Kedai Pendaki: Tempat Nongkrong Para Penakluk Gunung





Malam itu cuaca cukup cerah. Kembali, saya berkesempatan berkunjung ke sebuah kedai yang punya keunikan tersendiri. Dari namanya saja, kedai ini begitu identik dengan para pehobi naik gunung atau pendaki. Namanya Kedai Pendaki. Tempat ini belakangan mulai tenar dan menjadi semacam basecamp bagi para pendaki di Jakarta. Di kedai yang beralamat di Jalan Jenderal Ahmad Yani No7A, Utan Kayu Utara, Jakarta Timur ini pula menjadi tempat untuk saling berkenalan sesama pendaki sekaligus menyusun rencana pendakianbersama.

Kedai ini dibuka pada sore hari, sekitar pukul 17.00 sampai pukul 01.00. Tempatnya cukup sederhana, menempati sebuah rumah beserta halamannya. Ada beberapa area yang bisa digunakan untuk bersantai, yakni area bagian dalam dengan cara lesehan dan area luar yang tak kalah santai, menggunakan bangku-bangku dan meja sederhana. 

Menu-menu yang ditawarkan di sini dilabeli nama unik. Seperti menu mie goreng dan mie rebus yang ditambahkan istilah magma di belakangnya. Ada tiga varian untuk menu mie ini; pedes dikit, pedes aja dan pedes banget. Harganya, sangat terjangkau. Satu porsi hanya Rp8000.

Penamaan menu minuman juga tidak lepas dari istilah-istilah yang lazim digunakan dalam pendakian. Untuk jenis minuman kopi, misalnya, nama yang digunakan adalah nama-nama gunung tempat kopi itu berasal. Seperti Kopi dari Sumatera Utara yang dinamai Kopi Toba, Kopi asal Lampung dengan nama Kopi Krakatau, Kopi Jaya Wijaya dari Papua, Kopi Tambora, Kopi Luak Larung, Kopi Mahameru, Kopi Sinabung dan banyak lagi. Harga untuk aneka kopi citarasa ini, antara Rp7000 sampai Rp11.000.

Untuk menu andalan di sini adalah teh tarik. Ada beberapa pilihan teh tarik yang bisa dinikmati di Kedai Pendaki, yakni Teh Tarik Arcopolo Teh Poci Sriwijaya dan ada pula Kopi tarik yang dijual dengan harga terjangkau, tidak lebih dari Rp10.000.

Tidak lengkap rasanya ngopi atau menikmati teh tarik tanpa camilan. Nah, jika sedang berada di Kedai Pendaki, jangan melewatkan menu spesial ini; Pisang Gulung Matras. Terdapat beberapa pilihan rasa, di antaranya coklat susu, keju susu, keju+coklat+susu, abon gulung matras ada pula pisang borneo yang bisa bikin lidah ketagihan. 

Nuansa sebagai 'tempat nongkrongnya para pendaki' semakin kental dengan adanya sebuah toko peralatan outdoor di lokasi kedai. Barang-barang yang dijual di sana antara lain sepatu outdoor, carrier, kaos, celana, matras, lampu senter dan berbagai perlengkapan lain. Jadi, sembari nongkrong, para pecinta gunung bisa melihat-lihat atau membeli peralatan outdoor keluaran terbaru yang ada di toko tersebut. 

Sehobi

Ketika malam datang, Kedai Pendaki mulai dipenuhi para pelanggan. Mereka berasal dari berbagai profesi, namun umumnya pengunjung yang ditemui adalah para pecinta alam. Seperti Taofik Hidayat dan Kimi Tabita, yang mengaku hendak bersantai usai pulang kerja. Taofik yang juga penggagas RPG (Relawan Pendaki Gunung) itu mengaku kerap menghabiskan waktu di Kedai Pendaki

"Feelnya dapat. Di sini bisa ketemu dengan sesama pegiat alam," katanya kepada Warta Kota. 

Kimi, rekan Taofik bahkan telah mendapatkan kenalan karena seringnya nongkrong di Kedai Pendaki. "Di sini banyak komunitas pendakiyang suka kumpul. Saya juga dapat banyak informasi maupun ilmu saat berdiskusi dengan teman-teman di sini."

Kosner Sirait, pemilik Kedai Pendaki sejak awal memang bermaksud ingin membuat sebuah tempat tongkrongan bagi para pecinta dan pegiat alam, seperti para pehobi naik gunung, diving, adventure. Sebab, kata dia, selama ini komunitas-komunitas pegiat alam yang jumlahnya mencapai ratusan itu lebih banyak berkomunikasi melalui jejaring sosial.

"Sejak dibentuk pertama kali awal Januari 2014, tempat ini sering dijadikan tempat kopdar komunitas pegiat alam," kata pria yang akrab disapa Ricky.

Dari tempat ini, kata Ricky, para komunitas bisa beranjangsana dengan pengunjung yang memiliki hobi sama. Bahkan, sering pula tercetus ide-ide, baik agenda pendakian bersama bahkan ide untuk melakukan kegiatan kreatif atau berkarya. 

"Tapi yang paling penting di sini kita saling berdiskusi, berbagi pengalaman dan berbagi ilmu. Sekarang banyak pendaki yang asal mendaki, tanpa tahu apa hakikat dari pendakian sesungguhnya. Akibatnya ya seperti yang kita lihat saat ini, banyak pendaki pemula yang justru merusak atau mengotori alam. Makanya di sini kami juga berikan edukasi soal pendakian," jelasnya.

Jiwa kekeluargaan dan solidaritas yang umumnya dimiliki para pecinta alam, membuat para pengunjung Kedai Pendaki cepat akrab satu sama lain. Selain berfungsi sebagai kedai, Ricky juga menjadikan tempat tersebut sebagai basecamp bahkan rumah singgah bagi backpaker pecinta alam dari berbagai kota di Indonesia.

"Biasanya ada komunitas dari luar kota yang ingin mendaki gunung tertentu dan mereka mampir ke sini bahkan menginap di sini sebelum melanjutkan perjalanan. Saya sangat terbuka untuk itu karena solidaritas kami memang sangat tinggi," kata Ricky.

Mendaki gunung seperti menjalani kehidupan

Kegiatan mendaki gunung menjadi begitu booming sejak ditayangkannya sebuah film tentang pendakian Semeru, film 5cm. Pendakian, yang sebelumnya hanya digemari kalangan tertentu, seolah menjadi hobi baru bagi masyarakat luas. 

"Dulu mendaki gunung dipandang sebelah mata. Pecinta alam dianggap sebagai orang yang urakan. Saya dulu bahkan sering dikatai sebagai orang stress karena bolak-balik naik gunung sendirian. Sekarang masyarakat berbondong-bondong naik gunung," kata Ricky.

Lalu apa menariknya kegiatan ini?

Ricky, yang sudah memulai aktivitas pendakian sejak usia 12 tahun mengaku mendapatkan banyak hal ketika mendaki sebuah gunung. Naik gunung, bagi dirinya sama halnya menjalani sebuah kehidupan. 

"Untuk sampai puncak gunung harus dilalui dengan perjuangan berat, ini persis seperti menjalani kehidupan; terjal, menemui berbagai masalah, dihadang lelah, lapar. Kesuksesan, jika dicapai dari bawah, akan terasa lebih nikmat. Itu kenapa banyak orang menjadikan gunung sebagai tempat merenung dan menemukan hakikat kehidupannya," kata Ricky, yang mencintai gunung karena latar kesukaannya terhadap budaya.

"Sampai di puncak gunung adalah pengalaman dan kebanggaan yang berharga bagi siapapun. Apalagi jika tahu proses mencapainya begitu berat," imbuhnya. (fha).

Kedai Pendaki

Jalan Jenderal Ahmad Yani No 7A, Utan Kayu Utara, Jakarta Timur (Persis di seberang halte TransJakarta Utan Kayu)

Jam Operasi: 17.00-01.00

0 Responses

Posting Komentar

terimakasih atas atensinya...

Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini