Menikmati Jaksa Malam Hari

suasana di Jalan Jaksa. foto by Bintang Pradewo


Kehidupan Jakarta bergerak begitu cepat pada siang hari, mengendur pada waktu senja dan kembali hidup pada waktu malam dimana sebagian masyarakat yang jenuh menjalani rutinitas pekerjaan, mencoba mencari tempat bersantai atau sekadar berkumpul dengan para sahabat. inilah lokasi favorit saya berkumpul dengan teman wartawan lain; sekadar mengobrol atau berdiskusi isu-isu yang sedang hangat, baik soal politik, ekonomi, sosbud dan yang lainnya.


HARI mulai malam. Jalan selebar 6 meter itu mendadak menjadi ramai. Mobil-mobil parkir di tepi jalan. Di sisi kanan dan kiri jalan, dari warung pinggir jalan, cafe-cafe, bar dan restoran dipenuhi orang. Suara hentakan musik pun terdengar dari area cafe hingga ke jalan.

Pada pemandangan lain, di sepanjang trotoar terlihat banyak pejalan kaki dengan tas besar di punggung dan kamera yang tak pernah lepas dari genggaman.

Mereka adalah para backpaker yang ingin mengabadikan suasana Jaksa, melihat sebuah kawasan yang sudah begitu melegenda. Beberapa backpaker juga terlihat keluar masuk penginapan atau hotel bertarif relatif murah yang ada di sepanjang Jalan Jaksa.

Jalan Jaksa yang terletak di Kebonsirih, Kecataman Menteng, Jakarta Pusat memang telah menjadi salah satu destinasi wisata malam ternama. Namanya sudah mendunia. Pada malam hari, tempat ini selalu ramai. Bukan hanya masyarakat lokal saja, banyak turis asing, lebih banyak para backpaker, yang datang ke tempat ini mencari sensasi lain berwisata di Jakarta.

Jalan sepanjang 400 meter yang menghubungkan Jalan Kebonsirih dan Jalan Wahid Hasyim ini diberi nama Jaksa karena dahulu pada masa kolonial tempat ini menjadi tempat berkumpulnya para mahasiswa sekolah hukum Rechts Hogeoschool. Sekolah itu, dulu,  terletak tidak jauh dari Museum Nasional.

Dalam perkembangannya, di kawasan ini bermunculan banyak cafe, hotel dan restoran sekaligus menjadi tempat hangout bagi wisatawan asing dan masyarakat lokal.

Setiap cafe di sana menawarkan sensasi yang berbeda-beda. Cafe New Absolute, misalnya. Cafe ini menawarkan tempat nongkrong yang nyaman untuk para pengunjung, baik di outdor maupun di dalam ruangan. Jika ingin bersantai sekaligus menikmati suasana malam di Jalan Jaksa, mengambil posisi di luar cafe menjadi pilihan tepat karena pandangan mata langsung tertuju ke bagian jalan dan menyaksikan hilir mudik orang-orang berjalan.

Tetapi jika ingin mengobrol santai dengan rekan sambil menikmati lantunan musik-musik klasik atau sajian live musik, bisa menempati sofa-sofa yang ada di dalam ruangan. Di dalam ruang cafe juga terdapat sebuah meja biliard yang bisa dimainkan para pengunjung secara gratis.

Menu yang ditawarkan di cafe ini pun beragam, dari makanan lokal hingga western seperti aneka nasi goreng, sop buntut, chicken cordon bleu, spagetti bolognise, fettucine beef, roast chicken dinner, pizza, aneka steak dan sebagainya. Tapi dalam pantauan Warta Kota, di cafe itu lebih banyak turis asing yang bersantai sambil minum bir. Masalah harga terbilang terjangkau. Untuk menu lokal, rata-rata Rp40.000 untuk satu porsi. Sedangkan menu western, Rp35.000-Rp54.000.

Di cafe dan restoran harga yang ditawarkan tidak jauh berbeda dan selalu dipenuhi pengunjung pada malam hari.

Suasana di warung-warung tenda tepi jalan di sana juga tidak kalah ramai. Turis asing dan masyarakat tampak berbaur menyantap makanan seperti pecel ayam, nasi goreng atau sate.

Mark (52), turis asal Australia yang sudah seminggu berada di Jakarta mengaku mendapatkan nuansa berbeda berada di Jalan Jaksa. Selain bisa berkenalan dengan turis lain dari berbagai negara, ia juga senang bisa berbaur dengan masyarakat lokal dalam setiap kali kunjungannya ke Jalan Jaksa.

"Di jalan-jalan Jakarta selalu ditemui kemacetan. Tapi berada di sini suasananya jauh berbeda meskipun letaknya berada di pusat kota. Saya sangat menikmati menghabiskan waktu di sini," katanya kepada Warta Kota ditemui sedang bersantai bersama kenalan barunya, pria asal Inggris bernama Johnny

Sementara itu, Johnny (45), selain merasakan kenyamanan berada di cafe-cafe di Jalan Jaksa, ia betah berada di sana karena harga murah yang ditawarkan di cafe-cafe di sana.

"Di london, sekali masuk cafe dan minum bir dan memesan makanan ringan, bisa habis ratusan dolar. Sedangkan di sini sangat murah," katanya.

Hari makin malam, suasana di Jalan Jaksa semakin ramai. Lampu-lampu terang menghiasi cafe, bar dan restoran. Penampilan live music terus menghibur. Atmosfer di Jalan Jaksa semakin kental, para turis mancanegara berbaur dengan masyarakat lokal. Tanpa sekat. Mereka bahkan tampak mengobrol akrab.

Saat hari sudah larut, pengunjung berangsur-angsur pergi. Masih banyak waktu di malam-malam lain untuk menikmati keramahan dan kenyamanan di Jalan Jaksa.

Berminat menikmati suasana 'kawasan bule' di Jakarta? Untuk menuju ke sana, akses cukup mudah. Jika menggunakan transportasi bus TransJakarta, Jalan Jaksa bisa ditempuh dari Halte Sarinah kemudian disambung dengan bajaj atau ojek. Atau bisa juga menggunakan Metromini P-10 jurusan Setia Budi – Terminal Senin turun di Jalan Kebun Sirih, tepatnya di Jalan Jaksa

Label:
0 Responses

Posting Komentar

terimakasih atas atensinya...

Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini