Sekiranya ratapan itu bisa menjadi angin

SEANDAINYA suasana hati semisal batu kali yang keras, mungkin saat ini aku tak manja seperti manjanya para udara yang bergerak di sekitarku. seandainya perasaan adalah sesuatu yg mudah di liarkan, barangkali aku tak senaif seperti kenaifan domba jantan yang di tinggal mati para selirnya. Aku pun lantas berfikir; kenapa banyak orang yang bisa membeli ketenangan hati dengan bertumpuk materi, berjubal jabatan dan tetek bengek yang lain. padahal, yang dinamakan ketenangan adalah tercumbuinya bibir jiwa dengan hal yg sifatnya serupa dengan keadaan daun kelapa yang teriramakan oleh angin pantai. itu hanya menurutku.

detik ini aku merenungi segenap keterbatasan serta kelemahanku untuk menjadi orang yg seharusnya SELALU memahami perasaan orang yang tertakdir tak serupa denganku. detik ini pula aku berpijak pada tumpuan tak teguh dan meretas sendu dalam beberapa kepingan daun hati yang tercecer. Sungguh, sebenarnya Aku sudah mencoba menyadarkan diri pada kesadaran dan kenyataan. tapi pada kenyataannya Irama hati memang sudah tak lagi merdu seperti hari-hari yang lalu. Berkali-kali pula aku mencoba bertanya pada ingatanku yang kurasakan kurang lengkap tanpa adanya kritikan dari pemahaman. Dan jawabanya masih sama; selalu klise.

Kemarin-kemarin, aku masih merasa seperti seorang penguasa kerajaan yang bahagia melihat rakyatnya panen raya; hingga lumbung kerajaan menjadi menumpuk karena terpenuhinya upeti-upeti dari rakyat. Tetapi, yang terjadi sekarang, rata sudah gelimang tangisan mendomisili ruang hati. Menjadi santapan para hantu yang selalu mengusikku; seperti rupa iblis sakti yang sering ku saksikan dalam cerita mitos-mitos kebudayaan jawa. Dan jika semakin kurasakan, maka yang ku temukan adalah gumpalan mirip diamond yang retak disana-sini.

Salahkah jika hati menjadi demikian lemahnya? Walaupun sadar itu sudah melingkupi; bahwa tak boleh manusia menjadi lemah oleh cinta. Allah tak mengajarkan manusia menjadi terkukung, mati rasa, lemah batin, hanya gara-gara masalah kecintaan kepada makhluk. Sebaliknya, anugerah cinta itu diadakan untuk berikan warna, tebarkan cita-cita serta berikan tenteram pada suasananya hati.

Sudahlah, bagaimanapun juga setiap hal pasti menyimpan resiko-resiko. Dan kuanggap inilah resikonya manusia yang sejak awal kehidupannya sudah terbekali oleh rasa, rasa cinta. Dan ada pemikiran yang mahfum jika sedih itu benar-benar ada.

Aku menjamah sedih dalam ilustrasi diriku yang tak juga kurasakan bagai sebuah dewasa yang menampar pelan pada keterasingan. Hidupku masih ragu dalam beberapa dimensi yang ruangnya hanya bersebelahan. Terpojok dan terkurung pada lapangnya dataran ketetapan

Apabila sekarang aku boleh menjadi orang yg bijaksana, maka aku akan berkata kepada diriku sendiri,

“Wahai anak muda, pikirkanlah! Apa pantas seorang manusia ber-Tuhan melumpuhkan diri seperti ini hanya gara-gara masalah sepele, masalah cinta muda yang sesungguhnya belum layak di kategorikan sebagai cinta sejati. Sadarilah, kehidupan dunia hanya sebentar waktu. Perjalanan dunia adalah lintasan sekejap yang harusnya kita jadikan sebagai ajang merengkuh segenap kebajikan-kebajikan. Maka tak perlu kita sibukkan diri dengan berbagai macam kepentingan tak bermanfaat. Tak perlu kita memakai topeng samaran untuk mengelabuhi malaikat Tuhan dalam mencatat segala tindakan.



Ini bukan tentang siapa2; hanya sebuah tembang diri penghibur hati; ketika wajah hati kembali diludahi dan kenyataan telah di putar sedemikian rupa hingga tak bisa di bedakan lagi antara kepala dan kaki, air dan api, hitam dan putih, rusa dan domba.

Sebenarnya tidak ada yg melukai hati ini, hanya saja diriku sedang merasa terlukai. barangkalipun tidak ada orang yg meludah tepat di wajah hatiku, hanya saja kurasakan pipi hati ini basah dan berbau. Akupun sadar, semua jalan manusia adalah pilihan, semua pemikiran adalah kekayaan diri dari manusia tersebut. akan tetapi entah kenapa terkadang aku merasa perlu untuk sekedar membagi sesuap rasa diri, sedikit pemikiranku, terhadap orang yg ku anggap perlu untuk mendapatkannya. apa memang aku sudah merasa sok pintar dan justru kepintaran itu menjadi racun pembunuh bagi hatiku sendiri?

aku memang lebih suka hidup dalam sepi dan menyendiri. aku tak suka ketika banyak suara yg hilir mudik pada pendengaranku. aku tak suka jika harus berada dalam riuh tawa orang bergurau. dan aku lebih suka pada hening. itulah pilihan hidupku saat ini yang tak harus sesiapapun menyalahkannya atau bahkan menjadikan pilihanku ini sebagai alasan dri segenap timbulnya masalah bagi orang lain, bagi dirimu. dan kurasa itu tidak masuk akal. Ingatlah bahwa aku juga tak menyalahkan pilihan hidupmu, cara berfikirmu, kebebasan bersikapmu dan semacamnya. itu adalah pilihan hidupmu. satu point penting disini bahwa setiap manusia memiliki cara sendiri2 dalam mencapai kebahagiaannya..

malam ini pun dengan beringasnya aku mengambil sebuah kertas yg seingatku sudah sejak lama ku simpan diantara berjubalnya buku2 di rak.. dan aku masih tak tahu apa yg harus ku lakukan dengan secarik kertas itu. hanya berkali-kali ku baca ukiran tinta biru yg menyatu dengan kertas itu,,

Bahan lamunanku.....

Perjalanan masih panjang dan di dalamnya tentu saja ada banyak ujian serta kesulitan-kesulitan. Mari bersama-sama kita kokohkan pondasi ini; jalinan cinta yang telah rata, tumbuh subur, dan akan senantiasa menjadikan bunga-bunga hidupku mekar di segala musim. Karena, cinta adalah seperti tumbuhan yang tak tergantung pada musim. Cinta itu akan selalu mewangi saat kau taburi dengan suplemen kasih sayang itu.

Jarak boleh saja membentang jauh, memisahkan penglihatan dan menunda pertemuan kita. Akan tetapi, sesungguhnya pada saat ku tuliskan kata-kata ini, aku merasa sedang duduk di hadapanmu, tersipu malu ketika kau menatapku, dan menguraikan cinta yang tersebar dari hatimu. Itu yang ku rasakan, kekasih.

Mari kekasih, jadikan akhir ini indah. Mari kita berlayar bersama mengarungi samudra untuk sampai pada dermaga-Nya. Tapi, jika salah satu di antara kita ada yang terjatuh ke dasar laut di karenakan terhempas gelombang badai, maka janganlah kita saling menyalahkan. Itu adalah takdir Tuhan, ketetapan Allah, kekasih.

0 Responses

Posting Komentar

terimakasih atas atensinya...

Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini