Pelabuhan Sunda Kelapa, Surga Bagi Pecinta Fotografi




Beberapa abad silam tempat ini menjadi salah satu lokasi penting tumbuhnya perekonomian Batavia. Ribuan pedagang dari berbagai negara bersandar dan menjual barang-barang mereka melalui pelabuhan ini. Dari sini, Batavia menjadi sebuah kawasan yang strategis. Tempat yang dahulunya berupa rawa-rawa tumbuh menjadi sebuah kawasan yang padat serta menjadi sentra perdagangan penting.

Nama pelabuhan itu adalah Sunda Kelapa, yang juga pernah menjadi nama bagi kota Batavia dan sekarang Jakarta. Perubahan namaSunda Kelapa menjadi Batavia dilakukan seorang Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen pada 12 Mei 1619. Pelabuhan itu menjadi Kali Ciliwung bermuara.

Pelabuhan Sunda Kelapa bila disaksikan dari Menara Syahbandar di Jalan Pasar Ikan No.1 Penjaringan, Jakarta Utara akan membawa memori kita terbang kepada masa kejayaan Sunda Kelapa pada jaman lampau.

Dari menara itu, bisa disaksikan deretan kapal yang bersandar di dermaga pelabuhan. Atau datanglah pada sore hari jika ingin menyaksikan sun-set yang menawan. Di sore yang cerah, matahari seolah memperlambat perjalanan dan senantiasa memamerkan cahaya jingga yang menawan. Beberapa angle menarik bisa menjadi pilihan wisatawan yang ingin mengabadikan moment.

Menara Syahbandar yang dibangun pada 1839 ini, pada 1977 telah ditetapkan Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta saat itu, sebagai kilo meter kosong Jakarta. Sebab, dari sanalah pembangunan infrastruktur Jakarta berawal. Dari menara itu pula Jakarta menjelma sebagai sebuah kota Megapolitan seperti yang kita jumpai sekarang.






Surga pecinta fotografi

Suara mesin kapal menderu-deru. Asap hitam mengepul dan terbang ke angkasa. Kapal-kapal kayu berukuran besar berjejer di dermagaSunda Kelapa. Sementara, ribuan orang sibuk memindahkan barang dari kontainer ke atas kapal. Sebuah pemandangan yang jarang dijumpai masyarakat Jakarta yang selama ini sibuk dengan rutinitas pekerjaan di pusat kota.

Wisatawan, baik lokal maupun mancanegara sesekali berhenti di sebuah kapal besar. Mereka menyaksikan puluhan kuli yang sedang sibuk mengangkut barang-barang, memindahkannya dari truk melalui jembatan kayu berukuran kecil, ke dalam kapal.

Jerremy (38), turis asal Belanda, berkali-kali mengambil moment itu dengan kamera DSLR miliknya. Ia sengaja datang ke sana untuk menyaksikan pelabuhan yang sekaligus menjadi cacatan sejarah penting bagi perjalanan Jakarta, perkembangan Indonesia.

"Saya senang bisa berkunjung langsung ke tempat bersejarah ini. Menurut saya ini fantastis, pelabuhan yang dibangun sejak beberapa abad lalu sampai sekarang masih digunakan," kata Jerremy dengan bahasa Inggris. Ia datang bersama istri dan dua adiknya.

Pelabuhan Sunda Kelapa memang menjadi surga bagi pecinta fotografi. Menurut Wasdi (43), seorang kuli pelabuhan, hampir setiap sore kawasan itu ramai dikunjungi pelancong, utamanya pada akhir pekan.

"Kebanyakan bule. Mereka pada motret-motret. Banyak juga pengunjung lain yang datang pada pagi dan sore. Ada yang datang ramai-ramai, ada yang cuma berdua. Mereka semua pada motret aktifitas di sini," katanya.

Pantas jika para penggila fotografi menjadikan tempat itu sebagai destinasi unggulan. Sebab, di tempat itu banyak spot menarik yang bisa menjadi bidikan lensa, baik dari sisi human interest para kuli-kuli panggul, pemandangan ratusan kapal kayu yang bersandar maupun sun-set yang menjinggakan langit pelabuhan.

Andre Rimeko, fotografer, mengaku puas datang jauh-jauh dari Kabupaten Dhamasraya, Sumatera Barat, untuk hunting foto di kawasan itu. Menurutnya, tempat itu bisa menjadi ajang untuk mengasah kemampuan atau meningkatkan skill fotografi para fotografer.

"Banyak aktifitas yang ada di sini, misalnya bongkar muat barang dari kapal oleh para kuli. Itu jadi salah angle bagus buat para pecinta fotografi. Bagi yang ingin mengasah teknik komposisi, deretan kapal di dermaga juga bisa menjadi objek menarik. Ada juga perkampungan nelayan yang sangat layak untuk didokumentasikan jika berkunjung ke sini," katanya.

Ia pun tidak menyesal sudah bergelut dengan debu dari kendaraan besar yang melintas di jalan-jalan area bongkar muat.

"Untuk mendapatkan hal indah memang mahal. Saya anjurkan lebih baik datang ke sini pada sore hari, selain tidak begitu terik, aktifitas kendaraan besar yang melintas pun sudah tidak terlalu banyak," katanya.

Pelancong diimbau untuk berhati-hati ketika menikmati pemandangan-pemandangan di sana. Karena selain banyak kendaraan lalu lalang, aktifitas pemindahan barang dari truk dan kontainer ke kapal yang menggunakan alat berat juga bisa membahayakan pengunjung yang melintas.

Untuk mengeksplorasi di dalam pelabuhan yang terletak sekitar 1,5 km sebelah utara kawasan Kota Tua, pengunjung bisa menyusuri dermaga dengan berjalan kaki atau bisa menggunakan jasa sepeda ontel. Bisa juga menjelajah area pelabuhan dengan sepeda motor.

Jika tertarik untuk mengambil angle menarik di perkampungan nelayan, pengunjung bisa menyewa ojek perahu yang akan membawa pengunjung ke spot-spot menarik, termasuk ke perkampungan nelayan yang ada di sisi barat dermaga.



Pelabuhan Sunda Kelapa

Alamat: Jalan Baruna Raya No.2 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara

Tiket Masuk: Gratis

Tiket parkir: Rp3000

Fasilitas: Lokasi pedagang kaki lima dan restoran sea food, masjid.

Cara tempuh: Busway jurusan Kota. Dari kawasan Kota tersedia ojek sepeda, bajaj atau mikrolet M-15 dengan jurusan Tanjung Priok dan turun di depan Pelabuhan Sunda Kelapa.

Disarankan datang pada pagi atau sore hari agar mendapatkan pencahayaan yang baik.

Disarankan membawa beberapa jenis lensa, terutama lensa tele untuk mengeksplore objek lebih banyak.

Disarankan membawa masker karena pada waktu tertentu banyak trailer lalu lalang dan membuat debu jalan beterbangan

Label:
0 Responses

Posting Komentar

terimakasih atas atensinya...

Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini