Pagi itu awan berarak cerah ketika saya bersama rombongan Jelajah Budaya Djisamsoe memulai perjalanan berkeliling kotaTernate. Setelah sehari sebelumnya berkunjung ke perkebunan cengkeh tertua di dunia, Cengkeh Afo, di kawasan Air Tege-tege, kini rombongan akan menyusuri jejak kejayaan Kesultanan Ternate.
Selain rempahnya yang masyur ratusan abad silam, keberadaan Kesultanan Ternate menjadi cerita sejarah berharga. Sebab, kesultanan inilah yang bersentuhan langsung dengan bangsa-bangsa barat pencari ‘harta karun’ rempah. Menurut Sejarawan JJ Rizal yang turut dalam rombongan kami, Kesultanan Ternate juga memiliki peran penting di kawasan timur nusantara sejak abad XIII hingga abad XVII.
“Dulu pengaruh kesultanan ini sangat kuat. Di masa keemasannya, abad XVI, kekuasaan kesultanan membentang mulai dari seluruh wilayah di Maluku, Sulawesi Utara, kepulauan-kepulauan di Filipina selatan, hingga kepulauan Marshall di Pasifik.Ternate juga memiliki andil yang sangat besar dalam kebudayaan Nusantara bagian timur khususnya Sulawesi (utara dan pesisir timur) dan Maluku. Pengaruh itu mencakup agama, adat istiadat dan bahasa.” katanya, belum lama ini.
Yang tidak kalah penting, keberhasilan rakyat Ternate di bawah Sultan Baabullah dalam mengusir Portugis tahun 1575 merupakan kemenangan pertama pihak pribumi Nusantara atas infasi bangsa Barat, yakni Portugis. Kemenangan tersebut telah menunda penjajahan Barat di Nusantara selama 100 tahun sekaligus memperkokoh kedudukan Islam di Indonesia Timur.
Bentuk arsitektur keraton, jika dilihat dari depan, seperti seekor singa yang berpangku dengan dua kaki depannya dengan latar Gunung Gamalama yang tampak perkasa. bentuk keraton ini segi delapan dibangun tahun 1813 oleh seorang arsitektur asal China. Bangunannya sendiri mengusung gaya eropa, mewah. Jika kita berdiri di bagian selasar depan keraton, tampak hamparan laut jernih termasuk pulau Halmahera yang membentang dari utara ke selatan. Pulau-pulau kecil lain di sekitarnya juga menjadi lanscape yang menawan.
Di sisi kiri bangunan keraton, terdapat sebuah museum. Kata seorang abdi dalem setempat, nantinya koleksi-koleksi Kesultanan Ternate yang kini berada di dalam bangunan keraton, akan dipindahkan ke museum tersebut. Tetapi, sejauh ini, museum itut belum difungsikan karena belum sepenuhnya siap.
“Tujuannya biar wisatawan semakin mudah untuk melihat koleksi-koleksi keraton saat dipindahkan ke museum nantinya. Sedangkan keraton ini akan tetap digunakan sebagai istana dan tempat tinggal sultan beserta keluarganya,” katanya.
Mahkota Berambut
Di dalam keraton, banyak koleksi peninggalan penting Kesultanan Ternate yang bisa kita jumpai, mulai dari benda geologi, arkeologi, etnografi, sejarah, numismatik/heraldik, filologi, teknologi, seni rupa, hingga keramik. Di antaranya berbagai alat perabotan yang pernah digunakan pada kepemimpinan sultan-sultan Ternate terdahulu.
Ada pula koleksi senjata, pakaian kerajaan, naskah-naskah kuno seperti Alquran yang ditulis dengan tangan, Kelapa Kembar (Upeti dari Raja Sangir), singgasana kebesaran raja dan permaisuri, koleksi foto-foto raja Ternate dan tidak ketinggalan silsilah kepemimpinan Kesultanan Ternate sejak berdirinya kesultanan ini.
Koleksi yang paling menarik adalah keberadaan mahkota agung Sultan Ternate (Stampa) yang konon memiliki keajaiban luar biasa. Tidak ada referensi jelas sejak kapan mahkota itu ada, namun beberapa kalangan menyebut mahkota raja itu sudah ada sejak kepemimpinan raja Ternate pertama, Masyhur Malamo (1257). Dan hingga kepemimpinan sultan ke-48, Sri Sultan Mudaffar Syah II, mahkota itu tetap disimpan dengan baik oleh pihak keraton.
Menurut Bongky Maulana Ibrahim dari Ternate Herritage Society (THS), mahkota Sultan Ternate ini merupakan mahkota berambut yang dihiasi dengan 100 buah batu-batuan permata seperti mutiara, berlian, emas, perak, perunggu dan lain-lain. Kata Bongki, rambut pada mahkota ini tumbuh seperti halnya rambut manusia dan dipotong dalam sebuah prosesi sakral setiap Idul Adha.
“Mahkota itu memang tidak dipertontonkan secara umum seperti halnya koleksi lain di keraton ini. Tidak sembarangan orang bisa melihat apalagi menyentuh. Mahkota dikeluarkan tiap Idul Adha,” jelasnya.
Akses mudah
Bangunan Kedaton (Keraton) Sultan Ternate hingga kini masih berdiri tegak dan menjadi salah satu destinasi wisata menarik. Lokasinya berada di bukit Limau Santosa, Kampung Soa-Sio, Kelurahan Letter C, Kota Ternate, atau hanya sekitar 10 dari pusat kota. Luas arealnya, 44.560m2.
Lingkungan keraton yang dulunya bernama Kerajaan Gapi ini, dikelilingi oleh pagar dengan tinggi sekitar tiga meter, menghadap langsung ke laut sebelah timur. Untuk melihat sisa kejayaan Kesultanan Ternate ini, pengunjung tidak dipungut biaya.
Keraton Kesultanan Ternate juga mudah diakses. Dari Bandara Baabullah, keraton hanya berjarak 3,5 km dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Dari Pelabuhan Ahmad Yani jaraknya sekitar 1,5 km. sedangkan dari Terminal Gamalama jaraknya lebih dekat, sekitar 0,5 km. (fha).
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar
terimakasih atas atensinya...