Merasakan Sensasi Wisata Malam di Museum BI

Peserta sedang mendapatkan penjelasan mengenai pintu brankas baja sebagai pintu masuk ruang Numismatik.

Ada sensasi berbeda ketika berkunjung ke museum pada malam hari. Ada sebuah tantangan tersendiri yang tentunya berbeda jika kita berkunjung pada siang hari.

Ini yang dilakukan sekitar 150 orang pada Sabtu (20/4) malam saat menggelar Night at Museum Bank Indonesia (MBI) di Jalan Pintu Besar Utara No. 3, Tamansari, Jakarta Barat. Pada acara yang digagas Museum Bank Indonesia bekerja sama dengan Komunitas Historia Indonesia (KHI), masyarakat diajak merasakan sensasi berbeda ketika berkunjung ke museum pada malam hari.

Selain mendapat tantangan dan pengalaman baru yang mengesankan, masyarakat juga mendapatkan edukasi tentang sejarah perbankan dan ekonomi Indonesia, baik dari pemutaran film mengenai sejarah berdirinya BI maupun dari guide atau pemandu yang menemani mereka berkeliling museum.

"Dulu museum ini merupakan sebuah rumah sakit Binnen Hospitaal,  kemudian digunakan menjadi sebuah bank yaitu De Javashe Bank (DJB) pada tahun 1828. Lalu setelah kemerdekaan yaitu pada tahun 1953, bank ini di-nasionalisasikan menjadi bank sentral Indonesia atau Bank Indonesia," kata seorang pemandu dari MBI.

Peserta sendiri terbagi dalam enam kelompok, dibimbing pemandu-pemandu dari MBI dan KHI. Lorong demi lorong yang menyajikan informasi perbankan dilalui. Terlebih, konsep ruangan yang dihadirkan MBI sangat menarik, mengusung konsep modern. Peserta pun tampak antusias. Tidak sedikit juga yang memanfaatkan moment itu dengan berfoto di sudut-sudut menarik museum.

Selesai menyusuri ruang sejarah perbankan, peserta dibimbing untuk melihat koleksi numismatik Museum BI. "Display numismatik MuseumBI itu berisi lebih dari 2.700 koleksi alat tukar dan pembiayaan dari tanah air maupun mancanegara. Uang-uang ini memiliki sejarah panjang di Indonesia," kata pemandu.

Tidak hanya itu. Sisi menarik lain dari jelajah museum malam di BI, peserta diajak untuk melihat ruang-ruang yang pada hari biasa tertutup untuk umum. Misalnya, di lantai satu dimana di sana terdapat penjelasan mengenai sejarah peredaran uang, koleksi mesin pencetak uang dan mesin sortir uang.

Perjalanan berdurasi satu jam itu berakhir di sebuah tanah lapang yang berada di area tengah bangunan museum. Di sana, peserta sudah disambut dengan panggung megah yang menyuguhkan aksi musik djadoel dari beberapa band. Di tempat itu pula, masyarakat bisa menikmati makanan-makanan tradisional Indonesia.

Jangan amnesia terhadap sejarah


Raut gembira tampak dari wajah peserta Night at Museum Bank Indonesia usai petualangan ke lorong-lorong museum. Mirna Nur utami (27), misalnya. Peserta asal Tangerang ini mengaku puas dengan acara yang diikutinya.

"Jelajah Museum di malam hari tuh ternyata lebih keren, loh. Suasananya bikin berasa berpetualang pake mesin waktu ke tempo dulu. Apalagi sempet diputerin film sejarah pembubaran BI di timor-timur. Kita jadi tau realnya karyawan BI  dalam aksi penyelamatan aset negara ketika pecah konflik di Timor-timur," katanya.

Mirna punya kesan mendalam saat dibawa pemandu ke ruang penyimpanan koleksi numismatik. Dia takjub melihat pintu baja brankas baja tebal yang hingga kini masih berfungsi. Kekagumannya juga tertuju kepada kekayaan mata uang RI, termasuk perjalanan sejarah penggunaannya. "Over all museum BI adalah museum yang paling maju dari sisi teknologi di antara museum-museum lainnya di Jakarta. Sehingga sejarah tidak lagi membosankan untuk dikenali dan dipelajari. Sebab, museum adalah fasilitator bagi kita untuk mengenal sejarah bangsa. Belajar sejarah langsung dengan datang ke peninggalan sejarahnya itu kan lebih ngena ketimbang kita mendengarkan guru sejarah bercerita di depan kelas. Karena generasi yang hebat adalah generasi yang tidak amnesia, yang tidak melupakan sejarah bangsanya."

Komentar serupa keluar dari Diana (27). Perempuan yang bekerja sebagai marketing di sebuah perusahaan pelayaran ini rela datang dari tempat tinggalnya di Meruya, Jakarta Barat untuk bisa menikmati sensasi berkunjung ke museum kala malam.

"Ini acara bagus. Selama ini kan cuma tau, itu Museum Bank Indonesia," kata Diana. "Yang paling berkesan, saat dibawa pemandu ke ruang yang menyajikan alat pencetak uang, dari mulai yang kuno tahun 1913 sampai yang modern. Dari situ aku ambil kesimpulan, keliatan otak manusia tuh berkembang, selalu ingin menciptakan hal yang baru."

Tetapi Diana mengeluhkan tentang cara penyampaian pemandu yang terkesan buru-buru. "Guide dari BI  cepet banget, jadi kayak dikejar-kejar. Emang sih waktu nya cuma bentar. Kalau boleh milih, aku maunya guide dari KHI aja. Gara-gara itu juga aku pengen pergi sendiri ke MBI, pengen lebih tau aja dan biar lebih puas."

Jauhkan persepsi mistis

Keberadaan tempat-tempat bersejarah, termasuk museum, kerap direkatkan dengan hal-hal berbau mistis. Terlebih dengan sempat adanya acara televisi yang meng-ekspos keangkeran sebuah bangunan bersejarah. Ini yang membuat pandangan masyarakat terhadap museumdipenuhi dengan hal berbau mistis ketimbang melihat pentingnya sejarah yang ternaman pada museum itu sendiri.

Hal ini juga salah satu alasan diadakannya wisata malam Museum BI. Penyelenggara ingin membuktikan kepada masyarakat, bahwamuseum itu tidak menakutkan, juga nyaman ketika dikunjungi pada malam hari.

"Kita igin membuktikan kepada televisi-televisi yang sering menayangkan mistik, bahwa museum itu tidak ada hantu. Museum itu menarik. Bahkan bisa dikemas dengan acara semenarik ini," tegas Asep Kambali, ketua Komunitas Historia Indonesia.

Selain itu, diselenggarakannya acara ini, melihat pentingnya masyarakat dalam mengenal dan tahu mengenai sejarah perbankan dan ekonomi Indonesia.

"Yang pasti pengetahuan tentang sejarah perbankan Indonesia itu sangat penting dan menarik. Karena maju mundurnya bangsa ini terletak dari bagaimana memahami sejarah perbankan dan ekonomi indonesia. Karena ekonomi memberikan peranan penting selain pendidikan," terang Asep.

Acara dikemas begitu menarik. Selain diajak untuk tahu perkembangan dunia perbankan dan ekonomi Indonesia serta melihat koleksi-koleksi di Museum Bank Indonesia, masyarakat juga disajikan berbagai rangkaian even lain seperti pertunjukan musik djadoel dan bazar kuliner djadoel. "Sesuatu yang berbeda, edukasi dan hiburan. Bagaimana mereka bisa berwisata, berkunjung museum dengan dijelaskan oleh pemandu. Juga ada hiburan musik dan makanan tempo dulu," kata Asep.

Asep mengatakan, demi memberikan edukasi sejarah kepada masyarakat, dia dengan beberapa museum lain akan terus menggelar kegiatan serupa. "Pendidikan sejarah belum menjadi populer. Kita cari formula posisi sejarah menjadi strategis dan populer. Untuk itu kita akan terus mengadakan kegiatan-kegiatan semacam ini," pungkasnya.

0 Responses

Posting Komentar

terimakasih atas atensinya...

Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini