Berawal Dari Pikulan, Kini Menjadi Sentra Penjualan Durian




Jalan Makam Pahlawan, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran atau tepat di seberang Apartemen Kalibata City telah lama dikenal sebagai sentra penjualan buah durian. Saben hari, tempat itu selalu dikunjungi masyarakat yang ingin mencari durian dengan harga terjangkau.

Keberadaan para pedagang durian di sana sudah berlangsung lama. Bisa dikata, Pak Ata (56) merupakan orang yang pertama kali menggelar lapak durian, medio 1981. Tapi bukan di lokasi sekarang, melainkan di lahan yang kini berdiri Mal Kalibata. Dulu, kenang Pak Ata, lahan itu merupakan hutan karet. Tidak banyak bangunan berdiri di kawasan itu.

Cerita bermula ketika saat itu Pak Ata masih menjadi penjual durian keliling. Pada setiap musim durian, setiap pagi ia membeli durian di Pasar Induk Kramatjati kemudian menjualnya dengan cara dipikul, ke berbagai tempat di Jakarta. Profesi itu sudah Pak Ata lakoni sejak 1970, saat ia merasa usahanya berjualan minyak tanah keliling tidak juga membuahkan hasil.

"Selama bertahun-tahun saya jualan durian berkeliling, dengan pikulan. Kok saya rasa-rasain tiap saya istirahat di kebon karet di sini (lahan yang kini menjadi Mal Kalibata) banyak yang beli durian saya. Akhirnya, sekitar pertengahan 1981 saya putuskan mangkal di sini. Tapi kulakannya tetap di pasar induk dan saya pikul ke mari," kenang Pak Ata saat berbincang dengan Warta Kota, Rabu (17/9).

Awalnya hanya Pak Ata seorang diri. Tetapi, lambat laun beberapa pedagang durian ikut menggelar lapak di sana. Pak Ata senang, mendapat teman. Ia tidak menganggapnya sebagai pesaing.

Pada awal 1990an, jumlah pedagang durian semakin banyak. Pak Ata lupa berapa jumlahnya. Tetapi, ia ingat benar saat para pedagang berpindak lapak ke lokasi baru, yakni 300 meter sebelah barat dari lokasi jualan lama pada 1993, saat itu di sisi kiri dan kanan Jalan Makam Pahlawan dipenuhi pedagang durian.

"Tahun 1993 kawasan ini ya masih kebun karet. Cuma ada makam pahlawan sama pabrik sepatu di belakang apartemen (Kalibata City) itu. Dulu apartemennya belum ada," katanya.

Ditambahkan Pak Ata, hingga pada era 1990an kawasan itu telah menjadi sentra penjualan durian di Jakarta. "Satunya lagi di Jalan Pramuka. Sudah, cuma ada dua pusat jualan durian. Tidak seperti sekarang, banyak tempat jualan durian," ujarnya.

Masta (47), yang telah berjualan sejak 1984 mengungkapkan, selain masyarakat biasa, wajah-wajah para pejabat dan artis kerap muncul di sana. Sebut saja almarhum Dono dan Kasino, yang dulu kerap datang ke sana membeli durian.

"Banyak kalau artis yang ke sini. Ada almarhum Zainudin MZ, Roma Irama, Ruben Onsu, Roy Martin juga sering beli ke sini," kata Masta. Sama seperti pembeli pada umumnya, para artis dan pejabat juga selalu menawar harga durian.

Beda zaman
Dulu, pedagang durian di sana berjualan secara musiman. Itu karena stok durian dari daerah masih tidak banyak seperti sekarang ini. Kata Masta, harga satu durian pada 1984 hingga awal 1990 berkisar Rp300-Rp1000. Seingatnya, pada 1990an, satu pedagang bisa menjual satu pick-up durian dalam sehari.

"Dulu satu colt datang, langsung habis. Itu masa kejayaan para pedagang durian di sini," katanya.

Sedangkan Pak Ata menyebut, kejayaan para pedagang durian di sana sekitar tahun 2000. Di tahun itu, menjual 500 durian dalam sehari, bukanlah hal yang sulit.

Lain dulu, lain sekarang. Waktu telah mengubah nasib para pedagang durian di Kalibata. Seiring banyaknya kawasan yang menjual durian, seperti misalnya di Pasar Minggu, Palmerah dan di kawasan lain, penjualan durian di Kalibata menurun. Padahal, saat ini di kawasan itu menjual durian sepanjang tahun, tidak musiman seperti dulu. Pasokan durian dari berbagai daerah terus berdatangan setiap hari.

"Sekarang jual 50 biji dalam sehari saja sulit. Malah kita sering rugi kalau duriannya nggak laku dan busuk," kata Masta.

Tetapi tetap saja kawasan itu sampai sekarang menjadi pusat penjualan durian terbesar di Jakarta. Saat ini, setidaknya ada 40 pedagang yang menjual durian 24 jam tanpa henti. Mereka tidur di tenda-tenda itu sambil menunggu pembeli siang dan malam. Para pedagang, hampir semuanya, berasal dari Bekasi.

Jenis durian yang dijual di sana bermacam-macam, ada Durian Petruk asal Jepara, Durian Medan hingga durian montong, impor asal Thailand. Harganya bervariasi, tergantung kualitas dan kondisi. Durian Petruk umumnya dijual Rp80.000, kadang juga dijual kiloan. Satu kilo Rp40.000. Durian Medan harganya lebih murah, rata-rata Rp40.000. Sedangkan durian montong Rp75.000 perkilo.

Disarankan, pembeli pandai-pandai memilih durian. Sebab, meskipun sang penjual telah memastikan durian memiliki rasa enak, terkadang dijumpai durian yang sudah membusuk. Tetapi, kata Masta, ia sanggup mengganti dengan durian baru atau memotong harga yang sebelumnya sudah disepakati.

"Kalau nggak gitu pelanggan bakal lari semua. Makanya, kadang kita potong harga kalau memang duriannya nggak sesuai dengan keinginan," kata Masta.

Tenda-tenda penjual durian di Kalibata umumnya berada di bawah pepohonan rindang. Hawanya, teduh. Ini yang membuat masyarakat kerap menjadikan tempat itu bersantai sambil menikmati durian.

"Paling banyak pembelinya justru malam hari, di atas jam 10," kata Masta yang sukses membesarkan kelima anaknya dengan omzet rata-rata Rp5 juta per bulan. (Fha)

Label:
0 Responses

Posting Komentar

terimakasih atas atensinya...

Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini