Menulis skenario: Sebuah profesi yang menjanjikan

Hari beranjak petang ketika Tisa T.S. berpacu di atas treadmill di ruang fitness di sebuah apartemen mewah. Keringat mulai menetes membasahi wajah gadis bertubuh montok itu. Ia tampak sibuk mengatur napas. Kegiatan yang dilakukannya hampir setiap sore itu biasanya dilanjutkan dengan acara berenang di kolam renang apartemen yang berlokasi di kawasan Kedoya, Jakarta Barat itu.
Bagi Tisa, memanfaatkan waktu luang dengan joging di atas treadmill, berenang, membaca komik kegemarannya, merupakan sebuah kemewahan. Sehari-hari, perempuan bernama asli Titisari itu harus berpacu dengan tenggat menulis skenario sinetron. Saat ini ia tengah menulis skenario sinetron Inikah RasanyaDi Sini Ada SetanDjail, dan Kapan Kita Pacaran Lagi, yang digarap rumah produksi SinemArt, Jakarta.
Gadis 27 tahun itu mulai aktif menulis sejak duduk di bangku SMP. Sejumlah tulisannya dimuat di majalah anak-anak Ananda dan Kuncung. Ketika menginjak SMA, tulisannya banyak dimuat di majalahAnita Cemerlang. "Waktu itu, bayarannya 7.500 perak, tapi saya senang banget," katanya mengenang. Ketertarikannya menulis skenario bertunas saat kuliah di Jurusan Komunikasi Universitas Sahid, Jakarta. "Saya tertarik setelah membaca buku tentang film Ada Apa dengan Cinta?."
Sejak terjun menjadi penulis skenario sinetron sekitar dua tahun lalu, kehidupan Tisa sinetron) menjadi jauh berbeda. Ia menyewa apartemen mewah di kawasan Kedoya, Jakarta Barat. Dari lantai 14 apartemen itu, ia melakukan hampir seluruh aktivitasnya. Untuk menyewa apartemen dengan dua kamar tidur, satu ruang tamu, dan satu ruang kerja itu ia merogoh kocek sekitar Rp 3,5 juta per bulannya. Itu belum termasuk biaya perawatan dan listrik yang biasanya mencapai ratusan ribu rupiah. Paling tidak, setiap bulannya ia mengeluarkan uang sekitar Rp 5 juta.
Tisa lantas menyodorkan alasannya tinggal di apartemen. Menurut dia, di apartemen ia bisa bekerja dengan tenang. Saat kejenuhan mendera, ia bisa berenang atau olahraga di tempat kebugaran. Selain itu, ia menjadi lebih dekat dengan tempat editing SinemArt yang berjarak hanya sepelemparan batu dari apartemennya. "Bayangkan kalau saya tinggal di rumah di daerah Sunter, Jakarta Utara, berapa jam untuk bolak-balik ke sana," katanya. "Apalagi Jakarta kan macet banget."
Memang, selain menulis skenario, Tisa juga terlibat dalam proses produksi beberapa sinetron yang ditulisnya. Makanya ia harus bolak-balik ke ruang editing. Tisa mengaku, setiap bulannya ia mengerjakan sekitar 10 episode untuk tiga judul serial sinetron. Tisa ogah menyebut angka pasti honor dari ke-10 episode itu. Sebagai gambaran, menurut dia, setiap episodenya dibayar Rp 3-5 juta. Jadi, total penghasilannya setiap bulan memang cukup menggiurkan: Rp 30-50 juta!
Selain biaya sewa apartemen, dari pundi-pundinya itu Tisa membelanjakan barang kegemarannya, antara lain tas, sepatu, aksesori, dan boneka. Gadis periang yang gemar warna merah jambu itu juga kerap dugem di beberapa klub malam favoritnya. "Bergaul sekaligus menyerap ide untuk menulis skenario," ujarnya. Dan belakangan, ia juga membantu biaya perawatan kemoterapi ibunya yang mencapai puluhan juta rupiah. "Sisanya saya tabung buat beli rumah."
Penghasilan cukup menggiurkan juga diraup sejumlah penulis skenario sinetron lainnya. Agam Suharto, misalnya, penulis skenario rumah produksi Tripar Multivision Plus milik Raam Punjabi. Meski tak menyebut angka pasti, Agam memberikan ancar-ancar. Setiap pekan ia menggarap sekitar 4 episode, dengan bayaran Rp 3-4 juta per episodenya. Dalam sepekan, setidaknya ia mengantongi Rp 12-16 juta. Jadi, dalam sebulan penghasilan Agam sekitar Rp 48-64 juta—setara dengan gaji seorang eksekutif papan atas.
Agam mulai menggeluti dunia penulis skenario sejak 1990. Sebelumnya, jebolan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta itu sempat menjadi tim kreatif di sebuah televisi swasta. Ia juga pernah menjadi penulis skenario drama remaja di TVRI. "Waktu itu hanya dibayar Rp 50 ribu," katanya. Hingga kini, setidaknya Agam telah menggarap 400 episode skenario untuk beberapa judul sinetron. Dari hasil keringatnya itu, Agam membangun sebuah rumah mewah di kawasan cukup tenang di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Rumah itu sebagai tempat tinggal bersama keluarga sekaligus menjadi kantornya. "Dalam menulis skenario, saya membutuhkan suasana tenang," ujarnya.
Ya, dunia penulis skenario sinetron memang cukup ajaib. Penulis skenario kawakan Jujur Prananto, 44 tahun, menyodorkan sebuah ilustrasi. Dulu, ketika masih mahasiswa di Institut Kesenian Jakarta, ia tak terbayang bisa membeli mobil dari kerja sebagai penulis skenario. Begitu pula saat ia menjadi asisten sutradara film layar lebar. "Begitu menerima honor, langsung habis," katanya. "Sampai-sampai, saya sempat ragu untuk terjun total di dunia film."
Tapi Jujur mendapati dunianya berubah 180 derajat ketika terjun ke dunia sinetron. Begitu menandatangani kontrak pertama dengan Multivision Plus untuk menulis skenario sinetron, ia langsung bisa membeli mobil. "Ya, meskipun mobil sederhana jenis minibus," kata penulis skenario Petualangan Sherina dan Ada Apa dengan Cinta? itu. Yang terang, sejak itu kesejahteraan Jujur kian baik. Dan sesuatu yang menurutnya absurd menjadi nyata: ia memiliki mobil dan rumah di kawasan Cimanggis, Bogor, Jawa Barat.
Penulis skenario kawakan lainnya, Arswendo Atmowiloto, melukiskan betapa dunia sinetron bisa mendatangkan uang dengan mudah. Ia memberikan gambaran nominal yang diterima untuk sebuah skenario yang digarapnya. "Saya dibayar Rp 300 untuk sekali ketukan tuts komputer," katanya. "Kalau ada spasi juga dihitung," pria yang telah menulis skenario sejak 1973 itu menjelaskan. Padahal, ketika skenario pertamanya difilmkan dengan judul Saat-saat Kau Berbaring di Dadaku pada 1978, ia hanya mendapat bayaran Rp 50 ribu. Sebagai pembanding, honor cerpen waktu itu masih Rp 1.000.
Penghasilan yang menggiurkan itu masuk akal di tengah kian membanjirnya kebutuhan penulis skenario sinetron. Maklum, setiap hari sekitar 37 jam sinetron ditayangkan di delapan stasiun televisi. Kalau bulan Ramadan jumlah itu bisa membengkak lebih dari 50 jam sehari. Artinya, setiap hari stasiun televisi membutuhkan sekitar 20-30 jam untuk program cerita. Sedangkan penulis skenario jumlahnya sangat minim. Alhasil, hukum pasar pun berlaku: semakin banyak permintaan, semakin tinggilah harganya.
Bos rumah produksi Sinemart, Leo Sutanto, menyebut angka honor penulis skenario yang bekerja di tempatnya: dari Rp 1,5 juta hingga Rp 15 juta per episodenya. Tarif itu sangat bergantung pada jam terbang para penulis skenario. Juga tergantung pada masuk-tidaknya sinetronnya di papan atas—masukrating yang tinggi. "Jadi, semakin tinggi jam terbang dan semakin tinggi rating-nya, bayarannya kian tinggi," pria kelahiran 19 Desember 1947 itu menjelaskan.
Sedangkan Arswendo Atmowiloto, yang memiliki rumah produksi Atmochademas Persada, Jakarta, mematok harga berbeda. "Untuk naskah berdurasi satu jam, minimal honor yang diterima penulis itu sekitar Rp 4 juta," katanya. Tapi Arswendo berharap agar ada standar tertentu untuk menentukan honor seorang penulis.

sumber: Majalah tempo interaktif.com

4 Responses
  1. Anonim Says:

    asik banget ya jadi penulis,gimana cara saya bisa menjadi penulis,saya sering ketak ketik bkin alur cerita dan cerpen,serta bkin puisi dan lirik lagu di laptop,teman2 yang baca sih katanya cerita saya bagus,,tapi sayangnya ditempat saya ga da tempat memproduksi hal yang gituann...


  2. Anonim Says:

    halo Fery, mau bagi info aja. kalo ada yg mau cari guide e-book komplit cara menulis skenario film, sekarang sudah ada di bahasa Indonesia. Bisa juga langsung visit ke http://tintascreenplay.com/ thank u!


  3. A.M Says:

    Uwaaa, amazing.... pasti bisa lebih dari itu yah om fery :D

    Nitip link yah om, kalo tertarik silakan klik http://bacaskenario.blogspot.co.id/ berisikan postingan tentang skenario hasil buat tangan dan imajinasi saya sendiri ^_^ silakan datang berkunung, siapapun boleh ......


  4. Ami Daria Says:

    Saya adalah salah satu penggemar CERPEN serta NOVEL dan juga penyuka SKENARIO beberapa karya saya sudah saya muat di blog saya PLANETCERPEN.COM barangkali ada yang berminat untuk bekerjasama dengan saya bisa menghubngi saya di nomor HP: 082326272057


Posting Komentar

terimakasih atas atensinya...

Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini