Kaula muda semua yang mudah-mudahan sedang menyegarkan dirinya dengan mineral kasih sayang agama. Dengan kita gemar mengevaluasi diri, maka kita akan segera menemukan di manakah letak titik kekurangan yang kita punya serta bagaimana peluang kita untuk mengubah kekurangan itu. Dan nantinya dia akan menjadi tolak ukur perbaikan yang kita lakukan. Bukankah sifat manusia itu selalu ingin sempurna, baik dalam hal materi, penampilan, ibadah dan sebagainya.

Bicara mengenai masalah ini, saya jadi teringat penggalan lirik salah satu musisi kita, Mas Opick namanya. Saya gemar sekali mendengarkan kata-kata indah yang ada dalam lagunya ‘Rapuh’. Secara berulang-ulang saya memutar lagu merdunya ini. Bolehkan saya bersenandung sejenak untuk pelipur hati yang sedang gelisah ini? Silahkan, kata kalian lagi.


Detik waktu, terus berjalan
Berhias segala tentang…
suka dan duka, tangis dan tawa
Tergores bagai lukisan
Seribu mimpi berjuta sepi
Hadir bagai teman sejati
Diantara lelahnya jiwa
Dalam resah dan airmata
Kepersembahkan kepada-Mu
Bergerilya dalam hidupku

Subhanallah, lembut sekali ya kata-katanya, seperti sebuah sutra murni yang belum di tenun. Seperti bubur bayi yang belum di tuang. Akan lebih lembut lagi jika engkau langsung mendengarkan lagunya. Begitu anggun untuk menyentuh, menelusup perlahan-lahan dalam rongga kesadaran di hati kita. Ah, tiba-tiba tubuh ini semakin ringan saja kala merenungkan syair indah dari Mas Opick tadi. Raga ini bahkan sampai bergetar, seperti sedang demam saja. he he.

Iya, memang benar. Kita semua memang makhluk yang rapuh di hadapan-Nya. Dan bahkan kita juga seringkali berlaku sombong kepada Dia. Wow, sesungguhnya kita itu sungguh tak tahu malu. Sekali lagi saya ulangi ‘kita juga sering kali berlaku sombong kepada Dia.’ Sungguh memekikkan telinga ya kalimat itu. Hambar, Tidak ada unsur seni ataupun estetikanya sama sekali. 

Apakah kalian juga merasakan demikian seperti yang saya rasakan ini? Sebenarnya, Allah-lah yang sepatutnya sombong kepada kita, karena Dia MahaKuasa dan Maha segala-galanya. Dia, punya segala sesuatu yang pantas untuk di banggakan. Lalu kita? Apa yang bisa kita sombongkan di hadapan Allah? 
Lalu, dengan sedikit kata kuselidiki bukan rahasia ini
Berdiam, hanya bertutur dengan hati dan kesadaran

Saya tak sedang membicarakan perenungan yang berlimpah hayalan. Hanya saja, dalam hidup, kita membutuhkan sebuah daya gedor atau semangat yang akan digunakan sebagai tungku saat perjalanan hidup kita adalah seperti api. Yah, agar nyala api itu tak menjadi padam lalu semua unsur diatasnya tak selesai dimasak.

Dan adakalanya kita membutuhkan waktu untuk membahas semua kejadian, baik yang sudah kita jumpai maupun yang ada dalam gambaran hidup kita ini. Muhasabah, begitulah kegiatan ini biasa disebut. Ajang menilai diri sendiri, mengkoreksi kemudian ada upaya untuk menjadikan kehidupan ini menjadi lebih baik. Kekurangan diubah menjadi kekuatan dan kelebihan di pakai sebagai pemicu untuk semakin melejitkan diri ini. Bukan hanya dimata dunia saja, melainkan di hadapan akhirat kita juga harus berpredikat lebih.

 Muhasabah lahir dari keyakinan seseorang terhadap tujuan hidup penciptaan. Manusia yang mempunyai keyakinan di hatinya, tentunya akan menyadari bahwa ia diciptakan bukan untuk sebuah kesia-siaan belaka, melainkan mempunyai tujuan yang sangatlah jelas. Tujuan itu tak lain dan tak bukan adalah untuk mendapatkan kesuksesan dalam hidup ini. Baik itu kesuksesan di dunia maupun di akhirat.

  Hasan Al-Bashri bertutur; ”Seorang mukmin bertanggung jawab atas dirinya dengan selalu bermuhasabah karena Allah Swt.. Karena hisab (di akhirat) akan terasa ringan bagi orang yang senantiasa mengevaluasi dirinya di dunia. Sebaliknya, hisab akan terasa berat di hari kiamat bagi orang yang tidak mengevaluasi segala perbuatannya. Kemudian lebih lanjut beliau berkata; ”Seorang mukmin akan di kejutkan dengan sesuatu yang mengagumkannya, kemudian ia berkata ’Demi Allah sungguh Engkau telah membuatku kagum, dan sungguh Engkau termasuk kebutuhanku, akan tetapi jauh sekali penghalang antara diriku dan dirimu!”

Dan lagi, bahwa muhasabah bisa membuat kita tahu jalan hidup mana yang harusnya kita tempuh. Semacam proses perjuangan untuk memperoleh diri yang baru. Ia menjadikan kita menjadi semakin percaya diri dalam menapaki lika-liku hidup ini. Membuat kita tak selalu terbentur oleh rasa bingung terhadap diri sendiri. Ini sama halnya dengan fungsi kompas maupun peta.

0 Responses

Posting Komentar

terimakasih atas atensinya...

Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini