Khusuk di Masjid Luar Batang


Puluhan orang tampak khusuk di tiap sisi tirai berwarna hijau yang mengelilingi makam itu. Bacaan ayat Al-qur'an, kalimat tahlil dan doa-doa lirih terucap dari mulut orang-orang itu, mendoakan wali Allah yang ada di pemakaman itu.

Setiap hari, suasana di Masjid Keramat Luar Batang, di Jalan Luar Batang V RT 004, RW 003 No. 1 Perkampungan Luar Batang, Kelurahan Ancol, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara memang selalu ramai dikunjungi peziarah. Terlebih memasuki bulan Ramadan ini.

Seperti pengamatan saya pada beberapa pekan lalu, semenjak siang hingga menjelang maghrib, orang-orang memadati masjid yang menyimpan cerita sejarah itu, baik untuk melaksanakan shalat berjamaah maupun untuk berziarah ke makam ulama besar, Al-Habib Husein Bin Abubakar Bin Abdillah Al 'Aydrus, dan makam Haji Abdul Khadir yang berada di dalam komplek masjid itu.
.

Dulunya surau kecil

Masjid ini awalnya hanya sebuah surau yang dibangun oleh Al Habib Husein bin Abubakar Alaydrus, salah satu ulama berasal dari Yaman, yang turut berdakwah serta menyebarkan agama Islam ke Batavia. Ia wafat di Kampung Luar Batang sekitar 1756.

Sarat dengan nilai sejarah, bangunan masjid telah ditetapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai sebuah cagar budaya. Para keturunan Habib dan warga setempat kini yang mengurus masjid dengan luas tanah berserta bangunan sekitar 3500 meter persegi.

Masjid yang menyimpan cerita panjang mengenai penyebaran Islam di Batavia ini saat ini masih berdiri kokoh. Masjid menghadap ke arah timur atau ke arah Pelabuhan Sunda Kelapa. Pengunjung yang datang akan disambut sebuah gerbang dengan lebar sekitar dua meter, sebelum bertemu dengan halaman masjid yang berukuran cukup luas.

Tempat wudhu ada di depan pintu masjid sisi kiri atau berdekatan dengan kantor pengelola dan toilet. Masjid memiliki dua aula besar, aula dalam dan aula luar. Masing-masing aula memiliki 12 tiang pancang berwarna putih, yang dijumlahkan menjadi 24.

Konon, 24 menandakan jumlah jam dalam satu hari, 12 jam siang dan 12 jam malam. Aula bagian dalam digunakan untuk tempat shalat lelaki, sedangkan aula luar untuk shalat kaum perempuan.

Di sisi kiri aula bagian luar, terdapat sebuah ruangan yang merupakan lokasi makam Habib Husein dan muridnya, Haji Abdul Kadir. Haji Abdul Kadir adalah seorang Tionghoa yang memeluk Islam setelah berguru pada Habib Husein.

Tempat itulah yang selalu ramai didatangi para peziarah yang hendak mendokan wali Allah tersebut. Beberapa orang tampak meletakkan sebotol air ketika membacakan doa kepada habib, berharap ada keberkahan dari kedekatan habib dengan Allah.

Menurut Djunaidi,pengurus masjid dan marbot setempat, tempat yang kini menjadi makam, dulunya merupakan kamar pribadi dari Habib Husein saat masjid belum dibangun seperti sekarang ini.

"Dulu ini cuma rumah tinggal habib yang ada mushola atau surau kecilnya," katanya.

Hingga saat ini, kata Djunaidi, bangunan masjid telah mengalami beberapa kali renovasi, kecuali  tiang pancang yang ada di aula utamamasjid. Uniknya, tiang pancang ini tidak memiliki penyangga di atasnya, namun tetap berdiri tegak.

Djunaidi mengungkapkan, sebenarnya pengelola masjid berencana menambah dua menara masjid, untuk melengkapi dua menara yang telah ada, serta pembebasan lahan parkir, untuk memberikan kenyamanan pengunjung yang datang dengan membawa kendaraan pribadi.

"Tapi ya kita belum cukup dananya. Makanya sampai sekarang masih tertunda pembangunan dua menara lagi," katanya.

Tidak ada penjelasan pasti kapan kampung Luar Batang berdiri. Tetapi, dari cerita Djunaidi, dulunya tanah di kampung ini merupakan hadiah yang diberikan oleh Gubernur Belanda kepada Habib Husein, pada abad ke 17, dengan luas sekitar 14 hektar.

Ditanyakan atas jasa apa Habib Husein mendapatkan hadiah tanah dari Gubernur Belanja, Djuanidi mengaku tidak tahu pasti. "Yang pasti beliau dulu sangat disegani dan punya pengaruh yang kuat di Batavia, meskipun dia datang dari Yaman," jelasnya.

Sedangkan penamaaan Luar Batang, jelas Djunaidi, bermula pada saat meninggalnya Habib Husein sekitar 1756.

Menurut dia, mulanya, jenazah Habib Husein akan dimakamkan di Yaman, tempat asalnya. Tetapi, ketika hendak dimakamkan, jenazahnya tidak ada dalam kurung batang atau keranda. Warga menemukan jenazahnya berada kembali di kamarnya. Menganggap itu sebagai sebuah pertanda, warga kemudian memakamkan Habib Husein di kamarnya.

"Sebenarnya awalnya masjid ini bernama An-Nur. Tetapi sejak peristiwa itu, karena masyarakat menyebut Habib keluar dari kurung batang, maka dikeramatkan dan nama An - Nur hilang diganti dengan Masjid keramat Luar Batang," kata Djunaidi.

Demi keamanan, imbuh Djunaidi, saat ini pengelola telah memasang 16 kamera CCTV karena pihaknya sering mendapatkan laporan kehilangan dari jamaah.

"Dulu banyak barang yang hilang, baik tas, sepatu. Makanya kami pasang kamera CCTV. Alhamdulillah sejak dipasangi CCTV sekarang sudah aman," ungkapnya. (Fha)

Label:
0 Responses

Posting Komentar

terimakasih atas atensinya...

Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini