Semua pekerjaan dalam pandangan seorang muslim adalah bagian dari ibadah dan penghambaan terhadap Allah Swt. Apalagi pekerjaan itu dilakukan sebagai wujud syukur atas karunia penciptaan Allah Swt. yang telah menyempurnakan manusia dengan segenap kelengkapan tubuh dan kekuatan pikiran. Kemudian bagi muslim yang bekerja untuk menghidupi keluarganya, keutamaannya sungguh luar biasa. Oleh karena itu, bekerja harus dilakukan sebaik mungkin, walau terkadang manusia di hadapkan kepada ujian-ujian yang bertaraf besar. Namun itulah yang disebut jihad, berusaha di jalan Allah Swt.
Sejak awal Allah Swt. memang sudah menyatakan bahwa Dia menciptakan manusia sebagai khalifah Allah Swt. di bumi. Khalifah berarti wakil/ pengganti yang harus berbuat sesuai dengan kehendak yang diwakili dan sebisa mungkin kualitas kerjanya mendekati kualitas kerja yang diwakilinya.
Oleh karena itu, Allah Swt. telah melukiskan kesempurnaan dan kebesaran hasil kerja Allah Swt. Walaupun mustahil kita mendekati kesempurnaan Allah Swt, namun sudah seharusnya kesempurnaan Ilahi itu menginspirasi kita untuk selalu berbuat yang terbaik.
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (QS. AL Mulk: 3-4)
Sesungguhnya, banyak sekali orang yang sedang berusaha untuk mencapai keberhasilan atau kesuksesan, namun mereka tidak begitu tahu bagaimanakah hakikat sukses yang sesungguhnya. Lebih parah lagi, mereka bahkan tidak mengerti tentang hakikat kehidupan. Sehingga mereka hanya terpacu kepada semua keindahan dunia yang terlihat oleh mata. Mereka menjalani kehidupan seadanya. Bahkan, tak jarang mereka tak mau tahu tentang bagaimanakah mekanisme kehidupan setelah kematian. Mereka menghiraukan kehidupan di akhirat, yang sesungguhnya sangat pasti akan mereka temui.
Ketidaktahuan seperti ini bisa mengakibatkan seseorang berikhtiar sesuka mereka saja, dengan mengabaikan kaidah-kaidah yang telah tergaris dalam Islam. Banyak pula bagi mereka yang sebenarnya sudah mengerti dengan kaidah-kaidah itu, namun mereka tetap mengabaikannya atau berpura-pura seolah mereka tidak tahu mengenai kaidah tersebut. Mereka masih terus berikhtiar dengan jalan yang mereka pilih sendiri, dengan alasan bahwa kaidah-kaidah yang telah ada itu, hanya mempersulit mereka saja.
Sesungguhnya, kesuksesan adalah hak yang dimiliki oleh semua manusia. Baik itu sukses untuk hidup bahagia di dunia, maupun sukses untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Keadilan dari Allah Swt. bisa kita saksikan disini. Tidak ada pembedaan dan tak ada tingkatan, siapapun orangnya, darimanapun asalnya dan bagaimanapun bentuk fisiknya, akan memiliki hak yang sama untuk memperoleh kesuksesan.
Sedangkan beberapa hal yang menjadi pembeda adalah; tingkat usaha serta jalan untuk menempuhnya. Seberapa besar usaha yang dilakukan, bagaimana cara-cara menempuhnya, akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan yang akan manusia peroleh.
Kebanyakan dari manusia sesungguhnya sudah tahu, bahwa mereka semua memiliki hak untuk sukses. Dan mereka pastinya akan menjawab dengan jawaban seperti itu kepada orang-orang yang bertanya kepada dirinya dengan pertanyaan ”Apakah Anda boleh sukses”?
Memang benar, bahwa semua manusia mempunyai hak yang sama untuk meraih keberhasilan. Namun, persoalan yang kerap kali muncul, bahwa tidak semua orang tahu bagaimana cara untuk mendapatkan kesuksesan itu. Mereka lebih cenderung mempunyai keinginan, namun tak tahu bagaimana meraihnya. Untuk kemudian, yang ada adalah orang itu menghabiskan waktunya dengan berangan-angan saja.
Di sisi lain, banyak orang juga yang takut akan kegagalan. Mereka yang menganggap kegagalan layaknya sebuah hantu yang terus membayangi hidupnya. Kegagalan seperti sebuah jurang yang membuat jarak antara harapan dan kenyataan semakin jauh. Cara pandang yang demikian itu adalah tidak benar.
Seharusnya, kegagalan itu kita jadikan sebagai motivasi untuk bekerja lebih keras lagi. Ambillah hikmah dari setiap kegagalan itu. Karena sesungguhnya, kegagalan adalah jalan untuk menemukan dimana letak suatu kebahagiaan. Sesungguhnya pula, kegagalan adalah pelajaran yang akan membuat manusia semakin berhati-hati ketika hendak mengambil keputusan.
Charles Knight, direktur emerson Elektronik pernah mengatakan ;
”Kita memerlukan kemampuan untuk gagal. Saya heran banyak organisasi yang membangun suatu lingkungan yang tidak mentolelir orang-orangnya yang berbuat salah. Anda tidak akan berhasil melakukan inovasi apapun jika Anda tidak rela menerima kegagalan.”
Jangan salahkan Allah Swt. saat kita mengalami kegagalan atau usaha yang kita jalani belum mendapatkan hasil seperti yang selama ini kita harapkan. Jangan pula kita marah dengan kenyataan ini, karena kegagalan seolah terus menjadi sahabat baik kita. Bahwasanya nasib manusia berada ditangan manusia itu sendiri. Allah Swt. hanya akan merubah semua itu apabila manusia mau mengusahakanya. Tentunya dengan usaha yang gigih dan mulia, dengan tetap bertawakal kepada Allah Swt.
Di sini, peran penting diri sendiri sangat dibutuhkan. Sekali lagi, bahwa diri kitalah sang penentu masa depan diri kita sendiri. Apa yang kita inginkan, apa yang kita yakini, tentunya tidak akan tersampaikan apabila kita terus berdiam diri serta selalu menunggu keberuntungan mendatangi diri kita.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolak-Nya. Dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Al-Ra’d: 11)
Satu hal yang patut kita sadari, bahwa setiap individu sudah barang pasti memiliki potensi dan kemampuan untuk meniti karier menuju ke jenjang kesuksesan. Kapanpun, selalu ada peluang maupun kesempatan untuk menuju kearah sana. Yaitu dengan memanfaatkan pola pikir serta kedewasaan yang dimilikinya, dengan niat yang selalu ia tekankan dalam hatinya serta dengan tingkat kecerdasan yang ada di dalam pikirannya. Yakinlah, bahwa Allah Swt. selalu menyediakan jalan bagi orang-orang yang mau berfikir.
Sekali lagi, bahwa keputusan untuk sukses atau tidak, berada di tangan kita sendiri. Tinggal kita sendiri yang harus bisa mengembangkan keputusan tersebut menjadi sebuah kenyataan. Karena sejatinya manusia adalah makhluk paling sempurna yang telah Allah Swt. ciptakan. Malaikat, Jin dan makhluk Allah Swt. lainnya bahkan masih jauh kalah sempurnanya bila dibandingkan dengan kita, manusia. Maka berbanggalah kita sudah tercipta menjadi seorang manusia.
”Hai manusia, apakah yang telah memperdayakanmu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (sususan tubuhmu) seimbang, dalam bentuk apasaja yang ia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (QS Al-Infithar:6-8)
Untuk mendapatkan kekuatan personal dalam usaha menggapai sukses, seorang manusia harus mengambil alih kendali atas hidupnya sendiri, membangun kebenaran di dalam diri, mengenai siapa dirinya dan apa yang dapat ia lakukan. Mengenal diri sendiri adalah hal yang sangat vital, untuk selanjutnya digunakan untuk membangun mimpi-mimpi yang telah manusia rencanakan.
Perhatian besar harus diberikan untuk membangun kembali sebuah hubungan dengan motivasi menggebu-gebu yang kita punya. Ia adalah sosok yang bersinar, terang benderang dan menanti untuk menyalakan lagi api semangat dalam diri manusia, membebaskan gairah manusia untuk berusaha dan melepaskan energi tanpa batas untuk menjalani kehidupan yang menarik dan memuaskan gairah dan keinginan-keinginan manusia. Kita semua juga harus senantiasa meyakini dan mengikuti keyakinan mengenai potensi kita untuk sukses. Keyakinan itu sebaiknya tidak boleh tercampuri sedikitpun rasa skeptis atau keraguan.
Dari sini saja dapat kita ketahui, betapa hebatnya diri kita, betapa Agungnya Allah Swt yang telah menganugerahkan semua itu. Dengan semua bakat dan potensi yang sesungguhnya memang benar-benar ada dalam jiwa kita.
Mungkin selama ini kita yang kurang menyadari, sehingga potensi-potensi yang sangat bernilai tersebut selalu terkubur sia-sia dalam diri kita. Seperti sebuah ladang minyak yang tidak pernah diketahui oleh manusia, atau seperti ladang emas yang tersimpan di tengah hutan sana. Semuanya menjadi tidak berarti apabila kita tidak berusaha untuk menemukannya.
Sesungguhnya, Allah Swt. telah menciptakan manusia bukan untuk menjadi kesia-siaan belaka. Dia telah melengkapi semua unsur yang ada agar bisa digunakan dengan sebaik-baiknya. Semua itu ada maksud dan tujuan yang jelas. Agar digunakan dan di manfaatkan sebagaimana mestinya. Seperti yang telah Dia firmankan:
Maka apakah kalian mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka MahaTinggi Allah, raja yang sebenarnya. Tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan yang mempunyai 'Arsy yang mulia. (QS Al-Mukminuun:115-116)
Maka pahamilah seperti apakah tujuan dari penciptaan agung atas diri kita, diri manusia. Renungkanlah dalam malam-malam sepi, pikirkan dengan kebersihan hati, dan pandanglah dengan kesehatan batin. Dengan ini tentunya kita akan bisa menemukan arah dan tujuan kita ketika menjalani hidup yang hanya sebentar di dunia ini. Dan semua tujuan itu dapat kita capai apabila kita mau berusaha; menggerakkan pikiran dan tenaga semaksimal mungkin.
Terpenting, jangan dulu memikirkan apa yang nanti kita dapatkan, saat ikhtiar sedang di lakukan. Kegagalan atau kesuksesan adalah buah yang pasti akan kita dapatkan. Sebelum mengandai-andai jauh mengenai kelimpahan materi, yakinkan dulu diri kita sendiri, bahwa suatu saat Ikhtiar yang kita lakukan itu akan membuahkan sebuah hikmah yang pastinya akan membuat bukan hanya kita dan keluarga saja, namun juga bisa membuat Allah Swt. senang dengan pencapaian kita itu..
"Sesungguhnya besarnya balasan tergantung besarnya ujian" yakni semakin besar ujian, semakin besar pula balasan yang akan di dapatkannya. Cobaan yang ringan, balasannya pun ringan. Sedangkan cobaan yang besar atau berat maka pahalanya pun semakin besar. Karena, sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla mempunyai keutamaan terhadap manusia. Apabila mereka ditimpa musibah yang berat, maka pahalanya pun semakin besar dan apabila musibahnya ringan maka pahalanya pun akan dihargai ringan.
"Dan sesungguhnya, Allah Ta'ala apabila mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka". Ini merupakan suatu kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Dengan diturunkannya musibah (bukan azab) yang berupa cobaan, dan orang-orang yang beriman selalu sabar menghadapinya, maka inilah sebenar-benarnya ladang pahala bagi mereka.
Sekali lagi, apabila musibah itu tiba-tiba datang kepada kita, jangan pernah menyangka kalau Allah Swt. itu membenci kita. Bahkan, bisa jadi musibah ini sebagai tanda kecintaan Allah Swt. kepada seorang hamba yang selalu kuat menjalani cobaan-cobaan yang telah di timpakan sebelumnya.
Allah Swt. menguji hamba tersebut dengan musibah-musibah maupun dengan ujian berupa kesusahan. Apabila dia ridha, bersabar dan mengharap pahala serta kebaikan kepada Allah Swt. atas musibah tersebut, maka baginya keridhaan dari Allah Swt. Sebaliknya, apabila dia menghindari dan marah saat cobaan menghadangnya, maka yang akan dia dapatkan adalah kemarahan dari Allah Swt. Percayalah, bahwa Allah Swt. Maha Adil.
Dalam buku ini, terdapat anjuran, pemberian semangat agar manusia bersabar terhadap musibah-musibah yang menimpanya, sekaligus tetap menjaga visualisasi masa depannya dengan cara melakukan ikhtiar secara benar dan bersungguh-sungguh. Ingatlah, bahwa kesuksesan adalah perjalanan dari beberapa proses. Dan dengan ikhtiar inilah seorang manusia akan terus berusaha mendapatkan ilmu dunia dan terpenting menjadi sosok bersyukur di hadapan Allah Swt. Sehingga semua itu ditetapkan untuknya keridhaan dari Allah 'Azza wa Jalla. Wallaahul Muwaffiq.
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
sip.. Ditunggu terbitnya fer..