Buaya selama ini menjadi binatang yang ditakuti. Tetapi untuk bisa menikmati predator mematikan itu bukan hal yang tidak mungkin. Di Penangkaran Buaya Blanakan, di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, kita bisa melihat binatang itu dari jarak yang dekat, bahkan bisa menyentuhnya.
Penangkaran buaya Blanakan yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat ini terdapat ratusan buaya. Buaya-buaya ditempatkan di puluhan kolam, dipisahkan sesuai umur dan ukuran. Menurut Santoso, Staff Bagian Budidaya Penangkaran Buaya Blanakan, terdapat 23 kolam penangkaran yang menampung 500 ekor buaya.
Buaya-buaya di Blanakan biasanya diberi makan setiap dua hari sekali. Pakan utama buaya-buaya tersebut adalah ikan laut dan bebek yang didapat dari para nelayan di sekitar Blanakan serta para peternak bebek langganan.
“Perhitungannya, tiga hari sekali buaya-buaya itu menghabiskan sekitar satu kwintal ikan dan ratusan ekor bebek,” katanya belum lama ini.
Untuk buaya berumur satu tahun kata Santoso, diperlukan pakan seberat 50 gram per hari/ekor, buaya umur dua tahun 100 gram per hari/ekor, yang berumur tiga tahun 160 gram per hari/ekor, yang berumur empat tahun 100 gram per hari/ekor dan selanjutnya 10 persen dari berat badan.
Ditempat ini juga masyarakat juga bisa membeli buaya, namun hanya yang F2 atau keturunan kedua (cucu) yang diizinkan dijual. Untuk F0 (indukan utama) tetap dipertahankan. “Tapi sebelum membeli, harus mengajukan ijin terlebih dulu ke Direktorat Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PPA). Sebelum dapat ijin, kita tidak akankeluarkan buaya ke calon pembeli,” terangnya.
Menurut santoso, harga buaya yang dijual juga bervariasi. Untuk umur 0 - 1 tahun dibanderol Rp 800.000, umur tahun ke-2 Rp 1.091.000, umur tahun ke-3 Rp 1.382.000, umur tahun ke-4 Rp 1.673.000, umur tahun ke-5 Rp 1.964.000, umur tahun ke-6 Rp 2.255.000, umur tahun ke-7 Rp 2.545.000, umur tahun ke-8 Rp 2.845.000, umur tahun ke-9 Rp 3.857.000, umur tahun ke-10 Rp.3.418.000, umur tahun ke-11 tahun Rp 4.000.000.
“Selama ini konsumen pembeli buaya rata-rata mereka ingin memanfaatkan buaya sebagai penusnah limbah di usaha peternakan. Daripada ayam atau sapi dibakar, mending dagingnya dikasih ke buaya yang mereka pelihara,” katanya.
Beberapa industri kerajinan juga kerap memesan buaya untuk menjadi bahan pembuat tas, dompet, sepatu dan sebagainya. “Mereka biasanya pesan beberapa ekor untuk dipotong. Karena kami juga menyediakan jasa pemotongan buaya,” jelas Santoso.
Jack dan Baron
Dua buaya yang menjadi favorit, Jack dan Baron yang menempati kolam paling besar bersama lima buaya betina. Kedua buaya itu merupakan buaya generasi pertama yang ditangkar di sana, didatangkan dari Kalimantan. Jack dan Baron memiliki ukuran paling besar dan umur paling tua dibandingkan buaya lain. Jack, panjangnya 6,5 meter dengan berat 1 ton. Sedangkan baron, memiliki ukuran lebih panjang, 7 meter dengan berat 800 kwintal. Keduanya berusia 30 tahun.
Atraksi memberi makan kedua raksasa inilah yang paling ditunggu para pengunjung. Dengan membeli tiket seharga Rp8000, pengunjung bisa menyaksikan atraksi mendebarkan si penakluk buaya.
Biasanya, untuk memancing agar buaya-buaya itu keluar, pengunjung bisa membeli bebek yang banyak dijual di sekitar kolam. Jika bernyali besar, pengunjung juga bisa menyentuh tubuh Baron dan Jack, tentunya dengan didampingi oleh pawang di sana.
“Baron dan Jack ini sudah jinak. Tapi tetap saja harus hati-hati memperlakukannya. Biasanya pengunjung yang datang ke sini ngasih makan bebek sebagai umpan agar Baron dan Jack keluar. Nanti mereka kita pancing untuk mendekat ke daratan dan pengunjung bisa memegang Baron dan Jack,” kata Imron (25), pawang buaya.
Meski demikian, terkadang para pawang susah untuk memanggil Baron dan Jack keluar dari dalam air lumpur. Mereka kadang sampai memanggilnya berulang-ulang, “Jack.. Jack, Baron, Baron,” sampai kedua buaya besar itu menunjukkan diri. “Ya memang harus sabar. Kalau sudah kenyang mereka biasanya sulit keluar,” kata Imron yang sudah lima tahun menjadi pawang buaya.
Semua buaya di sini adalah keturunan Baron dan Jack. Dulu kedua buaya ini dibawa dari Kalimantan pada 1988,” kata Imron. Lima buaya betina indukan yang ditempatkan bersama Baron dan Jack secara produktif menghasilkan telur-telur buaya. buaya-buaya tersebut biasanya bertelur di sarang-sarang yang berada di daratan sisi kanan kolam.
Bagi yang ingin melihat buaya-buaya kecil, di samping kolam atraksi terdapat sebuah kandang. Di sana terdapat ratusan buaya yang berusia antara 1-3 tahun.
Selain bisa menyaksikan atraksi buaya, di penangkaran yang berada di dalam komplek Wana Wisata Blanakan, pengunjung juga bisa menyaksikan asrinya suasana hutan mangrove. Terdapat beberapa pohon di hutan rindang tersebut, di antaranya Pidada, Api-api, dan sebagainya. Setiap akhir pekan dan hari libur nasional, kawasan wisata itu tidak pernah sepi pengunjung.
“Luasan hutan mangrove sekitar 15 hektar, sedangkan untuk penangkaran buaya hanya menggunakan lahansekitar 2,7 hektar,” kata Santoso
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar
terimakasih atas atensinya...