Komunitas Pecinta Benyamin Suaeb Ingin Budaya Betawi Terus Lestari


Kekaguman terhadap sosok seniman Betawi Benyamin Suaeb dalam melestarikan budaya-budaya asli Betawi, menjadi alasan bagi sekumpulan pemuda di Komunitas Pencinta Benyamin Suaeb (KPBS) untuk mengabadikan dan menjaga karya-karya dari sosok fenomenal itu.

"KPBS dibentuk sebagai salah satu wujud kecintaan dan apresiasi kepada almarhum Benyamin Suaeb yang sudah berjuang tanpa lelah untuk memajukan seni budaya Indonesia khususnya seni budaya Betawi," kata Iwan warbe (33), pendiri KPBS, saat acara Jakarta Community Festival, Minggu (28/4).

Bagi para anggota KPBS, Benyamin Suaeb atau yang akrab mereka sapa Bang Bens adalah sosok legenda dari Betawi di abad ke 19, sebagaimana sosok Si Pitung yang namanya hingga kini begitu melegenda karena terkenal dengan keberaniannya dalam melawan penjajahan kala itu.

"Dulu kesenian betawi masih sangat asing bagi masyarakat, khususnya pemuda. Bahkan, musik seperti gambang kromong hampir ditinggalkan oleh generasi muda, pada masa itu. Bang Bens menyadari itu. Maka dia mengemas lagu gambang kromong dengan sentuhan yang sedikit berbeda. Dan beliau berhasil. Mulai saat itu musik gambang kromong tak lagi terkesan kuno sehingga lebih banyak orang yang suka."

KBPS mempunyai visi untuk menjadi wadah terdepan di dalam mengakomodir semua pecinta karya-karya Benyamin Suaeb di manapun berada. Serta menjadikan KBPS sebagai semacam database center bagi siapa saja yang ingin mendapatkan informasi detail tentang profil  Benyamin Suaeb sekaligus sebagai ajang interaksi dan komunikasi antar penggemar. "Kita ingin melestarikan, memperkenalkan dan memajukan seni budaya Indonesia, khususnya seni budaya Betawi melalui kesenian masa kini seperti yang telah diperjuangkan Benyamin Suaeb," kata Iwan.

Terbentuk dari media sosial

Perkumpulan ini awalnya bernama Komunitas Facebookers Penggemar Benyamin Suaeb (KFPBS) saat terbentuk awal pada 15 Februari 2009 melalui situs jejaring sosial Facebook. Awalnya, anggota KFPBS hanya puluhan orang saja. Tetapi, lambat laun, banyak para penggemar Benyamin Suaeb yang bergabung. Kemudian pada 12 november 2012 para member KFPBS kemudian sepakat berubah nama menjadi KPBS. Jumlah anggota aktif saat ini mencapai 1600 orang, namun hanya sekitar 300 orang saja yang aktif.

"Sebenarnya sebelum ada KFPBS sudah ada beberapa komunitas penggemar Bang Bens, tapi mereka nggak aktif dan ada yang terbengkalai. Nah mereka akhirnya melebur ke komunitas kami," terang Iwan.

Kadangkala, para member juga bertemu secara rutin di sekretariat sementara mereka di jalan Mardani, Cempaka Putih, Jakarta Pusat atau lebih seringnya di studio Bens Radio di Jagakarta Jakarta Selatan. "Kebetulan Bang Biem (Biem Benyamin) juga bertindak sebagai penasehat komunitas kami. Tapi di sana kami hanya berkumpul, sambil bernostalgia di radio bentukan Bang Bens itu," kata Iwan.

Ziarah makam  sang legenda

KPBS secara aktif terus melakukan kegiatan-kegiatan rutin. Salah satu agenda wajibnya adalah berziarah ke makam Benyamin Suaeb pada bulan Maret dan September, sesuai dengan bulan lahir dan wafatnya Bang Bens.
Seperti diketahui, Benyamin Suaeb lahir di Jakarta 5 Maret 1939 dan wafat 5 September 1995.

Selain itu, kegiatan sosial juga kerap dilakukan oleh para anggota KPBS. Diantaranya, membuka posko perduli banjir di Kampung Melayu dan Tebet, bekerja sama dengan Paski (Persatuan Artis Sinetron & Komedi Indonesia) menyelenggarakan acara charity berupa Panggung Artis Peduli Banjir untuk para korban banjir di Kampung Melayu dan terlibat dalam charity untuk membantu seniman yang sedang terkena musibah atau sakit.

"Belum lama ini kami pernah membuat event panggung donasi untuk seniman yang sakit seperti Mak HJ. Nori (seniman betawi), Titik Nur (penyanyi dangdut) dan Nida Eliza (penyanyi dangdut)," kata Iwan.

Tumbuhkan kreatifitas 

Selain sebagai tempat berkumpul para pecinta Benyamin Suaeb, sebagai bentuk tanggung jawab moral kepada para membernya, KBPS juga memberikan ruang untuk berkreasi bagi band-band Betawi yang memang spesialis membawakan lagu-lagu ciptaan Benyamin Suaeb.

"Kami akan berusaha menciptakan ruang eksistensi bagi band-band betawi yang secara konsisten terus mempopulerkab lagu-lagu ciptaan babeh Benyamin Suaeb yang memang kurang mendapat perhatian dari label-label musik untuk mempublikasi hasil kreatifitas mereka," kata Bang Ibenk selaku Dewan Pembina KPBS.

Menariknya, lagu-lagu ciptaan Benyamin S, dibawakan oleh band-band di bawah payung KPBS dengan genre masing-masing band. Jadi, ada semacam perubahan gaya dalam membawakan lagu-lagu itu, baik dalam aliran jazz, musik rap, pop, grung dan lain sebagainya. Tetapi, tujuan mereka sama, yakni ingin melestarikan karya-karya Benyamin S yang sudah menjadi semacam kebudayaan betawi. Beberapa band yang masih eksis hingga sekarang diantaranya Baby Band, Sang Jawara Band, Gapunya Band, Sambel Goang Band, Jiung Band dan sebagainya.

 Museum Benyamin Suaeb

Dahulu, semasa hidupnya, Benyamin Suaeb memiliki cita-cita yakni dia ingin menyaksikan sebuah kawasan di Jakarta yang menjadi pusat edukasi seni dan budaya betawi. "Jadi di sebuah tempat itu ada rumah-rumah khas Betawi, ada kegiatan seni yang hidup, ada pusat kuliner. Tapi sampai beliau meninggal keinginan itu belum terwujud," kata Bang Ibenk.

Menurut Bang Ibenk, di Jakarta, saat ini hampir tidak ada lagi suatu kawasan yang murni mencerminkan budaya Betawi. Beberapa perkampungan yang disebut-sebut sebagai kampung Betawi pun saat ini sudah mulai terkikis.

Berangkat dari hal itulah, KPBS bersama dengan beberapa pihak mencoba mengajukan pembangunan sebuah museum untuk melestarikan karya-karya Benyamin Suaeb pada khususnya dan kebudayaan betawi secara umum. "Mungkin dimulai dari pembuatan museum tentang almarhum Benyamin Suaeb akan menjadi suatu tolak ukur membangun sebuah kawasan yang pernah dicita-citakan Bang Bens," terang Bang Ibenk.

Pengajuan sudah dilakukan ke DPRD DKI Jakarta dan Dinas Pariwisata. Saat ini, KPBS beserta keluarga dan beberapa pihak lain sedang terus menggodok konsep museum, seperti yang dimintakan DPRD DKI Jakarta dan Dinas Pariwisata.

Baca selanjutnya ..
Bebek Bengil Masuk Mal

feryanto hadi


Bagi masyarakat Jakarta kini tidak perlu lagi susah mencari kuliner Bebek Bengil asal Ubud, Bali, yang kondang dengan kelezatannya. Sebab di Jakarta, pada pertengahan Desember lalu restoran ini kembali membuka cabangnya yang ketiga di Mal Gandaria City setelah sebelumnya dibuka di Jalan Agus Salim, Menteng dan di Epicentrum Walk.
Ada yang berbeda dari restoran Bebek Bengil di Gandaria City ini, yakni dekorasi tempat yang lebih modern. Meski begitu, pengelola tetap membawa unsur Bali dengan penempatan ornament-ornamen seperti patung, kain kotak-kotak, papan nama, para karyawan yang mengenakan busana adat Bali serta lantunan music tradisional Bali yang akan senantiasa menemani pengunjung ketika menyantap bebek yang memiliki kelezatan luar biasa itu.
“Identiknya sebenarnya ada gazebo-gazebo, seperti cabang di Menteng. Tetapi karena kini kami berada di mal, tetap ada penyesuaian. Meski begitu, unsur Bali masih sangat kental karena restoran ini berasal dari Ubud, Bali. Banyak ornament yang kami datangkan langsung dari Bali,” jelas Manager Bebek Bengil Jakarta Noel Arbianto kepada Warta Kota, Selasa (20/1/2014).
Soal menu-menu makanan, Noel menjamin rasanya sama dengan menu-menu yang dijual di Restoran Bebek Bengil di Ubud. Sebab,kata dia, para juru masak langsung didatangkan dari Bali yang sudah mengerti benar racikan khas menu-menu khas Bebek Bengil.
“Si pemilik Bebek Bengil, ibu Anak Agung Raka Sueni, sangat hati-hati ketika hendak membuka cabang. Beliau menerapkan standar yang sangat tinggi untuk menjaga kualitas rasa menu-menu di restoran Bebek Bengil. Jadi tidak sembarangan orang mengolah bumbunya, Coba rasakan saja, daging bebek di semua cabang Bebek Bengil memiliki citarasa sama dengan yang ada di Ubud. Daging bebek yang renyah, empuk dan tidak amis,” kata Noel.
Itu kenapa Raka Sueni, lebih memilih kerjasama dalam bentuk kemitraan daripada franchise agar kualitas Bebek Bengil benar-benar terjaga. Noel sendiri mengaku gembira menjadi salah satu mitra terpilih dan bersama-sama mendirikan dua cabang Bebek Bengil di Jakarta, di Menteng dan Gandaria City.
“Restoran di Gandaria City ini merupakan cabang ke enam Bebek Bengil, selain di yakni Nusa Dua, Bali dan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Plaza Amata di Bali; The Breeze BSD City  di Tangerang Epicentrum Walk dan Menteng di Jakarta. Kebetulan saya dipercaya ibu menjadi partner di Menteng dan di Gandaria City ini,” jelasnya.
Perjuangan Noel untuk mendapatkan restu kerja sama pun tidak mudah. Selama sekitar delapan bulan sebelum membuka cabang di Menteng beberapa tahun silan, ia sampai menetap di Bali untuk melihat secara langsung serta mempelajari bagaimana Raka Sueni menjalankan bisnis Bebek Bengilnya.
“Cabang baru di Gandaria City juga hasil diskusi saya dengan ibu. Kami melihat potensi masyarakat Jakarta Selatan yang besar khususnya untuk kuliner bebek ini. Apalagi di sini banyak perkantoran, apartemen serta hunian yang bagus. Jadi kami berusaha mengisi kekosongan pasar akan kuliner bebek di Jakarta Selatan ini,” jelasnya.
Adapun di cabang baru ini, Noel mengatakan pihaknya menyasar berbagai kalangan, khususnya pekerja professional dan keluarga kelas menengah ke atas yang ingin menikmati sajian kuliner berkualitas.
“Apalagi keberadaan kami ada di dalam mal, selaras dengan gaya hidup masyarakat saat ini yakni menghabiskan waktu santai bersama keluarga atau kerabat di mal. Dan sejauh ini kami sudah menemukan market kami, week day banyak diisi oleh kalangan professional dan pada week end pengunjung lebih banyak keluarga,” jelasnya.
Bebek kampung yang empuk
Menu signature atau unggulan di restoran itu tak lain adalah Bebek Bengil The Original Crispy Duck yang terdiri dari setengah ekor bebek kering, nasi putih, sayuran berteman tiga sambal khas.  Kata Noel, citarasa kelezatan menu tersebut yang telah meluas, banyak membuat orang penasaran ingin mencicipinya. Dan bagi yang sudah mencicipi, Noel memastikan orang-orang itu bakal ketagihan. “Itu yang membuat Bebek Bengil tetap punya nama besar dari 1990 sampai sekarang,” katanya.
Bagi yang ingin merasakan sensasi lain, di Bebek Bengil juga menyajikan beberapa cara masak yang berbeda misalnya Bebek grilled duck, balinese smoked duck, Bebek Panggang Sambal Hijau, bebek Pelalah, Bebek suir Bali dan sebagainya. Kisaran harga untuk satu paketnya, Rp 122 ribu.
“Selain dimasak menggunakan bumbu khas, kami juga selalu menjaga kualitas bahan baku. Untuk bebeknya adalah jenis bebek kampung yang sebagian besar kami datangkan dari sebuah penernakan di Bojonegoro, Jawa Timur.”
Menu makanan, kata Noel, tidak hanya bebek namun  juga terdapat menu-menu lain yang masih bertemakan makanan Balinese seperti sate lilit, ayam plecing, ayam dan bebek pelalah, ayam betutu, nasi goreng spesial bumbu bali, tumis buncis ayam cincang, menu-menu sea food dan sebagainya.
Sedangkan untuk menu minuman dan dessert favorit, Noel mengatakan minuman hanoman street, black russian pie dan coconut cream pie menjadi andalan restoran setempat.
Camaro Nurimba, pengunjung Bebek Bengil yang ditemui Warta Kota mengaku mendapatkan dua hal berbeda berada di Restoran Bebek Bengil. “Pertama, rasa masakan yang jelas istimewa. Kedua nuansa otentik Bali bisa saya dapati di sini, dari interior, musik-musik tradisional Bali maupun pelayannya yang mengenakan busana khas Bali,” kata warga Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Beberapa kerabat Camaro asal luar negeri yang datang bersama siang itu juga tampak lahap menyantap menu bebek yang mereka pesan. “Mereka katanya suka meski pertama kali makan bebek goreng. Selain racikan bumbunya yang lezat, bebeknya juga higienis, bersih,” ungkap Camaro (fha)
Restoran Bebek Bengil
Lantai UG Mal Gandaria City, Jakarta Selatan
Jam Operasi: 10.00-23.00 (last order pukul 22.00)
Kapasitas: 122
Range harga: Rp42 ribu-Rp275
Fasilitas: toilet, wifi

Baca selanjutnya ..
Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini