seni tinggi bisa kita jumpai. Ada dua lukisan yang menggambarkan keadaan di gurun pasir, lukisan ini cukup unik. Selain itu, lukisan berupa simbol-simbol pancasila juga terdapat pada ruangan ini. Juga, pada ruangan ini, terdapat lukisan kedua yang dilukis oleh Basoeki Abdullah, setelah lukisan pertamanya berjudul Mahatma Gandhi. Lukisan ini juga dibuat Basoeki Abdullah ketika usianya masih relatif muda, berjudul setangkai bunga dan daunnya. Beberapa lukisan lain, di ruang pameran ini, mengarah pada aliran impresionisme dan abstrak.

Tertarik datang ke tempat ini? Banyak transportasi yang bisa Anda gunakan untuk sampai di Museum Basoeki Abdullah. Jika Anda dari arah Blok M, Anda bisa naik metromini jurusan Pondok labu-Blok M, bisa turun sebelum perempatan besar RSUP Fatmawati. Letak Jalan Keuangan berada di seberang jalan dan Anda bisa berjalan kaki karena jarak museum tidak terlalu jauh dari Jalan Raya RS. Fatmawati.

Alamat:

Jalan Keuangan Raya No. 19 Cilandak Barat, Jakarta Selatan
Telepon (021) 7698926

Jam kunjung:

Selasa – Jumat: pukul 08.00 – 16.00 WIB

Sabtu-Minggu: pukul 08.00 – 15.00 WIB
Senin/hari libur nasional tutup.

Baca selanjutnya ..
Indahnya Biola WR. Supratman di Museum Sumpah Pemuda


foto by Feryanto Hadi


Berkunjung ke Museum Sumpah Pemuda, banyak sekali manfaat yang bisa kita petik. Setelah pada artikel sebelumnyaa kami menggambarkan keadaan di ruang depan museum, mengenai diorama tiga orang pemuda yang sedang melakukan diskusi, kami melangkah lebih jauh lagi untuk menikmati koleksi museum yang lain. Melangkah ke ruangan selanjutnya, kita akan sampai ruangan Sumpah Pemuda II. Di sini, ada sebuah koleksi yang cukup menarik, yakni biola kesayangan milik Wage Rudolf (WR) Supratman. Biola inilah yang digunakannya saat menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang saat ini menjadi salah satu koleksi andalan bagi Museum Sumpah Pemuda.

Seperti diketahui, WR Supratman dikenal memiliki kemampuan memainkan berbagai alat music, terutama biola.Biola ini kondisinya masih terawat dengan baik ini. Biola ini dulunya dibeli oleh W.M Van Eldick di Makasar pada 1914 sebagai hadiah bagi WR Supratman. Biola ini mengantar Supratman menjadi seorang pemain band. Group bandnya bernama Black and White Jazz Band, yang berdomisili di Makasar. WR Supratman, juga pernah bermain biola di Gedung Societet Concordia (Gedung Merdeka) Bandung, 1924.

Pada 1928, biola ini digunakan untuk menciptakan lagu berjudul ‘Indonesia’, yang kemudian menjadi ‘Indonesia Raya’. Pada tahun yang sama, lagu tersebut dikumandangkan untuk pertama kalinya di depan peserta Kongres Pemuda Kedua di Gedung Kramat 106 Jakarta, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928.

Lagu Indonesia Raya ini kemudian dikumandangkan pada Kongres Pemoeda Indonesia pada 26 Desember 1928 dan Kongres PNI Kedua, 18-20 Mesi 1929. Di setiap penampilan WR Supratman, biola ini selalu menjadi teman yang mengiringi lagu Indonesia raya di pertemuan-pertemuan kalangan pergerakan.

Biola WR Supratman ini termasuk dalam model Amatus, berukuran 4/4 atau standar, dengan panjang badan 36 cm, lebar badan pada bagian terlebar 20 cm dan 11 bagian tersempit. Tebal tepian biola 4,1 cm dan tebal bagian tengah 6 cm.

Pada bagian badan terdapat dua lubang berbentuk ‘S’ terbalik yang disebut ‘f hole, satu di sisi kiri dan satu di sisi kanan, yang berfungsi membuang gema dari dalam. Pada bagian dalam, terdapat tulisan “Nicholaus Amatus Fecit Ceremona 16”, petunjuk nama pembuat dan alamatnya. Pada bagian badan juga terdapat ‘tick rest’ atau penahan dagu yang terpisah.

Leher biola sepanjang 37,2 cm berbentuk persegi panjang dengan ukiran berbentuk spiral selebar 6 cm pada bagian ujungnya. Sisi atas leher berbentuk lengkungan. Lebar leher pada sisi terlebar terlebar 4 cm dan tersempit 2,5 cm. Pada bagian leher ini, terdapat stelan senar sepanjang 6 cm yang berujung ke leher biola berbentuk bulat dengan diameter 1 cm. penggesek biola WR. Supratman sendiri terbuat dari kayu dan senar. Panjang penggesek keseluruhan 71,2 cm, panjang senar penggesek 62,5 cm.

Biola ini terbuat dari tiga jenis kayu berbeda. Papan depan berbahan kayu Cyprus (Jati Belanda). Papan samping, papan belakang, leher dan kepala, terbuat dari kayu maple Italia. Sedangkan bagian senar holder, penggulung senar, kriplang dan end pin, menggunakan kayu hitam atau kayu eboni Afrika Selatan. Bridge atau jembatan terbuat dari kayu maple. Pada bagian senar kawat, disisipkan kayu eboni yang keras untuk menahan beban senar kawat. Untuk lis tepi biola, terbuat dari rose wood dan eboni

Baca selanjutnya ..
Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini