Museum Polri, Menengok Nilai Sejarah Dan Mendalami Makna



Jumat lalu, saya berkesempatan mengunjungi sebuah museum yang menyimpan catatan penting bagi sejarah dan kiprah Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tempat ini bernama Museum Polri. Letak museum ini berada di Jalan Jl. Trunojoyo No. 3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan atau bersebelahan dengan Markas Bekas Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Dilihat dari luar, museum ini sudah nampak modern, meski bentuk bangunan mengadopsi gaya klasik. Beberapa ornament yang menghiasi bagian depan bangunan museum, serta desain jendela yang sudah bergaya masa kini, membuat museum ini nampak berbeda dibandingkan dengan museum lain.
Di bagian depan bangunan museum, terdapat sebuah kendaraan panser serta sebuah helicopter. Kedua kendaraan ini, kerap digunakan untuk berfoto-foto oleh para pengunjung museum. Jangan kaget ketika Anda masuk ke dalam museum. Pasalnya, Anda akan mendapatkan sambutan berupa senyuman manis dari para petugas museum, yang terdiri dari para polwan cantik dan polisi yang ramah. Kami juga mengalami ini.
Dari jarak beberapa meter, sudah bersiap-siap untuk melayani kami. Mereka berdiri di balik meja informasi. Di meja informasi ini, pengunjung diminta untuk meninggalkan identitas, serta menitipkan tas di loker yang sudah disediakan. Hanya kamera serta handphone yang boleh dibawa menjelajah ruang museum. Para petugas melayani dengan begitu sopan, murah senyum dan menjawab berbagai pertanyaan pengunjung dengan ramah. Jika Anda membutuhkan pemandu, para petugas museum juga dengan senang hati akan menemani Anda berkeliling melihat koleksi-koleksi, dari lantai satu hingga lantai tiga.
Di ruang utama ini, Anda akan menyaksikan sebuah mobil patroli yang digunakan oleh Samapta berpatroli di dalam kota. Menurut seorang petugas museum, kondisi mobil jenis Ford Focus 2.0 ini masih baru, khusus dipajang untuk mewarnai koleksi Museum Polri. Mobil ini, dilengkapi dengan perangkat mutakhir berupa teknologi Global Positioning System (GPS) sebagai bagian dari progam Quick Wins untuk meningkatkan kualitas pelayanan polisi kepada masyarakat. beberapa pengunjung juga bisa masuk dan berfoto dengan mobil ini.
Masih di ruangan ini, kita bisa menyaksikan deretan nama pejuang kepolisian yang gugur dalam beberapa operasi, seperti yang gugur dalam operasi di Irian Barat, pejuang yang gugur di Malaysia, pejuang yang gugur dalam operasi militer di Aceh dan sebagainya. Dekat dari situ, terdapat sebuah layar sentuh berukuran besar. Dari layar tersebut, kita bisa melihat denah gedung museum, dari lantai satu hingga lantai tiga.

Bhayangkara, Polisi di Jaman Majapahit
Museum Kepolisian Negara Republik Indonesia memang menawarkan penelusuran sejarah kepolisian Negara Republik Indonesia melalui sentuhan galeri sehingga tanpa terasa membawa para pengunjung pada alam kepolisian masa lalu hingga masa kini. salah satunya, bisa kita saksikan di Ruang Sejarah, yang berada di lantai satu bangunan museum.
Di Ruang Sejarah Museum Polri, terdapat beberapa diorama penting menggambarkan peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan dan kiprah institusi Polri. Diorama pertama, berada di sudut paling kanan ruangan, berjudul Diorama Bhayangkara. Pada jaman kuno, sebelum kedatangan bangsa-bangsa barat, kerajaan di nusantara sudah mempunyai lembaga yang menjalankan fungsi kepolisian, walaupun belum merupakan kepolisian modern.
Salah satunya adalah pasukan Bhayangkara di bawah pimpinan Mahapatih Gadjah Mada dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit mempunyai beberapa lembaga pemerintahan sebagai kelengkapan untuk membantu Raja dalam melaksanakan pemerintahan. Adapun lembaga-lembaga tersebut antara lain Sapta Dharma Putra, Bhayangkara, Ratu Agabaya dan Jalanid.
Pasukan Bhayangkara sendiri adalah pasukan yang terdiri dari prajurit-prajurit pilihan. Pada awal pembentukannya, hanya terdiri dari 15 orang yang dikepalai oleh Patih Gadjah Mada. Adapun tugas utama pasukan Bhayangkara dalah menjaga ketentraman, ketertiban, penegakan peraturan sekaligus sebagai pengawal pribadi raja dan Kerajaan Majapahit.
Kemudian dalam perkembangannya, pasukan Bhayangkara juga mengemban tugas menegakkan peraturan perundang-undangan kerajaan serta pengawasan perdagangan. Inilah cikal bakal fungsi kepolisian dan ekamanan di Indonesia yang lahir sejak zaman kerajaan-kerajaan kuno.

Perangkat Kepolisian di Era Prakolonial dan Kolonial

Di Ruang Sejarah Museum Polri, kita dapat menyaksikan bagaimana perjalanan sistem pengamanan, dari semenjak jaman kerajaan hingga masa kini. Dari keterangan berbagai sumber sejarah, diketahui bahwa konsep lembaga kepolisian dalam tatanan kenegaraan telah ada sejak masa lampau. Dalam perkembangannya, Kepolisian Negara Republik Indonesia mengalami perubahan seiring dengan perjalanan bangsa dan negara Indonesia.
Perangkat kepolisian di era sebelum kolonial,  pada era abad 7-16 masehi,  misalnya. Pada masa ini, ternyata bentuk kepolisian sudah ada. Jauh sebelum bangsa barat datang ke Indonesia, masyarakat Nusantara telah mengenal tugas kepolisian berupa pengamanan dan pembinaan stabilitas negara. Pada masa itu, organisasi dan sifat tugas kepolisian masih bersifat tradisional yang dilaksanakan oleh pasukan keamanan kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Sriwijaya, yang kala itu merupakan kerajaan maritime terbesar di Nusantara, memiliki pasukan keamanan laut yang direkrut dari bajak laut Selat Malaka untuk menjaga aktifitas perniagaan. Di kerajaan Majapahit, pelaksana tugas kepolisian dilakukan pengawal pribadi raja bernama Bhayangkara yang dipimpin oleh Majapahit Gadjah Mada. Bhayangkara yang juga berarti antibahaya terdiri atas dua kesatuan, yakni Bhayangkara Andhika untuk menjaga keamanan kota dan Bhayangkara Lelana untuk menjaga keamanan daerah. Setiap kesatuan Bhayangkara beranggotakan 15 orang.

Masa Kolonial dan Pendudukan Jepang
Di era VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), J.P Coen membentuk kesatuan polisi kota di wilayah Jakarta yang saat itu bernama Batavia. Di dalam kesatuan itu, terdapat jabatan-jabatan seperti kaffers (penjaga penjahat), ratelwatcht (penjaga  malam) dan landdrost (petugas yang mengamankan daerah di luar Batavia). 
Ketika peran VOC berganti menjadi Pemerintahan Hindia Belanda, organisasi dan struktur kepolisian pun berubah. Pemerintah Hindia Belanda membentuk berbagai kesatuan polisi, misalnya polisi perkebunan, polisi pangreh praja dan polisi lapangan atas nama menegakkan keamanan dan ketertiban termasuk mencegah dan mengatasi perjuangan politik kaum pribumi. Untuk mengamankan kepentingan politiknya, Pemerintah Hindia Belanda membentuk badan intelegen polisi yang disebut P.I.D pada 1916.
Pada 1942, Pemerintah Hindia Belanda kalah dalam perang melawan Jepang dan dimulailah era Pendudukan Jepang (1942-1945). Di masa pendudukan ini, bidang kepolisian disesuaikan dengan kepentingan pendudukan militer Jepang. Semua pegawai  polisi Belanda ditawan dan diganti dengan pegawai polisi bangsa Indonesia. 
Seluruh kesatuan polisi dari masa Pemerintah Hindia Belanda disatukan dalam satu badan kepolisian bernama Keisat-sutai. Pemerintah pendudukan Jepang kemudian juga membentuk satuan polisi istimewa bernama Tokubetsu Keisatsutai yang menjadi cikal bakal Brigade Mobil.

Melihat Barang Bukti Peristiwa Bom Bali di Museum Polri




Benda-benda terkait peristiwa pemboman Bali dan pemboman di beberapa wilayah lain yang dilakukan oleh jaringan teroris, nampaknya menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat berkunjung ke Museum Polri. Pasalnya, di lantai tiga bangunan museum ini, pengunjung bisa menyaksikan langsung benda-benda hasil sumbangan dari Densus 88 tersebut serta bisa mengetahui bagaimana kronologi peledakan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok di beberapa tempat, baik di Jakarta maupun di Bali.

Sebuah maket bangunan bom Bali memperlihatkan bagaimana hancurnya bangunan tersebut pasca terjadinya pemboman. Serpihan bom Bali I akan membuat kita membayangkan betapa dahsyatnya ledakan yang terjadi saat itu. Serpihan bom yang meledak di Sari Club Kuta Bali tanggal 12 Oktober 2002 ini, menyebabkan 202 orang meninggal dunia dan mencederai 209 orang lainnya yang kebanyakan adalah wisatawan asing.

Juga terdapat serpihan bom bali II yang meledak di restoran Raja's Kuta, Bali, pada tanggal 1 Oktober 2005. Serangan bom kedua ini menyebabkan 23 orang meninggal dunia dan 196 lainnya mengalami luka-luka. Korban sendiri mayoritas adalah warga Indonesia. Barang bukti lain terkait bom Bali yang dipajang di sini adalah telpon genggam Nokkia 3350 yang digunakan sebagai pemicu bom Bali tahun 2002 oleh Amrozi dan kawan-kawan.

Tidak hanya itu, serpihan bom Malang juga dipamerkan di sini. Serpihan ini merupakan sisa bom rakitan Dr. Azhari yang gagal meledak saat rumah persembunyiannya di Batu, Malang, ketika disergap oleh detasemen 88 anti teror pada tanggal 9 november 2005. Pada penyergapan yang disertai tembak menembak tersebut, Dr. Azhari dan tersangka lainnya tewas karena meledakkan diri. Di sebuah kaca etalase, nampak sisa bom rakitan dan sebuah kacamata milik Dr. Azhari.

Koleksi lain yang tak kalah menarik, yakni sisa rangka mobil yang digunakan meledakkan bom bali. Temuan terhadap sisa rangka inilah yang menjadi kunci terungkapnya kasus pemboman yang menewaskan ratusan orang tersebut. Diceritakan, dari mobil yang meledak di Sari Club, Bali, didapatkan sebuah rangka bernomor KA611286 keluaran tahun 1981-1983. Akan tetapi, setelah melakukan penelurusan diketahui bahwa mobil tersebut menggunakan nomor chasis palsu. Tim forensik AFP (Ausralia) bahkan menggunakan scanner, bahan kimiia dan berbagai cara untuk mrnimbulkan nomor chasis asli yang sudah digerinda dan ditimpa nomor baru.

Petugas kemudian menemukan lempengan logam semacam seng yang ditutupi bahan jeniis blue jeans. Dilempengan itu, tertulis nomor KIR kendaraan, yaitu DPR15463. Berdasarkan catatan DLLAJ, didapat bahwa mobil tersebut dari jenis Mitsubishi Station Wagon L-300, mesin 1400 cc buatan tahun 1983, warna putih dengan nomor chasis KA0011230. Pemilik terakhir mobil tersebut adalah M. Rozi alias Khairul Anam alias Amrozi. Berkat chasis ini, para pelaku peledakan bom Bali 2002 dapat ditangkap oleh Kepolisian RIM

Serpihan bom JW Marriot 5 Agustus 2003 juga turut mewarnai koleksi hasil sumbangan Densus 88 ini. Dalam serangan tersebut, sedikitnya 12 orang meningal dunia dan 150 luka-luka.

Penuh makna
Museum Polri, diirikan atas semangat untuk mengenang sejarah dan mendalami tentang kepolisian Indonesia. Awalnya, gagasan pembentukan museum ini muncul dari Kapolri yang saat itu memimpin, Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri. Dulu, dalam berbagai lawatan ke luar negeri, Pak Bambang selaku Kapolri saat itu, selalu diajak oleh kepolisian setempat ke museum kepolisian yang ada di sana. Kemudian muncullah ide untuk membuat museum ini, mengingat pentingnya sejarah kepolisian Indonesia serta panjangnya sejarah yang menyertainya. Tujuan pendirian museum ini sendiri, tidak lain adalah untuk melestarikan nilai-nilai kesejarahan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan pewarisannya kepada generasi mendatang.
Polri sangat berperan dalam menciptakan keamanan, baik di masa sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Melihat sejarah terbentuknya, Polri memiliki perjalanan yang begitu panjang dari masa penjajahan kolonial dan masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di awal kelahirannya, Polri tidak saja harus menjalankan tugas pemolisian sebagai pelindung dan penjaga ketertiban masyarakat tetapi juga mendapat tugas sebagai kekuatan perang dalam perjuangan bersenjata mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Polisi Indonesia, bisa disebut juga sebagai polisi pejuang sejak dicetuskannya Proklamasi Kemerdekaan RI. Deklarasi Polisi Istimewa di Surabaya tak lama setelah proklamasi kemerdekaan dilanjutkan dengan konsolidasi organisasi kepolisian yang bersifat nasional pada 1 Juli 1946 oleh Kepala Kepolisian Negara Jenderal Polisi R.S. Soekanto, menjadi dasar keunikan sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia dibanding institusi kepolisian negara-negara lain.

Dalam perjalanan sejarah Indonesia, Polri turut berperan menumpas berbagai pemberontakan kelompok separatis dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di masa kepemimpinan Presiden Soekarno, Polri terlibat dalam operasi tempur seperti operasi Trikora dan Dwikora. Di masa kepemimpinan Presiden Soeharto (1967–1998), Polri menjadi bagian dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan terlibat dalam berbagai operasi militer seperti di Timor Leste, Nanggroe Aceh Darussalam, dan Papua.

Sejak 1998, pergantian kekuasaan dan perubahan politik Indonesia memberikan dampak pada organisasi Polri. Sebagai institusi kepolisian, Polri berupaya mewujudkan diri sebagai lembaga yang profesional dalam menjalankan fungsi perlindungan dan pelayanan masyarakat.

Bagaimanapun, tema kesejarahan tersebut disusun dalam sebuah sudut pandang yang menyajikan tema besar tentang upaya POLRI dalam menyelenggarakan keamanan dan ketertiban serta dinamika internal-eksternal yang mempengaruhi sosok lembaga kepolisian RI. MelaluiMuseum Polri, diharapkan muncul gambaran tentang watak kelembagaan POLRI yang semakin modern, profesional, dan mandiri sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
  
Landasan pemikiran inilah yang menjadikan inisiatif pembangunan Museum Polri memiliki nilai strategis. Pertama, Museum Polri menjadi instrumen yang menunjukkan posisi dan peran Polri dalam perkembangan sejarah masyarakat Indonesia. Ekspresi kesejarahan tersebut menjadi dasar pembentukan ligitimasi Polri sebagai lembaga yang dibentuk untuk melindungi, melayani, dan mengayomi masyarakat Indonesia.
Tidak dapat disangkal Kepolisian Negara Republik Indonesia lahir seiring dengan dinamika perjuangan membangun negara, menjaga keutuhan wilayah RI dari perpecahan dan sisa-sisa pemberontakan separatisme dekade 1950an, dan di samping perannya sebagai pejuang (kombatan) dalam proses kelahiran negara baru, tetap memiliki peran utaman dalam menjaga dan melindungi masyarakat dari berbagai bentuk kejahatan yang muncul sesuai permasalahan zamannya.
            
Kedua, Museum Polri menjadi lukisan yang menggambarkan kiprah para anggota kepolisian RI, mulai dari tingkat paling bawah sampai pimpinan tertinggi, mulai dari ibukota sampai ke pelosok-pelosok terpencil, dan mulai dari mereka yang bekerja di jalan raya sampai mereka yang memanfaatkan teknologi mutakhir dalam melindungi masyarakat dari ancaman kejahatan, penipuan, narkotika, kekerasan, dan teror.Museum Polri memiliki arti strategis membangun kesadaran korps (esprit de corps) dan solidaritas kolektif anggota kepolisian RI tentang peran masing-masing jajaran kepolisian dan arti penting mereka dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Ketiga, Museum Polri pada akhirnya memiliki peran vital sebagai alat pembelajaran bagi seluruh jajaran anggota kepolisian RI tentang peran dan fungsi mereka di tengah masyarakat Indonesia. Informasi yang ditampilkan dalam Museum Polri menunjukkan kepada setiap anggota tentang bagaimana profesi mereka sebagai anggota kepolisian seharusnya dilakukan. Juga dituangkan bagaimana tradisi kepemimpinan secara spesifik lahir di dalam lembaga kepolisian seperti dicontohkan oleh mereka yang telah menjalankan tugas memimpin lembaga kepolisian RI. Dalam kaitan ini, terdapat ruang bersama untuk saling belajar bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia terhadap rekan-rekan kolega mereka yang menjalankan tugas di dalam situasi dan konteks sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang beragam di dalam masyarakat Indonesia yang plural.

Keempat, pembangunan Museum Polri diletakkan di atas dasar acuan kekayaan sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang beragam dari segi geografi dan pengalaman kesejarahan masing-masing wilayah. Di samping karakternya yang bersifat nasional, museumini dirancang untuk menampung informasi 'lokal' dari masing-masing daerah yang berkait dengan sejarah kepolisian. Dengan demikian,Museum Polri menyajikan keunikan pengalaman sejarah masing-masing wilayah Kepolisian Negara Republik Indonesia lengkap dengan simbol-simbol kelembagaan, monumen dan situs-situs sejarah, serta cerita mengenai tokoh penting kepolisian di masing-masing wilayah sebagai gambaran masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika.

Kelima, Museum Polri pada akhirnya adalah sebuah karya dan sumbangan institusi kepolisian RI kepada masyarakat umum dengan menjadikannya sebagai ruang publik baru yang memperkaya pengalaman sehari-hari masyarakat Indonesia (khususnya yang tinggal di Jakarta atau berkesempatan mengunjungi ibukota).
Museum Polri dirancang untuk menjadi bagian integral kehidupan sehari-hari masyarakat, berbaur dengan kesibukan perkantoran, perdagangan, dan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan manusia di sekitar lingkungan museum. Melalui Museum Polri, setiap anggota masyarakat dapat belajar tentang sejarah masa lalu mereka, dan pada saat yang sama dapat menikmati karya seni yang ditampilkan diMuseum Polri, menghadiri acara-acara pameran, atau bahkan sekadar menjadi tempat singgah di waktu luang mereka dan berdiskusi tentang tema-tema aktual dalam masyarakat. Dengan demikian, Museum Polri akan menjadi salah satu pusat kebudayaan yang memperkaya kehidupan masyarakat.

Dengan memperhatikan lima faktor di atas, pada akhirnya Museum Polri adalah perwujudan salah satu strategi baru Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menempatkan sosok institusi kepolisian dalam masyarakat Indonesia, sosok yang mampu berubah namun pada saat yang sama juga memiliki sejarah yang panjang.
Museum Polri sendiri, diresmikan oleh Presiden SBY pada 1 Juli 2009, bertepatan dengan HUT Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang lebih dikenal dengan hari Bhayangkara.
Di museum ini, ditampilkan beragam koleksi menarik, seperti kendaraan patrol yang pernah digunakan para polisi dari masa ke masa, koleksi senjata,  ribuan foto dan berbagai benda bersejarah, replika pesawat dan kapal, dan sebagainya. Selain itu, museum ini juga sudah mengusung konsep modern, dengan dilengkapi beberapa media interaktif, salah satunya ruang audio visual yang berada di lantai tiga bangunan museum. Selain itu, di lantai dua bangunan museum terdapat kids corner, di mana lokasi ini menjadi tempat favorit bagi pengunjung anak-anak. (Feryanto Hadi)

0 Responses

Posting Komentar

terimakasih atas atensinya...

Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini