Le Creperie, Cafe di PIK Dengan Nuansa Street Cafe ala Perancis





Bayangkan Anda sedang berada di sebuah kafe pinggir jalan di Eropa, menikmati lezatnya kuliner khas setempat berteman musik-musik dengan nada yang khas pula. Itu yang mungkin Anda rasakan ketika berada di Le Creperie, sebuah restoran di bilangan Pantai Indah Kapuk (PIK). Pada awal November lalu, saya berkesempatan meliput tempat super cozy ini.

Restoran yang dibuka sejak setahun lalu ini hadir dengan konsep kafe asal Perancis. Selain menyajikan aneka kuliner dari Perancis, restoran ini juga mengusung konsep yang unik, yang mampu membawa pengunjungnya seolah-olah berada di sebuah street cafe di kota-kota di Perancis.

Pada sisi interior, dinding-dinding dipenuhi dengan mural-mural unik, yakni pemandangan deretan cafe dan resto. “Ini konsepnya mirror art yang mengikuti kafe pinggir jalan di Perancis. Kami sengaja menghadirkan pemandangan cafe dan resto pada mural, agar menciptakan suasana seolah-olah pengunjung sedang berada di street cafe yang dikelilingi banyak cafe dan resto,” kata Marcelia Yovian Djong, Director sekaligus Founder dari La Creperie.

Untuk mendapatkan suasana santai, beberapa ornamen pendukung ditempatkan sebagai penghias interior, seperti misalnya keberadaan lampu-lampu gantung warna hitam selaras dengan langit-langit yang berwarna hitam pula. Di area bar juga unik. Dengan dominasi warna biru dengan goresan semi abstrak. Di sebuah sudut, rak berwarna hitam memajang wine berbagai merek. Di kafe ini, pengunjung bisa menempati dua area, yakni di indoor dan outdoor dengan kapasitas maksimal 80 orang. Selagi bersantai, pengunjung juga bisa mengakses internet gratis karena di Le Creperie juga tersedia Wifi dengan kecepatan yang cukup baik.

Crepes dan galettes menjadi menu andalan La Creperie. Makanan itu merupakan sajian tradisional dari sebuah daerah yang terletak di bagian utara Perancis yakni Bretagne atau Brittany. “Di Perancis sendiri, makanan dari Bretagne ini sudah sangat dikenal luas bahkan menjadi favorit dan menjadi makanan rumahan di sana. Dan kami coba membawa kelezatan menu tersebut kepada masyarakat Indonesia,” jelasnya.

Bahkan, untuk bisa meramu makanan tersebut agar sesuai rasa aslinya dan mendapatkan kualitas terbaik, Marcelia sampai berguru kepada seorang pengusaha crepes dan galettes di Bretagne selama hampir setahun.

“Crepes lebih identik dengan rasa manis. Sedangkan Crepes dengan rasa asin, lebih dikenal dengan galettes yang dibuat menggunakan buckwheat atau sejenis gandum hitam yang memiliki aroma seperti kopi,” katanya.
Itu sebabnya Marcelia masih membeli beberapa bahan, seperti seperti keju mozarela, keju cheddar, dan tepung gandum hitam saat ini masih didatangkan dari Eropa, karena bahan-bahan tersebut tidak diproduksi di Indonesia. “Gandum hitam itu tumbuhnya di negara-negara yang memiliki empat musim,” ujarnya.

Dalam penyajiannya, Marcelia mencoba berkreasi. Untuk itu, menu crepes dan galatte di Le Creperie memiliki banyak variasi. Seperti misalnya Gallette Salmon, Gallette Tuna, Gallette Benedict, Crepe Classic, Crepe Gellato, dan Crepe Flaming.

Sementara itu, Vira, pengunjung, merasakan nuansa Eropa ketika berada di kafe tersebut. “Dari segi tempatnya enak buat makan ataupun sekadar nongkrong. Desain interiornya bagus, apalagi banyak mural-mural unik,” katanya.

“Kalau dari makanan, saya katakan banyak menu yang western bange, yang identik dengan rasa hambar atau tidak banyak menggunakan bumbu. Tapi ada beberapa menu yang memiliki bumbu tebal, khususnya menu-menu yang disajikan dengan nasi,” ujarnya.


Disajikan dengan Cider Lokal

Menurut Marcelia, menu-menu crepes dan galettes kurang lengkap tanpa adanya Cider. Cider adalah minuman tradisional Perancis yang terbuat dari buah apel yang sudah difermentasi namun bukan cuka apel yang banyak ada di pasaran. Cider terbaik di Perancis didapat dari Brittany dan Normandy karena kedua daerah itu merupakan penghasil buah apel terbaik di Perancis. Cara meminum Cider pun khas, harus menggunakan mangkuk, bukan gelas. Karena kebiasaan tradisional masyarakat di sana menyantap crepes dan galettes seperti itu, jadi konsep yang sama kami terapkan juga di La Creperie.

Tetapi, Marcelia mendapatkan kendala untuk mendapatkan Cider dari Perancis. Ia pun mengggantinya dengan menggunakan Cider buatan Bali, yang dikatakannya memiliki rasa yang tidak kalah dengan Cider asal Perancis.

“Karena di sini belum ada supplier Cider langsung dari Perancis. Sekarang, kami memakai English Cider yang dibuat di Bali, yakni Albens. Citarasanya tidak jauh beda dengan Cider yang asli dari Perancis,” terangnya.
Selain menu crepes dan gallates, Le Creperie juga menyediakan menu-menu lain dengan total mencapai 40 menu. Termasuk, menu-menu baru yang disajikan menggunakan nasi.

“Ini kami sesuaikan dengan kebiasaan masyarakat Indonesia. Tadinya kami memang hanya sediakan crepes dan gelatte ini. Tetapi banyak pengunjung ketika ke sini selalu nanya nasi. Kenyataannya banyak orang Indonesia yang tidak bisa makan kalau tidak ada nasinya. Jadi, kami sediakan beberapa menu lain yang penyajiannya menggunakan nasi, seperti menu Rice Humberg, yang memiliki taste manis dengan bumbu yang lumayan tebal. Penyajian dengan telur setengah matang, daging di-grill dengan aneka sayuran,” jelas Marcelia yang merupakan lulusan Banking & Finance, University Northumbria, Newcastle, Inggris.


Beberapa menu appetizer yang tersedia di antaranya Beef Potato Munchkin, Cheese Fingers Serverd with Strawberry Jam, Calamari served with tartare Sauce. Pengunjung juga bisa memilih aneka minuman seperti Alben Cider, Cider Cup, Pike's Peak Coolr, Green Flute yang merupakan racikan dari Vodca, Midori, Green Apple Syrup, Lime Juice, Albens. Ada pula Orang Flute yang merupakan racikan dari Triple Second, Vodca, Orange Juice, Honey, Lime Juice, Albens.

Minuman kopi juga menjadi andalan di Le Creperie. Di antaranya Signature Coffees, ada Americano, Cappucino, Cafe Latte, Peanut Butter Cup Mocha, Nutella Latte, Matcha Hazelnut Latte, Extra Espresso Shot. (fha)


Le Creperie,
Ruko Crown Golf – Blok D No. 6-7 Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara
Kapasitas: 80 orang
Range harga: Rp35.000-Rp138.000

0 Responses

Posting Komentar

terimakasih atas atensinya...

Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini