Pada artikel ini Anda akan diajak untuk menggunakan logika dan perhitungan yang cermat untuk membuat berbagai macam scene yang diperlukan dalam membentuk skenario yang utuh. Yang perlu anda perhatikan adalah bahwa setiap scene mewakili bahasa visual dan bahasa dialog untuk menerangkan adegan-adegan yang ditampilkan. Apa maksudnya? Tentunya anda harus sadar bahwa skenario adalah sebuah format cerita yang sangat dibatasi oleh kemampuan visualisasi dan keterbatasan waktu melakukan dialog karakter pada layar televisi.
Sebagai contoh, pernahkah Anda memperhatikan film-film romantis seperti Meteor Garden, Pretty Woman, atau film-film remaja Indonesia? Jika Anda jeli, perhatikan bagaimana penggambaran/visualisasi adegan romantis dalam beberapa scene yang menggunakan bahasa gambar seperti rumput hijau, bunga-bunga berkembang, wajah cantik dan tampan, hingga pakaian dan properti yang menawan. Banyak adegan yang menggambarkan pertemuan dua tokoh yang tiba-tiba saja berada di tempat yang sama dan indah, dengan menghilangkan logika bagaimana mereka bisa berada di tempat tersebut, apakah tempat tersebut mudah dijangkau? Beberapa film India bahkan menggambarkan tempat-tempat yang sebenarnya sukar dijangkau dalam waktu singkat apabila menggunakan logika realitas. Beberapa scene menceritakan perjalanan tokoh dari lokasi gunung, laut, pantai hingga bersatu di sebuah taman yang indah hanya dalam hitungan detik. Bahasa visual diperlukan untuk memperindah atau menegaskan sebuah adegan yang mungkin tidak bisa digantikan dengan dialog.
Apabila bahasa visual tidak dapat dilakukan maka digunakan bahasa dialog yang menceritakan sebuah kejadian yang telah, akan, atau sedang berlangsung. Misalnya, sebuah skenario menceritakan seorang pelajar yang mengalami peristiwa pemboman di sekolahnya. Pelajar tersebut berhasil pulang selamat sampai di rumah. Secara imajinasi, kita dapat saja menulis scene-scene yang menceritakan ledakan pemboman di sekolah, namun kembali ke soal eksekusi skenario tersebut. Tentu sangat sulit melakukan visualisasi adegan ledakan di sekolah. Selain mahal juga sangat berbahaya. Dengan sedikit trik kita dapat memodifikasi cerita ini dan membuatnya dalam potongan scene sebagai berikut.
EXT. JALAN RAYA - SIANG Sebuah bunyi ledakan mengagetkan orang- orang yang sedang berlalu lalang di sebuah jalan raya dekat sebuah sekolah.
SOUND EFFECT : Suara ledakan Bom
VISUAL EFFECT: Asap, debu dan jelaga. Orang-orang berlarian panik, keadaan menjadi kacau. Beberapa orang tampak membopong anak-anak kecil yang berlumuran darah. Beberapa murid Sekolah berlarian dengan menggunakan pakaian yang compang- camping seolah sehabis terkena api. Jeritan di sana-sini.
ORANG-ORANG (Histeris) Tolong, Tolong!
Seorang satpam berlari menghampiri mereka, ia tampak kebingungan.
SATPAM (kaget+bingung) Apa? Ada apa ini? Apa yang terjadi?
ORANG-ORANG Sekolah, sekolah pak! Sekolah dasar di depan sana dibom orang, hancur lebur! Mengerikan!
Seorang pelajar dengan pakaian compang-camping dan tubuhnya yang kotor terkena abu berlari di antara kerumunan massa. Ia kelihatan letih dan kebingungan. Ia berjalan berlawanan arah, pulang menuju rumahnya.
CUT TO:
INT. RUMAH SANG PELAJAR - SIANG Sang Pelajar berhasil sampai ke rumahnya. Tubuhnya lemah, ia terduduk lemas pada kursi sofa rumahnya.
Sang Ibu menghampirinya, raut mukanya tampak kaget sekali.
IBU (kaget) Astaga?!! Kenapa kamu nak? Apa yang terjadi?
SANG PELAJAR (terbata-bata) Sekolah bu, sekolahku dibom orang!
CUT TO:
Sebagai penulis skenario, kita dituntut untuk menguasai trik tersebut. Bagaimana mempersingkat sebuah scene, menghemat penggunaan visualisasi, dan menggantinya dengan dialog atau mengubah cara pandang penonton dalam menyikapi sebuah adegan. Kadang penggunaan narasi dengan teknik Voice Over dapat mempersingkat penjelasan detail sebuah scene. Sebuah film yang sangat terkenal seperti Star Wars selalu menggunakan narasi pembuka yang menceritakan awal mula sebuah cerita. Bahkan, hanya dengan menggunakan narasi pembuka, penonton dapat digiring untuk mengamini atau meyakini film tersebut adalah film yang menarik.
Interaksi Antarkarakter
Jika kits amati lebih jauh, sebuah cerita terjadi karena adanya pergerakan dan interaksi antarkarakter yang mendukung cerita tersebut. Dalam penulisan skenario, interaksi antarkarakter diwujudkan dengan berbagai hal seperti dialog dan visualisasi bahasa tubuh. Dialog antarkarakter menempati porsi terbesar dari sebuah skenario. Dialog menggambarkan berbagai macam keadaan yang dialami sang karakter dan menerangkan kepada penonton apa saja yang sedang dirasakan sang karakter pada saat menjalankan tugasnya.
Interaksi antarkarakter dapat menghasilkan berbagai macam keadaan seperti konflik, problem, dukungan, aksireaksi, dan keterkaitan. Pada bab sebelumnya telah diterangkan bahwa terdapat beberapa macam karakter pendukung sebuah cerita. Karakter protagonis selalu berkonflik dengan karakter antagonis. Karakter sidekick selalu memberikan dukungan pada karakter protagonis. Karakter kontagonis selalu mendukung karakter antagonis. Karakter skeptis adalah karakter yang tidak mempercayai segenap usaha yang dilakukan karakter protagonis. Sebuah drama membutuhkan berbagai macam konflik yang berasal dari proses interaksi.
Untuk menjalankan sebuah cerita/skenario, setiap karakter harus mempunyai tiga aspek utama, antara lain:
1. Motivasi: Motivasi adalah latar belakang yang memberikan motif bagi karakter untuk melakukan aksi. Motivasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
• Motivasi Negatif: Karakter bergerak karena keadaan buruk yang menimpanya di masa lalu. Keadaan buruk didefinisikan seperti kesedihan, ketakutan, kemiskinan, ketidakmengertian, dan ketidakberuntungan yang menimpa sang karakter dalam memulai sebuah perjalanan.
• Motivasi Positif: Karakter bergerak karena keadaan yang menunjang kehidupannya di masa lalu. Contohnya kekayaan, kejayaan, kehebatan, kemenangan, dan kesenangan.
2. Interaksi: Interaksi tercipta karena adanya motivasi karakter yang berusaha melakukan komunikasi timbal balik terhadap lingkungan dan karakter lainnya. Interaksi dibagi menjadi interaksi negatif dan positif. Contohnya:
• Interaksi Negatif: Konflik, problem, dan ketakutan, dipandang sebelah mata (skeptis) sebagai pengkhianatan dan kekalahan yang dihasilkan dari interaksi dengan lawan-lawan karakter lainnya.
• Interaksi Positif: Dukungan, rasa cinta, pertolongan, kepercayaan, dan perlindungan.
3. Tujuan/goal: Setiap karakter mempunyai tujuan dalam setiap cerita. Tujuan dapat berupa tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan akhir dari perjalanan sang karakter biasanya berupa kemenangan, pengorbanan, dan pemecahan masalah.
Contoh cerita:
Dadan adalah seorang pemuda berumur 24 tahun yang berjuang hidup di Jakarta. Masa kecilnya yang buruk, ayah ibunya bercerai, kemiskinan dan sekolahnya yang tidak tamat membuat Dadan kesulitan menjalani hidup. Beruntung Dadan dikaruniai fisik dan wajah rupawan serta kepandaiannya bernyanyi, ia mencoba mengadu nasib ke Jakarta dan bercita-cita menjadi seorang model yang sukses. Ternyata impiannya terlalu muluk, sampai di sana ia hanya diterima bekerja sebagai seorang cleaning service. Namun suatu hari ia berkenalan dengan seorang karyawan cantik, Ani 23 tahun, yang bekerja di gedung yang sama. Dadan jatuh cinta, begitu juga sebaliknya. Hubungan mereka tidak mulus karena ada seorang karyawan lain yang begitu membenci Dadan, Ando 25 tahun. Dengan berbagai upaya ia berusaha mengalahkan Dadan. Dadan mempunyai seorang teman bernama Gio, 25 tahun. la, seorang yang sangat loyal dan selalu membantu bila diperlukan. Dadan mempunyai seorang atasan yang selalu marah dan menganggap Dadan bekerja tidak becus, Pak Heru 50 tahun. Hingga suatu saat, Dadan berhasil mewujudkan impiannya menjadi model terkenal.
Sinopsis sederhana yang dikembangkan pada tabel Siklus Perjalanan Karakter dapat diperkaya dengan berbagai macam motivasi dan interaksi yang berbeda. Anda dapat menambahkan motivasi yang berawal dari ketakutan atau anda berikan interaksi negatif lainnya pada tabel. Apabila anda berhasil mendefinisikan perjalanan setiap karakter seperti tabel di atas, anda tidak akan kesulitan menentukan berbagai tema tambahan pada skenario anda.
Tabel di atas juga sangat berguna untuk menerangkan sebuah skenario secara detail tanpa menghabiskan banyak kata. Semua pola cerita, struktur, alur, perjalanan karakter, dan ide-ide baru dapat dimasukkan secara cepat. Sistem ini sangat membantu bagi rumah-rumah produksi yang membuat paket program kejar tayang.
Konflik Antarkarakter
Dalam perjalanan cerita, seringkali terjadi konflik antarkarakter yang dipicu oleh emosi dan kepentingan antarkarakter. Konflik utama tetap terfokus pada perseteruan tokoh antagonis dan protagonis. Namun untuk memperkaya cerita, kita dapat menimbulkan konflik-konflik temporari antarkarakter. Jika mengacu pada contoh sinopsis tadi, mungkin kita dapat menambahkan berbagai macam konflik antara lain sebagai berikut.
Tokoh Dadan sering salah paham dengan Ani, sebagai pasangan muda, Ani merasa hubungan mereka tidak serasi. Dadan terlalu lugu buat Ani, sedangkan Dadan mengganggap Ani keras kepala dan sombong. Ando dan Dadan selalu berseteru. Ando selalu menghina Dadan, mulanya Dadan mengalah, sampai suatu saat, ia tidak tahan dan berkelahi dengan Ando. Gio pernah salah paham dengan Dadan, ia mengira Dadan mempermainkannya, padahal ia justru terkena hasutan dari orang lain. Sementara, Dadan kadang berkonflik dengan Gio karena sikap Gio yang cenderung kasar dan bergaya seperti preman.
Dengan menggunakan Tabel Konflik Antarkarakter, kita dapat merancang berbagai porsi peran dan dialog. Jika suatu saat mengerjakan proyek sinetron jangka panjang, Anda disarankan menggunakan tabel seperti di atas untuk mempermudah menganalisis berbagai macam konflik yang bisa ditimbulkan antarkarakter.
Mental Karakter
Beberapa penulis pemula sering mengajukan pertanyaan, bagaimana membuat sebuah cerita/skenario yang tidak menggunakan tokoh antagonis? Konflik apa yang bisa berkembang dari cerita seperti ini? Untuk memahaminya, kita bisa melihat contoh sinopsis cerita di bawah ini:
Sinopsis: Ana adalah seorang gadis cantik berusia 19 tahun, mempunyai empat teman lelaki yang bernama Heri, Bambang, Bimo, dan Ario. Sedari kecil, mereka selalu bermain dan berjalan bersama. Hingga ketika usia dewasa, keempat pemuda tersebut jatuh cinta ke Ana. Heri orangnya sensitif, ia pemalu dan cenderung menyembunyikan perasaannya. Bambang seorang yang pemberani, cenderung terbuka dan blak-blakan dalam mengungkapkan rasa cintanya. Bimo seorang yang berpikir sangat logis, walaupun ia jatuh cinta, ia selalu menimbang baik-buruk dan untung-rugi hubungannya. Sedangkan Ario cenderung bersifat mengalah, ia lebih senang melihat kawannya bahagia ketimbang berkompetisi mendapatkan cinta Ana.
Dengan tidak adanya karakter antagonis, kita menggunakan pendekatan mental karakter untuk membuat jalinan konflik antarpemain. Mental karakter adalah sebuah teori yang dikembangkan Chris Huntley dan Melanie Anne Phillips, tokoh pembuat konsep Dramatica-teori baru membuat cerita.
Mental karakter dibagi menjadi dua bagian besar, Male dan Female. Mental karakter tidak berhubungan dengan masalah gender atau seks. Mental karakter berkaitan erat dengan masalah psikologi. Di dalam diri manusia selalu ada dua perasaan yang menggerakkan emosinya, yaitu perasaan sebagai makhluk bermental perempuan dan makhluk bermental laki-laki. Mental karakter perempuan (female) mewakili perasaan-perasaan defensif, takut, sedih, cemas, sensitif dan berbagai karakter yang berhubungan dengan hati kecil. Mental karakter lelaki (male) berhubungan dengan masalah ofensif, pemberani, logika, berhitung, penakluk dan berbagai karakter yang cenderung menggunakan logikanya dalam membuat keputusan. Jika anda melihat sinopsis tersebut, terlihat jelas bahwa setiap karakter memainkan mental karakter yang berbeda-beda. Walaupun mereka adalah karakter- karakter yang saling membantu dalam beraktivitas, mereka mempunyai masalah dan konflik yang ditimbulkan akibat perbedaan mental karakter. Cerita yang menitikberatkan masalah mental karakter sebagian besar adalah cerita-cerita romantis. Mental karakter selalu berkonflik apabila mempunyai goal yang sama: Rasa ingin memiliki dan mencintai antarkarakternya. Dan, konflik terjadi karena karakter yang diperebutkan berjumlah lebih sedikit dari karakter yang memperebutkan. Salah satu contoh yang menarik dipelajari adalah serial Meteor Garden, perhatikan dengan cermat, seluruh cerita dalam skenario film ini berkisah masalah romantisme yang harus dibagi!
Mengenalkan Tokoh pada Penonton
Salah satu kesulitan penulis skenario adalah menerangkan kepada penonton untuk pertama kali siapa saja tokoh-tokoh karakter dalam film. Setiap karakter dalam skenario wajib diperkenalkan dengan berbagai cara agar penonton memahami berbagai macam motivasi, aktivitas, dan kemampuan dari sang karakter. Untuk beberapa tokoh yang sederhana dan tidak kompleks, kita dapat membuat scene-scene perkenalan karakter dengan memanfaatkan set lokasi. Umpamanya, untuk mengenalkan tokoh karakter seorang pelajar maka kita bisa menyiapkan sebuah scene yang menampilkan dia sedang beraktivitas di sekolah. Atau, untuk menceritakan tokoh karakter dokter maka kita dapat menyiapkan scene aktivitasnya di rumah sakit. Perhatikan contoh scene sederhana yang memperkenalkan seorang tokoh dokter.
EXT. KORIDOR RUMAK SAKIT - SIANG
Seorang Dokter lelaki muda berjalan disepanjang koridor rumah sakit. Dokter tersebut terlihat ramah dan tampan. Beberapa suster dan dokter wanita terpesona oleh kehadirannya.
SUSTER 1 (berbisik) Eh tahu nggak siapa sih nama dokter itu?
SUSTER 2 Lho kamu belum tahu ya? Itu kan dokter Andre?
SUSTER 1 Dokter Andre Siapa?
SUSTER 2 Itu Dokter Andre lulusan Amerika, masih bujangan. Kaya raya, mobilnya BMW, tinggal di Apartemen Permata Hijau dan orangnya sangat baik lho.
SUSTER I 0 ya? Kenalin dong.
Untuk beberapa cerita sederhana, pengenalan sebuah tokoh dapat hanya berupa dialog-dialog pendek yang dilakukan orang kedua dan ketiga pada karakter utama. Selain penataan/penggambaran set lokasi, penggunaan wardrobekostum yang digunakan pemain dapat menjelaskan secara langsung karakter yang sedang dimainkan.
Akan tetapi, bagaimana caranya menampilkan tokoh-tokoh karakter yang kompleks, mempunyai latar belakang, motivasi, dan masalah yang menimpanya kita tidak dapat hanya mengandalkan visualisasi set lokasi atau beberapa dialog pendek. Kita dapat menggunakan beberapa alat bantu untuk menerangkan tokoh tersebut. Alat bantu untuk menerangkan tokoh kita dapat berupa komputer, televisi, koran, majalah, atau projektor.
Beberapa film terkenal Hollywood seperti Mission Impossible dan James Bond selalu menggunakan alat bantu untuk menerangkan karakter-karakter antagonis yang mempunyai latar belakang rumit. Mission Impossible banyak menggunakan visualisasi komputer, gambar yang diproyeksikan di dinding, dan narasi yang mengiringi penjelasan masing-masing karakter. Tanpa sadar, sebenarnya penonton didikte untuk membaca "daftar riwayat hidup" dari masing-masing tokoh lewat visualisasi foto atau gambar-gambar tertentu. Cara ini cukup efektif, sangat mudah menulisnya dalam sebuah skenario. Contohnya sebagai berikut.
INT. RUANG MEETING SEBUAH KANTOR - MALAM
Sekelompok orang sedang melihat sebuah presentasi rahasia yang dipimpin oleh seorang jenderal. Sang ajudan Jenderal menyalakan sebuah overhead projector untuk menampilkan tampilan layar (screen) pada dinding. Pada dinding terlihat foto seseorang lengkap dengan data-datanya.
OVERHEAD PROJECTOR SCREEN (display foto seorang buronan) (text CV Buronan tersebut)
AJUDAN JENDERAL Bapak pimpinan, kali ini kita berhasil mendapatkan data rahasia dari musuh dan buronan kita selama ini. Ternyata selama ini ia menyembunyikan diri di daratan Afrika Selatan. Nama orang ini adalah Alex Umur 40 tahun, lahir di Skotlandia. Mempunyai keahlian di bidang pembuatan bom nuklir. Pernah menghancurkan instalasi militer kita di semenanjung arab.
Dengan cara ini, kita dapat menghemat banyak adegan untuk menerangkan karakter yang kompleks. Hanya dengan menggunakan alat bantu sederhana seperti projektor, foto, komputer, koran/berita atau keterangan cetak lainnya, kita dapat mempersingkat waktu dalam menerangkan karakter-karakter kita. Pada film besar seperti Jurrasic Park, kita mendapatkan keterangan bagaimana dinosaurus- dinosaurus yang menjadi makhluk-makhluk utama dalam film tersebut dibuat hanya dengan memperhatikan display animasi yang ditampilkan pada scene laboratorium percobaan. Anda tidak perlu memperpanjang atau menambah scene-scene baru untuk menerangkan latar belakang karakter atau suatu hal satu per satu, cukup menggunakan beberapa alat bantu untuk memperjelas penonton.
Kita dapat pula menggunakan visualisasi kehebatan internet untuk menerangkan berbagai masalah yang kompleks. Atau beberapa media cetak, literatur, dan alat bantu lainnya yang membantu menerangkan sesuatu kepada penonton.
Menghemat Scene
Menghemat scene perlu dilakukan apabila ada beberapa adegan yang dirasa tidak perlu divisualisasikan. Atau, kadang-kadang seorang penulis kehabisan halaman untuk menyelesaikan naskahnya. Di sini diperlukan keterampilan dan pengalaman tersendiri. Tantangannya adalah bagaimana membuat skenario kita tetap padat dan berisi tanpa terlihat pincang karena kehilangan beberapa scenenya. Biasanya proses ini dilakukan ketika kita merevisi skenario. Contoh ceritanya adalah sebagai berikut.
Ali menemukan seekor kucing kecil ketika ia pulang dari sekolah. Kucing tersebut ditemukan di sebuah perempatan jalan raya, di bawah lampu merah. Ali merasa kasihan dengan kucing tersebut dan membawanya pulang ke rumah.
Cara membuatnya dalam bentuk skenario draf awal:
1. EXT. JALAN RAYA - SIANG Ali berjalan pulang, pada saat bersamaan ia menemukan seekor kucing di bawah lampu merah. Ali mengambil kucing tersebut, menggendongnya dan membawa pulang ke rumah. CUT TO:
2. INT. RUMAH ALI - SIANG Ali bertemu dengan ibunya di rumah. Ibu heran melihat Ali menggendong anak kucing. Ali menerangkan bahwa kucing tersebut ditemukannya di jalan raya. CUT TO:
Dari contoh di atas, kita melihat bahwa scene 1 sebenarnya tidak diperlukan. Pada scene nomor 2, kita melakukan modifikasi cerita dan dialog sebagai berikut.
1. INT. RUMAH ALI - SIANG
Ali baru saja pulang dari sekolah, ia masih memakai baju seragam dan tas sekolah. Sang Ibu keluar dan menyapanya. IbU : Li? Kamu sudah pulang nak?
ALI : Sudah bu, hari ini sekolah pulang cepat, gurunya rapat.
Sang Ibu tersenyum, tetapi terkejut ketika melihat seekor kucing yang dibawa Ali Pada lengannya, Ali membawa seekor anak kucing. IBU : Kamu bawa apa Li? Itu kan anak kucing ya?
ALI :Oh ini to? Tadi waktu pulang sekolah, Ali menemukan anak kucing ini di lampu merah. Ali kasihan, dan kepinginnya sih memelihara kucing ini, boleh ya Ma?
CUT TO:
Dengan menghilangkan scene-scene yang tidak perlu, kita dapat menghemat waktu penyampaian sebuah cerita. Selain itu, kita dapat menambahkan scene-scene yang berguna untuk diceritakan pada penonton. Namun harus dipahami, penambahan ataupun pengurangan scene harus mengikuti alur logika sebuah cerita. Jangan sampai terjadi missing link atau terputusnya hubungan kesinambungan cerita hanya karena beberapa scene yang dimodifikasi atau dihapus.
Membangun Visualisasi
Salah satu kekuatan dari sebuah cerita adalah kemampuan sang penulis menceritakan sebuah visualisasi dari scene. Untuk membangun visualisasi dengan detail, penulis harus mampu menggambarkan imajinasinya per scene skenario dengan detail. Penggambaran dengan kata-kata yang padat dan efisien sangat membantu merealisasikan imajinasi ke dalam sebuah kenyataan. Untuk itu, sang penulis biasanya sedikit banyak mempelajari teknik-teknik pengambilan gambar oleh kamera. Sebuah contoh penggambaran/visualisasi dari sebuah scene adalah sebagai berikut.
INT. KAMAR TIDUR DONY - SIANG HARI
KAMERA mulai dari sebuah foto dari seorang lelaki muda. Secara perlahan, KAMERA mundur, berputar menuju ke arah sebuah meja kecil yang berisi beberapa foto dari lelaki muda yang sama dengan beberapa teman wanitanya.
Sebuah buku rapor sekolah tergeletak di meja yang sama
Pada latar belakang, kita mendengar sebuah musik yang dinyalakan keras dari sebuah tape recorder yang berasal dari kamar sebelah. Saat ini kita mengetahui bahwa ada sebuah aktivitas sedang terjadi di kamar tersebut.
CAMERA MOVEMENT: KAMERA bergerak dari meja secara cepat menuju ruangan musik.
Pada ruangan tersebut kita melihat setumpuk buku pelajaran sekolah, celana dan pakain jeans yang tergeletak di lantai, sebuah tempat tidur yang acak-acakan. Ruangan tersebut berukuran 5x5 meter, dihiasi berbagai macam poster band dan artis-artis terkenal. Warna merah dan putih mendominasi dinding tersebut.
Pada jendela yang terbuka, kita melihat seorang anak lelaki muda (yang terlihat pada foto sebelumnya) sedang berdiri memandang halaman luar. Wajahnya kelihatan kusut, bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana dalam.
CLOSE SHOT: Wajah dan dada lelaki muda tersebut.
CUT TO:
Dari potongan scene tersebut, paling tidak, setiap pembaca dapat mengetahui maksud dari penulis skenario. Semakin kita berlatih menuangkan imajinasi ke dalam kata-kata, semakin dalam dan jelas sebuah skenario yang kita buat. Bayangkan pula bagaimana sebuah scene mampu menggambarkan sebuah peperangan yang melibatkan ratusan pemain secara kolosal. Setiap detail dari sebuah adegan harus dapat dijelaskan, dengan kata-kata.
Penutup
Sebenarnya masih banyak faktor yang dapat menambah kekayaan cerita dalam sebuah skenario. Masih banyak rumus yang harus dipelajari dalam membuat sebuah skenario yang baik. Sebuah karya skenario yang baik tentunya dapat membuat terobosan dan kesegaran yang dapat dirasakan penontonnya. Membuat sebuah tayangan yang menjadi idola penonton, tanpa harus kehilangan idealisme ceritanya adalah sebuah dambaan setiap penulis skenario. Inilah saat yang tepat untuk memulainya, marilah menulis skenario detik ini juga!
Diambil dari:
Judul buku : MENJADI PENULIS SKENARIO PROFESIONAL
Penulis : Sony set & Sita Sidharta
Penerbit : PT Grasindo, Jakarta
Halaman : 93-113
Sebagai contoh, pernahkah Anda memperhatikan film-film romantis seperti Meteor Garden, Pretty Woman, atau film-film remaja Indonesia? Jika Anda jeli, perhatikan bagaimana penggambaran/visualisasi adegan romantis dalam beberapa scene yang menggunakan bahasa gambar seperti rumput hijau, bunga-bunga berkembang, wajah cantik dan tampan, hingga pakaian dan properti yang menawan. Banyak adegan yang menggambarkan pertemuan dua tokoh yang tiba-tiba saja berada di tempat yang sama dan indah, dengan menghilangkan logika bagaimana mereka bisa berada di tempat tersebut, apakah tempat tersebut mudah dijangkau? Beberapa film India bahkan menggambarkan tempat-tempat yang sebenarnya sukar dijangkau dalam waktu singkat apabila menggunakan logika realitas. Beberapa scene menceritakan perjalanan tokoh dari lokasi gunung, laut, pantai hingga bersatu di sebuah taman yang indah hanya dalam hitungan detik. Bahasa visual diperlukan untuk memperindah atau menegaskan sebuah adegan yang mungkin tidak bisa digantikan dengan dialog.
Apabila bahasa visual tidak dapat dilakukan maka digunakan bahasa dialog yang menceritakan sebuah kejadian yang telah, akan, atau sedang berlangsung. Misalnya, sebuah skenario menceritakan seorang pelajar yang mengalami peristiwa pemboman di sekolahnya. Pelajar tersebut berhasil pulang selamat sampai di rumah. Secara imajinasi, kita dapat saja menulis scene-scene yang menceritakan ledakan pemboman di sekolah, namun kembali ke soal eksekusi skenario tersebut. Tentu sangat sulit melakukan visualisasi adegan ledakan di sekolah. Selain mahal juga sangat berbahaya. Dengan sedikit trik kita dapat memodifikasi cerita ini dan membuatnya dalam potongan scene sebagai berikut.
EXT. JALAN RAYA - SIANG Sebuah bunyi ledakan mengagetkan orang- orang yang sedang berlalu lalang di sebuah jalan raya dekat sebuah sekolah.
SOUND EFFECT : Suara ledakan Bom
VISUAL EFFECT: Asap, debu dan jelaga. Orang-orang berlarian panik, keadaan menjadi kacau. Beberapa orang tampak membopong anak-anak kecil yang berlumuran darah. Beberapa murid Sekolah berlarian dengan menggunakan pakaian yang compang- camping seolah sehabis terkena api. Jeritan di sana-sini.
ORANG-ORANG (Histeris) Tolong, Tolong!
Seorang satpam berlari menghampiri mereka, ia tampak kebingungan.
SATPAM (kaget+bingung) Apa? Ada apa ini? Apa yang terjadi?
ORANG-ORANG Sekolah, sekolah pak! Sekolah dasar di depan sana dibom orang, hancur lebur! Mengerikan!
Seorang pelajar dengan pakaian compang-camping dan tubuhnya yang kotor terkena abu berlari di antara kerumunan massa. Ia kelihatan letih dan kebingungan. Ia berjalan berlawanan arah, pulang menuju rumahnya.
CUT TO:
INT. RUMAH SANG PELAJAR - SIANG Sang Pelajar berhasil sampai ke rumahnya. Tubuhnya lemah, ia terduduk lemas pada kursi sofa rumahnya.
Sang Ibu menghampirinya, raut mukanya tampak kaget sekali.
IBU (kaget) Astaga?!! Kenapa kamu nak? Apa yang terjadi?
SANG PELAJAR (terbata-bata) Sekolah bu, sekolahku dibom orang!
CUT TO:
Sebagai penulis skenario, kita dituntut untuk menguasai trik tersebut. Bagaimana mempersingkat sebuah scene, menghemat penggunaan visualisasi, dan menggantinya dengan dialog atau mengubah cara pandang penonton dalam menyikapi sebuah adegan. Kadang penggunaan narasi dengan teknik Voice Over dapat mempersingkat penjelasan detail sebuah scene. Sebuah film yang sangat terkenal seperti Star Wars selalu menggunakan narasi pembuka yang menceritakan awal mula sebuah cerita. Bahkan, hanya dengan menggunakan narasi pembuka, penonton dapat digiring untuk mengamini atau meyakini film tersebut adalah film yang menarik.
Interaksi Antarkarakter
Jika kits amati lebih jauh, sebuah cerita terjadi karena adanya pergerakan dan interaksi antarkarakter yang mendukung cerita tersebut. Dalam penulisan skenario, interaksi antarkarakter diwujudkan dengan berbagai hal seperti dialog dan visualisasi bahasa tubuh. Dialog antarkarakter menempati porsi terbesar dari sebuah skenario. Dialog menggambarkan berbagai macam keadaan yang dialami sang karakter dan menerangkan kepada penonton apa saja yang sedang dirasakan sang karakter pada saat menjalankan tugasnya.
Interaksi antarkarakter dapat menghasilkan berbagai macam keadaan seperti konflik, problem, dukungan, aksireaksi, dan keterkaitan. Pada bab sebelumnya telah diterangkan bahwa terdapat beberapa macam karakter pendukung sebuah cerita. Karakter protagonis selalu berkonflik dengan karakter antagonis. Karakter sidekick selalu memberikan dukungan pada karakter protagonis. Karakter kontagonis selalu mendukung karakter antagonis. Karakter skeptis adalah karakter yang tidak mempercayai segenap usaha yang dilakukan karakter protagonis. Sebuah drama membutuhkan berbagai macam konflik yang berasal dari proses interaksi.
Untuk menjalankan sebuah cerita/skenario, setiap karakter harus mempunyai tiga aspek utama, antara lain:
1. Motivasi: Motivasi adalah latar belakang yang memberikan motif bagi karakter untuk melakukan aksi. Motivasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
• Motivasi Negatif: Karakter bergerak karena keadaan buruk yang menimpanya di masa lalu. Keadaan buruk didefinisikan seperti kesedihan, ketakutan, kemiskinan, ketidakmengertian, dan ketidakberuntungan yang menimpa sang karakter dalam memulai sebuah perjalanan.
• Motivasi Positif: Karakter bergerak karena keadaan yang menunjang kehidupannya di masa lalu. Contohnya kekayaan, kejayaan, kehebatan, kemenangan, dan kesenangan.
2. Interaksi: Interaksi tercipta karena adanya motivasi karakter yang berusaha melakukan komunikasi timbal balik terhadap lingkungan dan karakter lainnya. Interaksi dibagi menjadi interaksi negatif dan positif. Contohnya:
• Interaksi Negatif: Konflik, problem, dan ketakutan, dipandang sebelah mata (skeptis) sebagai pengkhianatan dan kekalahan yang dihasilkan dari interaksi dengan lawan-lawan karakter lainnya.
• Interaksi Positif: Dukungan, rasa cinta, pertolongan, kepercayaan, dan perlindungan.
3. Tujuan/goal: Setiap karakter mempunyai tujuan dalam setiap cerita. Tujuan dapat berupa tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan akhir dari perjalanan sang karakter biasanya berupa kemenangan, pengorbanan, dan pemecahan masalah.
Contoh cerita:
Dadan adalah seorang pemuda berumur 24 tahun yang berjuang hidup di Jakarta. Masa kecilnya yang buruk, ayah ibunya bercerai, kemiskinan dan sekolahnya yang tidak tamat membuat Dadan kesulitan menjalani hidup. Beruntung Dadan dikaruniai fisik dan wajah rupawan serta kepandaiannya bernyanyi, ia mencoba mengadu nasib ke Jakarta dan bercita-cita menjadi seorang model yang sukses. Ternyata impiannya terlalu muluk, sampai di sana ia hanya diterima bekerja sebagai seorang cleaning service. Namun suatu hari ia berkenalan dengan seorang karyawan cantik, Ani 23 tahun, yang bekerja di gedung yang sama. Dadan jatuh cinta, begitu juga sebaliknya. Hubungan mereka tidak mulus karena ada seorang karyawan lain yang begitu membenci Dadan, Ando 25 tahun. Dengan berbagai upaya ia berusaha mengalahkan Dadan. Dadan mempunyai seorang teman bernama Gio, 25 tahun. la, seorang yang sangat loyal dan selalu membantu bila diperlukan. Dadan mempunyai seorang atasan yang selalu marah dan menganggap Dadan bekerja tidak becus, Pak Heru 50 tahun. Hingga suatu saat, Dadan berhasil mewujudkan impiannya menjadi model terkenal.
Sinopsis sederhana yang dikembangkan pada tabel Siklus Perjalanan Karakter dapat diperkaya dengan berbagai macam motivasi dan interaksi yang berbeda. Anda dapat menambahkan motivasi yang berawal dari ketakutan atau anda berikan interaksi negatif lainnya pada tabel. Apabila anda berhasil mendefinisikan perjalanan setiap karakter seperti tabel di atas, anda tidak akan kesulitan menentukan berbagai tema tambahan pada skenario anda.
Tabel di atas juga sangat berguna untuk menerangkan sebuah skenario secara detail tanpa menghabiskan banyak kata. Semua pola cerita, struktur, alur, perjalanan karakter, dan ide-ide baru dapat dimasukkan secara cepat. Sistem ini sangat membantu bagi rumah-rumah produksi yang membuat paket program kejar tayang.
Konflik Antarkarakter
Dalam perjalanan cerita, seringkali terjadi konflik antarkarakter yang dipicu oleh emosi dan kepentingan antarkarakter. Konflik utama tetap terfokus pada perseteruan tokoh antagonis dan protagonis. Namun untuk memperkaya cerita, kita dapat menimbulkan konflik-konflik temporari antarkarakter. Jika mengacu pada contoh sinopsis tadi, mungkin kita dapat menambahkan berbagai macam konflik antara lain sebagai berikut.
Tokoh Dadan sering salah paham dengan Ani, sebagai pasangan muda, Ani merasa hubungan mereka tidak serasi. Dadan terlalu lugu buat Ani, sedangkan Dadan mengganggap Ani keras kepala dan sombong. Ando dan Dadan selalu berseteru. Ando selalu menghina Dadan, mulanya Dadan mengalah, sampai suatu saat, ia tidak tahan dan berkelahi dengan Ando. Gio pernah salah paham dengan Dadan, ia mengira Dadan mempermainkannya, padahal ia justru terkena hasutan dari orang lain. Sementara, Dadan kadang berkonflik dengan Gio karena sikap Gio yang cenderung kasar dan bergaya seperti preman.
Dengan menggunakan Tabel Konflik Antarkarakter, kita dapat merancang berbagai porsi peran dan dialog. Jika suatu saat mengerjakan proyek sinetron jangka panjang, Anda disarankan menggunakan tabel seperti di atas untuk mempermudah menganalisis berbagai macam konflik yang bisa ditimbulkan antarkarakter.
Mental Karakter
Beberapa penulis pemula sering mengajukan pertanyaan, bagaimana membuat sebuah cerita/skenario yang tidak menggunakan tokoh antagonis? Konflik apa yang bisa berkembang dari cerita seperti ini? Untuk memahaminya, kita bisa melihat contoh sinopsis cerita di bawah ini:
Sinopsis: Ana adalah seorang gadis cantik berusia 19 tahun, mempunyai empat teman lelaki yang bernama Heri, Bambang, Bimo, dan Ario. Sedari kecil, mereka selalu bermain dan berjalan bersama. Hingga ketika usia dewasa, keempat pemuda tersebut jatuh cinta ke Ana. Heri orangnya sensitif, ia pemalu dan cenderung menyembunyikan perasaannya. Bambang seorang yang pemberani, cenderung terbuka dan blak-blakan dalam mengungkapkan rasa cintanya. Bimo seorang yang berpikir sangat logis, walaupun ia jatuh cinta, ia selalu menimbang baik-buruk dan untung-rugi hubungannya. Sedangkan Ario cenderung bersifat mengalah, ia lebih senang melihat kawannya bahagia ketimbang berkompetisi mendapatkan cinta Ana.
Dengan tidak adanya karakter antagonis, kita menggunakan pendekatan mental karakter untuk membuat jalinan konflik antarpemain. Mental karakter adalah sebuah teori yang dikembangkan Chris Huntley dan Melanie Anne Phillips, tokoh pembuat konsep Dramatica-teori baru membuat cerita.
Mental karakter dibagi menjadi dua bagian besar, Male dan Female. Mental karakter tidak berhubungan dengan masalah gender atau seks. Mental karakter berkaitan erat dengan masalah psikologi. Di dalam diri manusia selalu ada dua perasaan yang menggerakkan emosinya, yaitu perasaan sebagai makhluk bermental perempuan dan makhluk bermental laki-laki. Mental karakter perempuan (female) mewakili perasaan-perasaan defensif, takut, sedih, cemas, sensitif dan berbagai karakter yang berhubungan dengan hati kecil. Mental karakter lelaki (male) berhubungan dengan masalah ofensif, pemberani, logika, berhitung, penakluk dan berbagai karakter yang cenderung menggunakan logikanya dalam membuat keputusan. Jika anda melihat sinopsis tersebut, terlihat jelas bahwa setiap karakter memainkan mental karakter yang berbeda-beda. Walaupun mereka adalah karakter- karakter yang saling membantu dalam beraktivitas, mereka mempunyai masalah dan konflik yang ditimbulkan akibat perbedaan mental karakter. Cerita yang menitikberatkan masalah mental karakter sebagian besar adalah cerita-cerita romantis. Mental karakter selalu berkonflik apabila mempunyai goal yang sama: Rasa ingin memiliki dan mencintai antarkarakternya. Dan, konflik terjadi karena karakter yang diperebutkan berjumlah lebih sedikit dari karakter yang memperebutkan. Salah satu contoh yang menarik dipelajari adalah serial Meteor Garden, perhatikan dengan cermat, seluruh cerita dalam skenario film ini berkisah masalah romantisme yang harus dibagi!
Mengenalkan Tokoh pada Penonton
Salah satu kesulitan penulis skenario adalah menerangkan kepada penonton untuk pertama kali siapa saja tokoh-tokoh karakter dalam film. Setiap karakter dalam skenario wajib diperkenalkan dengan berbagai cara agar penonton memahami berbagai macam motivasi, aktivitas, dan kemampuan dari sang karakter. Untuk beberapa tokoh yang sederhana dan tidak kompleks, kita dapat membuat scene-scene perkenalan karakter dengan memanfaatkan set lokasi. Umpamanya, untuk mengenalkan tokoh karakter seorang pelajar maka kita bisa menyiapkan sebuah scene yang menampilkan dia sedang beraktivitas di sekolah. Atau, untuk menceritakan tokoh karakter dokter maka kita dapat menyiapkan scene aktivitasnya di rumah sakit. Perhatikan contoh scene sederhana yang memperkenalkan seorang tokoh dokter.
EXT. KORIDOR RUMAK SAKIT - SIANG
Seorang Dokter lelaki muda berjalan disepanjang koridor rumah sakit. Dokter tersebut terlihat ramah dan tampan. Beberapa suster dan dokter wanita terpesona oleh kehadirannya.
SUSTER 1 (berbisik) Eh tahu nggak siapa sih nama dokter itu?
SUSTER 2 Lho kamu belum tahu ya? Itu kan dokter Andre?
SUSTER 1 Dokter Andre Siapa?
SUSTER 2 Itu Dokter Andre lulusan Amerika, masih bujangan. Kaya raya, mobilnya BMW, tinggal di Apartemen Permata Hijau dan orangnya sangat baik lho.
SUSTER I 0 ya? Kenalin dong.
Untuk beberapa cerita sederhana, pengenalan sebuah tokoh dapat hanya berupa dialog-dialog pendek yang dilakukan orang kedua dan ketiga pada karakter utama. Selain penataan/penggambaran set lokasi, penggunaan wardrobekostum yang digunakan pemain dapat menjelaskan secara langsung karakter yang sedang dimainkan.
Akan tetapi, bagaimana caranya menampilkan tokoh-tokoh karakter yang kompleks, mempunyai latar belakang, motivasi, dan masalah yang menimpanya kita tidak dapat hanya mengandalkan visualisasi set lokasi atau beberapa dialog pendek. Kita dapat menggunakan beberapa alat bantu untuk menerangkan tokoh tersebut. Alat bantu untuk menerangkan tokoh kita dapat berupa komputer, televisi, koran, majalah, atau projektor.
Beberapa film terkenal Hollywood seperti Mission Impossible dan James Bond selalu menggunakan alat bantu untuk menerangkan karakter-karakter antagonis yang mempunyai latar belakang rumit. Mission Impossible banyak menggunakan visualisasi komputer, gambar yang diproyeksikan di dinding, dan narasi yang mengiringi penjelasan masing-masing karakter. Tanpa sadar, sebenarnya penonton didikte untuk membaca "daftar riwayat hidup" dari masing-masing tokoh lewat visualisasi foto atau gambar-gambar tertentu. Cara ini cukup efektif, sangat mudah menulisnya dalam sebuah skenario. Contohnya sebagai berikut.
INT. RUANG MEETING SEBUAH KANTOR - MALAM
Sekelompok orang sedang melihat sebuah presentasi rahasia yang dipimpin oleh seorang jenderal. Sang ajudan Jenderal menyalakan sebuah overhead projector untuk menampilkan tampilan layar (screen) pada dinding. Pada dinding terlihat foto seseorang lengkap dengan data-datanya.
OVERHEAD PROJECTOR SCREEN (display foto seorang buronan) (text CV Buronan tersebut)
AJUDAN JENDERAL Bapak pimpinan, kali ini kita berhasil mendapatkan data rahasia dari musuh dan buronan kita selama ini. Ternyata selama ini ia menyembunyikan diri di daratan Afrika Selatan. Nama orang ini adalah Alex Umur 40 tahun, lahir di Skotlandia. Mempunyai keahlian di bidang pembuatan bom nuklir. Pernah menghancurkan instalasi militer kita di semenanjung arab.
Dengan cara ini, kita dapat menghemat banyak adegan untuk menerangkan karakter yang kompleks. Hanya dengan menggunakan alat bantu sederhana seperti projektor, foto, komputer, koran/berita atau keterangan cetak lainnya, kita dapat mempersingkat waktu dalam menerangkan karakter-karakter kita. Pada film besar seperti Jurrasic Park, kita mendapatkan keterangan bagaimana dinosaurus- dinosaurus yang menjadi makhluk-makhluk utama dalam film tersebut dibuat hanya dengan memperhatikan display animasi yang ditampilkan pada scene laboratorium percobaan. Anda tidak perlu memperpanjang atau menambah scene-scene baru untuk menerangkan latar belakang karakter atau suatu hal satu per satu, cukup menggunakan beberapa alat bantu untuk memperjelas penonton.
Kita dapat pula menggunakan visualisasi kehebatan internet untuk menerangkan berbagai masalah yang kompleks. Atau beberapa media cetak, literatur, dan alat bantu lainnya yang membantu menerangkan sesuatu kepada penonton.
Menghemat Scene
Menghemat scene perlu dilakukan apabila ada beberapa adegan yang dirasa tidak perlu divisualisasikan. Atau, kadang-kadang seorang penulis kehabisan halaman untuk menyelesaikan naskahnya. Di sini diperlukan keterampilan dan pengalaman tersendiri. Tantangannya adalah bagaimana membuat skenario kita tetap padat dan berisi tanpa terlihat pincang karena kehilangan beberapa scenenya. Biasanya proses ini dilakukan ketika kita merevisi skenario. Contoh ceritanya adalah sebagai berikut.
Ali menemukan seekor kucing kecil ketika ia pulang dari sekolah. Kucing tersebut ditemukan di sebuah perempatan jalan raya, di bawah lampu merah. Ali merasa kasihan dengan kucing tersebut dan membawanya pulang ke rumah.
Cara membuatnya dalam bentuk skenario draf awal:
1. EXT. JALAN RAYA - SIANG Ali berjalan pulang, pada saat bersamaan ia menemukan seekor kucing di bawah lampu merah. Ali mengambil kucing tersebut, menggendongnya dan membawa pulang ke rumah. CUT TO:
2. INT. RUMAH ALI - SIANG Ali bertemu dengan ibunya di rumah. Ibu heran melihat Ali menggendong anak kucing. Ali menerangkan bahwa kucing tersebut ditemukannya di jalan raya. CUT TO:
Dari contoh di atas, kita melihat bahwa scene 1 sebenarnya tidak diperlukan. Pada scene nomor 2, kita melakukan modifikasi cerita dan dialog sebagai berikut.
1. INT. RUMAH ALI - SIANG
Ali baru saja pulang dari sekolah, ia masih memakai baju seragam dan tas sekolah. Sang Ibu keluar dan menyapanya. IbU : Li? Kamu sudah pulang nak?
ALI : Sudah bu, hari ini sekolah pulang cepat, gurunya rapat.
Sang Ibu tersenyum, tetapi terkejut ketika melihat seekor kucing yang dibawa Ali Pada lengannya, Ali membawa seekor anak kucing. IBU : Kamu bawa apa Li? Itu kan anak kucing ya?
ALI :Oh ini to? Tadi waktu pulang sekolah, Ali menemukan anak kucing ini di lampu merah. Ali kasihan, dan kepinginnya sih memelihara kucing ini, boleh ya Ma?
CUT TO:
Dengan menghilangkan scene-scene yang tidak perlu, kita dapat menghemat waktu penyampaian sebuah cerita. Selain itu, kita dapat menambahkan scene-scene yang berguna untuk diceritakan pada penonton. Namun harus dipahami, penambahan ataupun pengurangan scene harus mengikuti alur logika sebuah cerita. Jangan sampai terjadi missing link atau terputusnya hubungan kesinambungan cerita hanya karena beberapa scene yang dimodifikasi atau dihapus.
Membangun Visualisasi
Salah satu kekuatan dari sebuah cerita adalah kemampuan sang penulis menceritakan sebuah visualisasi dari scene. Untuk membangun visualisasi dengan detail, penulis harus mampu menggambarkan imajinasinya per scene skenario dengan detail. Penggambaran dengan kata-kata yang padat dan efisien sangat membantu merealisasikan imajinasi ke dalam sebuah kenyataan. Untuk itu, sang penulis biasanya sedikit banyak mempelajari teknik-teknik pengambilan gambar oleh kamera. Sebuah contoh penggambaran/visualisasi dari sebuah scene adalah sebagai berikut.
INT. KAMAR TIDUR DONY - SIANG HARI
KAMERA mulai dari sebuah foto dari seorang lelaki muda. Secara perlahan, KAMERA mundur, berputar menuju ke arah sebuah meja kecil yang berisi beberapa foto dari lelaki muda yang sama dengan beberapa teman wanitanya.
Sebuah buku rapor sekolah tergeletak di meja yang sama
Pada latar belakang, kita mendengar sebuah musik yang dinyalakan keras dari sebuah tape recorder yang berasal dari kamar sebelah. Saat ini kita mengetahui bahwa ada sebuah aktivitas sedang terjadi di kamar tersebut.
CAMERA MOVEMENT: KAMERA bergerak dari meja secara cepat menuju ruangan musik.
Pada ruangan tersebut kita melihat setumpuk buku pelajaran sekolah, celana dan pakain jeans yang tergeletak di lantai, sebuah tempat tidur yang acak-acakan. Ruangan tersebut berukuran 5x5 meter, dihiasi berbagai macam poster band dan artis-artis terkenal. Warna merah dan putih mendominasi dinding tersebut.
Pada jendela yang terbuka, kita melihat seorang anak lelaki muda (yang terlihat pada foto sebelumnya) sedang berdiri memandang halaman luar. Wajahnya kelihatan kusut, bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana dalam.
CLOSE SHOT: Wajah dan dada lelaki muda tersebut.
CUT TO:
Dari potongan scene tersebut, paling tidak, setiap pembaca dapat mengetahui maksud dari penulis skenario. Semakin kita berlatih menuangkan imajinasi ke dalam kata-kata, semakin dalam dan jelas sebuah skenario yang kita buat. Bayangkan pula bagaimana sebuah scene mampu menggambarkan sebuah peperangan yang melibatkan ratusan pemain secara kolosal. Setiap detail dari sebuah adegan harus dapat dijelaskan, dengan kata-kata.
Penutup
Sebenarnya masih banyak faktor yang dapat menambah kekayaan cerita dalam sebuah skenario. Masih banyak rumus yang harus dipelajari dalam membuat sebuah skenario yang baik. Sebuah karya skenario yang baik tentunya dapat membuat terobosan dan kesegaran yang dapat dirasakan penontonnya. Membuat sebuah tayangan yang menjadi idola penonton, tanpa harus kehilangan idealisme ceritanya adalah sebuah dambaan setiap penulis skenario. Inilah saat yang tepat untuk memulainya, marilah menulis skenario detik ini juga!
Diambil dari:
Judul buku : MENJADI PENULIS SKENARIO PROFESIONAL
Penulis : Sony set & Sita Sidharta
Penerbit : PT Grasindo, Jakarta
Halaman : 93-113
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar
terimakasih atas atensinya...