Kawasan kampus Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) yang terletak di Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Kamis (28/2/2013) siang, ramai. Di lorong yang menghubungkan masjid dengan lobi utama kampus, nampak para mahasiswa sedang berkumpul, terdiri dari beberapa bagian. Ada yang nampak berdiskusi, adapula yang sekadar berkelakar dengan sahabatnya.
Sementara itu, dua orang wanita nampak berjalan mendekat, mengurai senyum kemudian memperkenalkan diri. Zaqia dan Ratri, dua nama gadis cantik itu. Ya, kami memang sudah membuat janji bertemu siang itu.
Zaqia adalah Ketua UAI Hijab Community. Tahun lalu, ia mencoba mengumpulkan para sahabatnya di kampus UAI, menyatukan visi, dan berkomitmen bersama untuk mulai menularkan tren berbusana muslim kepada para mahasiswa Al-Azhar lain yang belum berkesempatan mengenakan jilbab. Zaqia dan kawan-kawan juga sepakat bahwa adanya kreasi busana muslim yang lebih modis dan muda, akan mendorong para muslimah lain untuk mengenakan jilbab.
“Banyak yang takut nggak cantik kalau pakai jilbab. Kita mencoba memperlihatkan kepada teman-teman, bahwa dengan berbusana muslim kita juga tetep bisa cantik kok. Bisa tetep menarik,” ujar pemilik nama Zaqia Lestari.
Dikatakan Zaqia, busana muslim semakin akrab di kalangan muslimah muda dengan berbagai gaya yang modis. Popularitas hijab saat ini pun membuka jalan bagi para perempuan muslimah untuk berkarya dan dapat menunjukkan bahwa hijab bukan penghalang bagi perempuan untuk beraktivitas.
“Tapi tidak sedikit juga pihak yang mengatakan bahwa hijab hanya sekedar fashion, melupakan esensi dari berhijab itu sendiri, tak terkecuali mahasiswi di UAI,” kata Zaqia.
Tularkan semangat positif
Awalnya, UAI Hijab Community dibentuk oleh empat orang sahabat, yakni Zaqia, Ratri, Maya dan Hana. Tetapi, sekarang komunitas ini sudah memiliki sebanyak 15 komite, dengan pembagian tugas masing-masing.
Ratri Dwifajar Purwani mengungkapkan, di UAI banyak para mahasiswi yang berekspresi dengan hijab sekaligus kepribadiannya, sehingga menimbulkan citra positif dengan prestasinya masing-masing. Tetapi,, budaya berhijab masih belum menyebar di lingkungan kampus yang bernuansa islami.
”Itu yang menjadi salah satu alasan kami mendirikan UAI Hijab Community untuk bertukar pikiran, berbagi tips, pengalaman serta menjalin silaturahmi antar mahasiswi UAI melalui kegiatan-kegiatan menarik dan positif,” kata Ratri. “Tujuan kita pengen dakwah hijab dengan cara yang mudah diterima, sesuai dengan karakter mahasiswa.”
Saat ini, UAI Hijab Community menganggap semua muslimah yang ada di UAI adalah anggotanya, meski semuanya belum berkesempatan untuk berkumpul dan belum semuanya juga sudah berpakaian sesuai syar’i.
“Tentu ada prosesnya. Yang penting kita tularkan semangat positif dulu. Melihat teman-teman mau berjilbab saja sudah untung. Mudah-mudahan setelah launching pada 15 Maret nanti, lebih banyak teman-teman yang bergabung.”
Fleksibel, simpel tapi syar’i
Menurutku, sekarang busana muslim jauh lebih fleksibel, kata Zaqia di sela-sela kesempatan. Eksistensi tren hijab di Indonesia sendiri, imbuh dia, tidak lepas oleh peranan sejumlah desainer kreatif yang terus menciptakan hijab yang stylish namun syar'I.
Menurut mahasiswi Fisip Komunikasi ini, kreatifitas desainer Indonesia sudah begitu jauh berkembang. “Dengan berjibab pun mereka masih bisa berkarya dan berkreatifitas,” ujarnya.
Berbusana muslim juga tidak menjadi halangan untuk bisa tampil stylish dan cantik. Berbagai busana panjang dan jilbab penutup aurat yang digunakan juga bisa dipasangkan dengan banyak cara agar terlihat lebih modis. Selain mix and match busana yang tepat, keindahan busana muslim juga dipengaruhi juga oleh tren terbaru.
Tetapi, Zaqia menambahkan, apapun ragam gaya dan jenis desain busana muslim, sudah sepantasnya tetap berpatokan kepada kesantunan dan etika. Jadi, tantangan bagi para desainer maupun para penggemar busana muslim modis, mereka harus tetap tampil menarik dan percaya diri tanpa harus merusak dari makna busana muslim itu sendiri. “Kalau bisa tetep syar’i tapi bisa menarik para muslimah yang sebelumnya belum berjilbab, menjadi berjilbab,” kata Zaqia.
“Tidak dapat disangkal bahwa busana hijab dan jilbab kreasi sudah menjadi semacam lifestyle. Apalagi anak muda, pasti ingin menjaga penampilan mereka. Kalau saya pribadi, dengan apa yang saya kenakan, saya lebih punya karakter diri sendiri. Punya identitas sendiri yang membuat kita berbeda dengan orang lain,” ujar dia.
Info UAI Hijab Community
Twitter: @UAIHijabComm
Facebook: UAI Hijab Community