Lejitkan Nasionalisme Dengan Berkunjung ke Museum Sumpah Pemuda


feryanto hadi


Belum lama ini, berkesempatan mengunjungi sebuah museum yang menyimpan banyak cerita sejarah, sebagai tonggak kebangkitan semangat nasionalisme para pemuda Indonesia di era 1920an, yakni Museum Sumpah Pemuda yang terletak di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat.

Museum Sumpah Pemuda adalah museum khusus sejarah yang berada dibawah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Museum ini merupakan satu-satunya museum yang mengumpulkan dan menyajikan berbagai aspek yang berhubungan dengan sejarah sumpah pemuda.

Berkunjung ke tempat ini, dijamin nasionalisme kita sebagai pemuda akan melejit. Pasalnya, di tempat ini kita akan disajikan beragam catatan sejarah para pemuda Indonesia yang dengan kekompakan dan susah payah menyusun berbagai strategi dalam rangka memperoleh kemerdekaan Indonesia kala itu.

Dari data yang kami peroleh, Museum Sumpah Pemuda pada awalnya adalah rumah tinggal milik Sie Kong Liang. Gedung didirikan pada permulaan abad ke-20. Sejak 1908 Gedung Kramat disewa pelajar Stovia (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) dan RS (Rechtsschool) sebagai tempat tinggal dan belajar. Saat itu dikenal dengan nama Commensalen Huis

Mahasiswa yang pernah tinggal adalah Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Soerjadi (Surabaya), Soerjadi (Jakarta), Assaat, Abu Hanifah, Abas, Hidajat, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana.

Berbagai macam koleksi juga bisa kita temui di museum yang diresmikan pada 1973 ini, diantaranya adalah biola milik W.R Supratman, lantai keramik yang masih asli dan buku-buku terbitan museum. Selain itu, di sini, banyak dijelaskan mengenai berbagai gerakan pemuda yang terbentuk baik sebelum maupun sesudah kongres pemuda pada 1928. Yang tak kalah penting, datang ke Museum Sumpah Pemuda, kita akan diingatkan dengan peristiwa kongres pemuda yang kemudian menghasilkan sumpah pemuda. Diorama rapat kongres pemuda II yang ada di ruangan bagian tengah bangunan museum, seolah membuat kita sedang berada di antara mereka, menyatu dalam satu kecintaan terhadap tanah air Indonesia.


Sejarah 

Bangunan yang kini bernama Museum Sumpah Pemuda, memiliki perjalanan sejarah yang cukup panjang.  Gedung didirikan pada permulaan abad ke-20. Berawal dari tumbuhnya sekolah-sekolah pada awal abd ke-20, di Jakarta tumbuh pula pondok pelajar untuk menampung mereka yang tidak tertampung di asrama sekolah atau bagi mereka yang ingin hidup lebih bebas di luas asrama yang ketat. Selain satu diantara pondokan pelajar di Jakarta adalah gedung Kramat 106.

Berdasarkan catatan sejarah, Museum Sumpah Pemuda pada awalnya adalah rumah tinggal milik Sie Kong Liang. Sejak 1908 Gedung Kramat disewa pelajar Stovia (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) dan RS (Rechtsschool) sebagai tempat tinggal dan belajar. Saat itu dikenal dengan nama Commensalen Huis

Dari keterangan yang saya peroleh, beberapa pemuda dan mahasiswa yang pernah tinggal adalah Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Soerjadi (Surabaya), Soerjadi (Jakarta), Assaat, Abu Hanifah, Abas, Hidajat, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana.

Selain  menjadi tempat tinggal, gedung ini juga digunakan sebagai tempat latihan kesenian ‘Langen Siswo’ dan kerap pula digunakan untuk diskusi politik beberapa tokoh pemuda masa itu. Sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106 digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda untuk melakukan kegiatan pergerakan. Bung Karno dan tokoh-tokoh Algemeene Studie Club Bandung sering hadir di Gedung Kramat 106 untuk membicarakan format perjuangan dengan para penghuni Gedung Kramat 106. 

Di gedung ini, juga pernah diselenggarakan kongres Sekar Roekoen, Pemuda Indonesia, PPPI. Gedung ini juga menjadi sekretariat PPPI dan sekretariat majalah Indonesia Raja yang dikeluarkan PPPI. Mengingat digunakan berbagai organisasi, maka sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106 yang semula bernama Langen Siswo diberi nama Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw (gedung pertemuan).

Pada 15 Agustus 1928, di gedung ini diputuskan akan diselenggarakan Kongres Pemuda Kedua pada Oktober 1928. Soegondo Djojopuspito, ketua PPPI, terpilih sebagai ketua kongres. Kalau pada Kongres Pemuda Pertama telah berhasil diselesaikan perbedaan-perbedaan sempit berdasarkan kedaerahan dan tercipta persatuan bangsa Indonesia, Kongres Pemuda Kedua diharapkan akan menghasilkan keputusan yang lebih maju. Di gedung ini memang dihasilkan keputusan yang lebih maju, yang kemudian dikenal sebagai sumpah pemuda.

Setelah peristiwa Sumpah Pemuda banyak penghuninya yang meninggalkan gedung Indonesische Clubgebouw karena sudah lulus belajar. Setelah para pelajar tidak melanjutkan sewanya pada tahun 1934, gedung kemudian disewakan kepada Pang Tjem Jam selama tahun 1934 - 1937. Pang Tjem Jam menggunakan gedung itu sebagai rumah tinggal.

Kemudian pada tahun 1937 - 1951 gedung mempunyai arti penting bagi bangsa Indonesia ini disewa Loh Jing Tjoe yang menggunakannya sebagai toko bunga (1937-1948). Dari tahun 1948 – 1951,  gedung berubah fungsi menjadi Hotel Hersia. Pada tahun 1951 - 1970, Gedung Kramat 106 disewa Inspektorat Bea dan Cukai untuk perkantoran dan penampungan karyawannya. 

Baru pada tanggal 3 April 1973, Gedung Kramat 106 dipugar Pemda DKI Jakarta. Pemugaran selesai 20 Mei 1973. Gedung Kramat 106 kemudian dijadikan museum dengan nama Gedung Sumpah Pemuda. Semenjak tahun 2000, Museum Sumpah Pemuda dikelola Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Demikianlah sejarah penggunaan gedung yang menyimpan ribuan arti penting untuk bangsa Indonesia. Di tempat inilah, para pemuda Indonesia berkumpul, menyatukan tekad dan semangat, untuk meraih kemerdekaan Indonesia

Tertarik berkunjung ke museum ini? Bagaimana cara mencapainya? Banyak transportasi yang bisa Anda gunakan untuk sampai di MuseumSumpah Pemuda yang lokasinya sangat strategis, di tepi jalan Kramat Raya. Selain menggunakan kendaraan pribadi, Anda juga bisa menggunakan akses angkutan umum. Dari arah Kampung Melayu, Anda bisa naik Berbagai bus angkutan kota, metromini dan angkot dengan tujuan terminal Senen., turun di halte bus Rivoli atau sebelum Fly Over senen. Nah, Museum Sumpah Pemuda letaknya tak jauh dari sana.

Alamat: Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat.
Jam kunjung: Selasa–Jumat: pukul 08.00 – 16.00 WIB
Sabtu-Minggu: pukul 08.00 – 14.00 WIB
Senin/hari libur nasional: tutup.
Tiket: Dewasa             : Rp. 2.000
Rombongan Dewasa   :Rp. 1.000
Anak-anak                   : Rp. 1.000
Rombongan anak-anak: Rp. 500
Turis Asing                  : Rp. 10.000

Baca selanjutnya ..
Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini