Food Colony Sajikan Menu-menu Tradisional



Hmm.. saya kembali berkesempatan menjelajahi tempat nongkrong di Jakarta. Kali ini pilihan jatuh ke sebuah food court di Plaza Atrium. Yuk simak liputannya gays....


Area food court di lantai empat Plaza Atrium Senen kini telah berubah wajah. Perubahan besar-besaran, baik konsep maupun interior beberapa bulan lalu, membuat tempat itu kini lebih cantik. Tema yang diusung kini, industrial modern. Dominasi warna abu-abu dan hitam mewarnai sisi interior, termasuk pada ornamen-ornamen seperti lampu gantung dan meja-kursi yang membuat suasana menjadi mewah.

Prissilia Destiana selaku Marketing Communication Plaza Atrium Senen mengakui, perubahan konsep area foodcourt tersebut merupakan bagian dari upaya manajemen untuk 'naik kelas'. Terlebih, pihaknya melihat prospek besar, Plaza Atrium Senen berada di kawasan yang strategis, di area perkantoran, kampus dan pusat perdagangan.

"Kita hadirkan konsep Industrial modern supaya lebih fresh dan menciptakan nuansa cozy. Berada di sini, masyarakat bisa merasakan sensasi lain yakni menikmati aneka kuliner di tempat yang nyaman," katanya.

Yang menarik, Food Colony menghadirkan berbagai macam menu tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Seperti misalnya, Gudeg Bebek Khas Djogja, Nasi Goreng Semarang Tjap Toegoe Moeda, Bakso Babeh khas Tangerang, Baku Ampa (Manado), Kwetiaw Sapi, Pondok Minahasa, Sate Ayam Kampuyuh, Soto Betawi dan sebgaainya. Setidaknya terdapat 31 counter, yang menghadirkan pilihan makanan dan minuman berbeda.

Ada beberapa alasan manajemen memilih aneka makanan dan minuman tradisional pada Food Colony. Seperti yang diungkapkan Firdaus selaku Supervisor Food Colony, masyarakat di daerah Senen yang memiliki latar belakang dan asal dari daerah berbeda-beda membuat penyajian aneka kuliner tradisional di Food Colony dirasa tepat.

"Penyediaan kuliner tradisional juga menjadi unggulan kami. Ada beberapa gerai di sini yang bahkan menyediakan menu-menu langka dari Indonesia Timur, Maluku atau Papua. Makanan-makanan itu jarang ditemui di tempat lain di Jakarta," katanya.

Berbeda dengan foodcourt di mal-mal lain yang ramai pada akhir pekan, Food Colony selalu ramai setiap hari. Bahkan, kata Firdaus, di hari biasa jumlah pengunjung lebih banyak dibanding saat week end. Hal itu lantaran sebagian besar konsumen merupakan para pekerja kantoran di kawasan Senen.

"Di jam makan siang, tempat ini selalu penuh. Memang kebanyakan pengunjung adalah pekerja kantoran. Tapi tidak sedikit pula masyarakat dari latar belakang lain, termasuk para mahasiswi yang kerap nongkrong di sini," katanya.

Selain itu, Food Colony juga kerap dijadikan tempat menggelar pertemuan atau sekadar berkumpul masyarakat.

"Banyak orang kantoran yang rapat di sini. Rombongan ibu-ibu juga sering berkumpul di sini," imbuh Firdaus.

Sistem pembayaran yang dilakukan, menggunakan Top-up. Jadi, sebelum memesan kuliner yang diinginkan, terlebih dahulu pengunjung melakukan Top-up sejumlah nominal yang diinginkan dan petugas akan memberikan sebuah kartu yang bisa dipergunakan di semua gerai di area Food Colony.

"Pengunjung tidak perlu khawatir jika ada sisa uang di dalam kartu itu. Karena, sisa uang bisa kembali diuangkan di tempat Top-up," kata Firdaus.

Tempat nongkrong orang Papua


Di area itu ada salah satu gerai yang menyediakan menu khusus masakan dari wilayah Papua. Nama gerainya, Ikan Bakar Khas Papua. Di area makan dekat gerai itu, lebih banyak ditemui orang-orang Papua yang sedang menyantap makanan khas mereka.

Ikan-ikan bakar seperti Bobara, kakap, momar, tode dan jenis ikan lain khas Papua, disajikan dengan sagu atau singkong termasuk dengan daun pepaya atau daun kasbi sebagai lalapannya.

"Menu-menu di sini sengaja saya samakan dengan menu makan di papua," kata James pemilik Warung Ikan Bakar Khas Papua. Bahkan, juru masak di gerai itu juga khusus dihadirkan dari Papua, agar rasa masakan pas dengan lidah orang Papua.

"Jumlah perantau Papua di Jakarta juga banyak. Apalagi banyak pejabat Papua yang kerap melakukan perjalanan ke Jakarta. Makanya, pelanggan saya sudah banyak. Termasuk Pak Freddy Numberi dan Pak Jero Wacik juga dulu suka makan di sini," jelasnya.



Yulian Kondologit, yang ditemui Warta Kota di lokasi itu mengungkapkan, gerai di Atrium Senen sudah dikenal luas masyarakat Papua. "Kalau ada yang mau tugas ke Jakarta, pada berpesan buat datang ke Plaza Atrium Senen ini kalau ingin makan menu Papua," kata sepupu penyanyi Edo Kondologit ini.

Kata dia, baik rasa maupun penyajian menu-menu di gerai itu tidak jauh berbeda dengan makanan sehari-hari masyarakat Papua.

"Kalau di tempat lain pakai nasi, makanan pokok kami sagu atau singkong. Jadi menu di sini ya sama dengan menu kami di rumah (Papua)," kata Yulian, warga Kabupaten Sorong Selatan.(Fha)


Plaza Atrium Lantai 4
Jumlah Gerai: 31, terdiri dari 19 gerai besar dan 12 gerai kecil.
Jam operasi: 09.30-21.30
Range harga: Makanan Rp8000-Rp80.000, Minuman: Rp5000-Rp50.000

0 Responses

Posting Komentar

terimakasih atas atensinya...

Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini