Terbaring di Rumah Penyesalan

Aku ingat bahwa aku sudah menggunakan istilah ini berulang-ulang. Aku bahkan tak dapat menghitung lagi sudah berapa kali ku gunakan ungkapan itu. Andaikata penyesalan bisa di ramalkan sebelumnya, barangkali aku bisa menghindari ungkapan itu untuk selalu menjadi ungkapan yang ku andalkan. Akan tetapi, air sudah terlanjur mengalir menuju muara dan aku tidak bisa menariknya kembali ke hulu. Semua hal menyedihkan yang ku alami, biar aku sendiri yang menikmatinya.

Aku seolah tidak berada di dunianya manusia, atau barangkali sedang terasing dari kehidupan dunia. Aku bagai udara yang terdampar di luar angkasa. Semua hal yang ku jumpai, belum satupun yang mampu menarik simpatiku untuk melupakan segenap keperihanku. Semua yang ku dengar, masih terlalu sukar untuk ku resapkan dalam sanubari.

Aku pun sesungguhnya sadar; berbagai perubahan kepekaan batin itu mungkin terjadi, tetapi perubahan itu sama sekali berbeda dengan perubahan batin dari orang-orang yang belum berkembang menuju kepribadian sejati. Selama ini ku gantungkan batinku seperti ku gantung pakaian di tali jemuran. Tentu saja pakaian-pakaian itu mudah terhempas ketika angin besar datang, mudah kering jika terik sedang menyala lantas dengan segera akan basah jika tiba-tiba hujan turun.
Batinku masih terlalu fleksibel dan belum menemukan keyakinan yang sejati. Kekasaran batin orang-orang awam seperti diriku ini, sangat mudah di gantikan oleh perubahan dan interaksi dari cita rasa yang lebih tinggi, dimana cita rasa yang lebih rendah di pandang sebagai refleksi semata.

Ya. Citarasa yang ku maksudkan adalah pemandangan dunia yang lebih terang dalam tatapan mata manusia-manusia lemah batin sepertiku. Jika manusia berada pada kelemahan batin seperti ini, maka manusia akan mudah terhempas jika terjadi perubahan besar dalam kehidupannya. Manusia selalu mengharap keadaan yang mendatangi mereka adalah baik, sedangkan jika mendapat musibah atau ujian yang berat, maka manusia akan mudah tunduk pada kenestapaan dan jiwanya akan mati.

0 Responses

Posting Komentar

terimakasih atas atensinya...

Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini