Sastra Indonesia menuju era Mobile
Kita sadari atau tidak kita sadari, perkembangan dunia sastra Indonesia kini kian berkembang khususnya pada media penyampaiannya. Ditinjau dari sudut definisi, sastra itu sendiri adalah sebagai ciptaan atau sebuah kreasi yang merupakan luapan emosi dan bersifat otonom. Dari definisi yang diungkapkan diatas, tentu luapan emosi atau sebuah kreasi selalu membutuhkan media untuk menjembatani antara luapan emosi dengan sebuah kreasi yang baik sehingga dapat dinikmati hasil karya ciptanya. Berbicara tentang media penulisan, kertas adalah media yang paling sering kita jumpai dan semua orang sudah tentu sepakat, peran kertas dalam dunia penulisan sangatlah penting. Sebelum hadirnya kertas, dahulu orang menggunakan media yang dinamakan daun lontar. Media inilah yang dijadikan sarana menyampaikan pesan, pencatatan sejarah, cerita rakyat, ditulis dan dibukukan. Dahulu cerita berkembang dari mulut ke mulut seperti cerita-cerita rakyat (hikayat (dongeng, fable dan lainnya), pantun, puisi dan lainnya. Kita kembali ke zaman sekarang, dalam dunia penulisan sekarang ini sudah tentu berbeda dengan ratusan tahun yang lalu, kini kita mengenal dengan sebutan kertas. Melalui media kertas, kita bisa manfaatkan ke berbagai keperluan, contoh saja dalam penerbitan buku, kertas diolah sedemikian rupa sehingga jadilah sebuah buku. Dalam penerbitan media cetak harian, kertas diolah sedemikian rupa hingga berubah menjadi koran, ini disebabkan oleh tidak lain dan tidak bukan perkembangan teknologi pendukung untuk menghadirkan kemudahan-kemudahan dan kemudian mampu menciptakan sesuatu yang baru. Baik, mari kita sedikit menuju era 80-an. Para pemeran sastra sebelum hadirnya internet, bahkan jauh sebelum adanya teknologi internet yang seperti sekarang ini, mereka menggunakan media buku untuk menyampaikan maksud pesannya, menorehkan tinta pemikirannya, dan tentu untuk membuat sebuah karya yang gemilang. Hingga hadir media baru yang sangat memungkinkan untuk dijadikan ajang “torehan pena para penulis”. Ya, Anda benar. Pada awal tahun 1998 Internet mulai hadir kepermukaan dan mewabah sedemikan hebatnya. Seluruh bidang berlomba-lomba memanfaatkan teknologi ini, dan tidak terkecuali dunia penulisan. Internet, teknologi yang patut kita syukuri bersama. Betapa tidak, dengan media internet kita dapat membuka cakrawala seluas-luasnya. Di kalangan penulis, banyak media-media intenet yang dapat dijadikan tempat untuk menorehkan “tinta digitalnya”, antara lain milis atau biasa disebut mailing list, webforum, dan kini telah ketahui bersama telah hadir media yang luar biasa booming, ya, dia bernama BLOG. Media Blog pertama kali di populerkan oleh Blogger.com, yang dimiliki oleh PyraLab sebelum akhirnya PyraLab diakuisi oleh Google.Com pada akhir tahun 2002 yang lalu. Semenjak itu, banyak terdapat aplikasi-aplikasi yang bersifat Open Source yang di peruntukan kepada perkembangan para Blogger tersebut. Blog mempunyai fungsi yang sangat beragam, dari sebuah catatan harian sampai dengan media publikasi dalam sebuah kampanye politik, program-program media dan korporasi. Sebagian blog dipelihara oleh seorang penulis tunggal, sementara sebagian lainnya oleh beberapa penulis. Banyak juga weblog yang memiliki fasilitas interaksi dengan para pengunjungnya, yang dapat memperkenankan para pengunjungnya untuk meninggalkan komentar atas isi dari tulisan yang dipublikasikan. Karena semakin banyaknya pengguna fasilitas blog dan seringnya para pengguna blog yang sering berkunjung ke blog lain, maka lazim dibentuk sebuah organisasi atau komunitas kumpulan blogger yang notabene mayoritas penggunanya adalah para penulis. Pada tahun 2002, merujuk pada data analisa APJII jumlah pengguna internet Indonesia mencapai 4 juta lebih pengguna. Tentunya angka statistik di tahun 2007 tidaklah sama, ini menunjukkan bahwa telah mengalami perubahan fase media penulisan yang pesat. Baik, kini telah sampai kita pada tahapan akhir perjalanan jurnal ini. Beberapa perubahan-perubahan fase media penulisan telah kita lewati bersama. Mulai dari selembar daun lontar sampai media yang terbentuk dari angka “0 dan 1”. Masih ada satu media lagi yang belum booming di negeri nusantara kita ini. Apa itu? Ya, sekali lagi Anda benar, media itu adalah handphone. Mungkin anda bertanya-tanya bagaimana mungkin handphone mampu menjadi media baru untuk penulisan. Tentu saja mampu, handphone adalah perangkat yang sekarang memiliki tingkat kecerdasan setara dengan komputer pada lazimnya, bahkan handphone memiliki fungsi yang jauh lebih cerdas dari pada komputer biasa. Dengan handphone Anda mampu melakukan komunikasi jarak jauh, mengirim pesan jarak jauh, melihat lawan bicara pada layar ketika komunikasi berlangsung, dan tentu tak terkecuali membaca naskah atau tulisan melalui handphone. Seiring berjalan perkembangan teknologi, kembali telah terjadi “ledakan evolusi” media penulisan. Berbagai vendor handphone berlomba-lomba untuk membuat produknya menjadi yang terdepan. Dengan didukung oleh perangkat keras dan perangkat lunak yang dikolaborasikan sehingga memungkinkan handphone mampu menjadi sebuah media penulisan baru. Dalam fenomena ini sebuah perusahaan mobile content provider, NaskahMobile.Com mencoba untuk melengkapi dari fenomena fase transisi media penulisan dengan mengenalkan produk-produknya antara lain, MobiNovel, SMStory, SMSPantun, SMSPuisi, SMSTipsPenulisan dan SMSInfoPenulisan. Didukung oleh operator selular, penyedia teknologi content provider, para penulis dan vendor handphone, naskahmobile.com bersama-sama mencoba untuk turut andil dalam mewujudkan handphone sebagai salah satu media penulisan masa depan. Dengan melihat jumlah pelanggan selular di Indonesia sepanjang 2005 silam sudah mencapai 45 juta orang, jika pengguna di dunia ada 1,5 miliar orang! Sedangkan di tahun 2006 diperkirakan ada 59 juta orang dan 2007 ada 73 juta orang sedangkan pengguna didunia ada 2 miliar orang.[18] Tentunya ini adalah angka yang menakjubkan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah pengguna handphone dari tahun ke tahun semakin meningkat, dan ini sekaligus menunjukan semakin kuat bahwa memungkinkan handphone menjadi media penulisan, ya, dan tentunya media penulisan paling “compact”. Pada realitasnya untuk saat ini, media handphone belum lazim digunakan untuk media penulisan. Akan tetapi perlu diingat bahwa teknologi akan selalu berubah dan berkembang, dan hanya tinggal menunggu waktu saja saatnya handphone bisa menjadi perangkat yang dapat dijangkau oleh kalangan manapun. Jika handphone sudah menjadi perangkat yang terjangkau maka tidak menutup kemungkinan, handphone menjadi media penulisan yang tercepat dalam hal penyebaran dan publikasi karya sastra Indonesia. Pada kesimpulan akhir jurnal ini, dari analisa perubahan fase media penulisan dari waktu ke waktu, dan data pengguna media penulisan tersebut, maka handphone dapat dikatakan akan menjadi media penulisan di masa depan. dengan alasan pilihan; merupakan media yang saat ini hampir semua orang memiliki Telepon Selular, perkembangan update teknologi dari Gadget dan infrastuktur selular sangat cepat bahkan hampir melampaui perkembangan internet sekarang ini. Lets bring into reality…Indonesian Literature Goes to Mobile! (*)
Posting Komentar
terimakasih atas atensinya...