Suhu Jakarta beberapa hari terakhir panas, mencapai 34 derajat celcius pada siang hingga sore hari. Debu-debu beterbangan di jalanan. Orang-orang malas keluar rumah jika benar-benar tidak ada keperluan.
Tetapi suasana berbeda tampak di Taman Spathodea, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Tempat yang juga disebut sebagai Taman Miring, pada Minggu (12/10) siang, sudah dipenuhi masyarakat untuk berekreasi atau sekadar menghabiskan waktu libur bersama para kerabat.
Kondisi taman yang sejuk, asri dan tertata rapih membuat taman ini tiba-tiba booming sejak beberapa bulan terakhir. Selain itu, bentuktaman yang indah, dengan kontur tanah yang miring, menjadi kelebihan lain di taman ini, yang tidak dimiliki taman-taman lain di Jakarta. Kontur tanah yang naik turun menyerupai lembah itu pula yang menjadi alasan Taman Spathodea juga disebut Taman Miring.
Masuk ke area taman, kita akan dituntun oleh jalanan cor blok menurun. Dari jalan itu kita sudah bisa menyaksikan hamparan tanaman Spathodea. Dari sana pula tampak sebuah jembatan putih yang membentang di atas sebuah danau kecil. Jembatan yang memiliki bentuk indah itu menjadi salah satu spot favorit pengunjung untuk berfoto ria.
Di beberapa area taman juga terdapat beberapa wahana bermain anak-anak, seperti ayunan dan plorotan. Ini yang membuat tempat itu tidak hanya dikunjungi kaum muda, namun pengunjung keluarga juga selalu memenuhi tempat itu. Bukan hanya di akhir pekan, kata Nunah (49), seorang pedagang warga setempat, setiap hari orang-orang datang ke taman untuk bersantai.
"Tapi memang paling banyak di akhir pekan, Sabtu dan Minggu," katanya.
Sepengamatan saya, kebersihan taman ini cukup terjaga. Selain ditempatkannya beberapa tempat sampah, beberapa petugas kebersihan terus berkeliling untuk membersihkan sampah sekecil apapun. Ini yang membuat pengunjung taman semakin nyaman untuk bersantai dan beraktifitas di lingkungan taman. Seperti misalnya Reka Kurniawan (16) yang sore itu berkumpul bersama lima rekannya di salah satu sudut taman. Ia terlihat santai dan menikmati suasana yang teduh, duduk di atas rerumputan hijau. Sore itu ia bersama rekan-rekannya dari Cilandak Timur, Jakarta Selatan mengaku hanya ingin menghabiskan waktu libur.
"Bosan main ke mal terus. Di sini lebih enak. Nyaman. Adem. Tenang," kata Reka yang sebelumnya asyik bersosial media dengan laptopnya.
Di sudut lain, muda-mudi romantis berduaan. Dengan pemandangan rerumputan hijau dan danau, sepertinya mereka memperbincangkan hal-hal menarik atau perbincangan yang semakin merekatkan hubungan hati mereka.
Di sekitar danau juga ramai. Anak-anak asyik memberi makan ikan yang ada di danau. Makanan ikan mereka beli dari pedagang di sana dengan harga cukup murah, satu kantong Rp2000.
Sedangkan di sekitar wahana permainan, anak-anak bermain riang. Banyaknya pengunjung keluarga membuat anak-anak harus antre untuk bisa menikmati wahana-wahana itu. Moment itu dimanfaatkan anak-anak untuk menemukan teman baru.
Wajah Muinah (35), sore itu berbinar melihati anaknya Malika Ramadani girang bermain ayunan. Sesekali ia mendekati anknya, bermaksud menjagai bocah empat tahun itu. Tapi sang anak menyuruh Muinah untuk duduk. Ia masih menikmati kebersamaan dengan teman-teman barunya.
"Saya dari siang di sini, menunggui anak saya bermain ayunan. Sudah saya ajak pulang, dia tidak mau," kata warga Jalan Durian, Jagakarsa.
Sementara itu, Minan (45), suami Muinah kerap tersenyum-senyum sendiri melihati kebahagiaan sang anak. Selagi menunggui sang anak, ia duduk bersama istrinya, berjarak sekitar 15 meter dari ayunan.
"Harusnya Pemerintah DKI Jakarta memperbanyak taman-taman seperti ini. Selain sehat karena banyak pohon, sebagian masyarakat Jakarta juga memerlukan wisata murah," katanya.
Ia pun mengapresiasi langkah Pemprov melalui Dinas Pertamanan dan Pemakaman membangun Taman Spathodea. "Sebelumnya di sini tempat sampah daan rawa. Sekarang jadi taman yang bagus dan bisa dimanfaatkan masyarakat," katanya.
Berubah image
Tetapi suasana berbeda tampak di Taman Spathodea, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Tempat yang juga disebut sebagai Taman Miring, pada Minggu (12/10) siang, sudah dipenuhi masyarakat untuk berekreasi atau sekadar menghabiskan waktu libur bersama para kerabat.
Kondisi taman yang sejuk, asri dan tertata rapih membuat taman ini tiba-tiba booming sejak beberapa bulan terakhir. Selain itu, bentuktaman yang indah, dengan kontur tanah yang miring, menjadi kelebihan lain di taman ini, yang tidak dimiliki taman-taman lain di Jakarta. Kontur tanah yang naik turun menyerupai lembah itu pula yang menjadi alasan Taman Spathodea juga disebut Taman Miring.
Masuk ke area taman, kita akan dituntun oleh jalanan cor blok menurun. Dari jalan itu kita sudah bisa menyaksikan hamparan tanaman Spathodea. Dari sana pula tampak sebuah jembatan putih yang membentang di atas sebuah danau kecil. Jembatan yang memiliki bentuk indah itu menjadi salah satu spot favorit pengunjung untuk berfoto ria.
Di beberapa area taman juga terdapat beberapa wahana bermain anak-anak, seperti ayunan dan plorotan. Ini yang membuat tempat itu tidak hanya dikunjungi kaum muda, namun pengunjung keluarga juga selalu memenuhi tempat itu. Bukan hanya di akhir pekan, kata Nunah (49), seorang pedagang warga setempat, setiap hari orang-orang datang ke taman untuk bersantai.
"Tapi memang paling banyak di akhir pekan, Sabtu dan Minggu," katanya.
Sepengamatan saya, kebersihan taman ini cukup terjaga. Selain ditempatkannya beberapa tempat sampah, beberapa petugas kebersihan terus berkeliling untuk membersihkan sampah sekecil apapun. Ini yang membuat pengunjung taman semakin nyaman untuk bersantai dan beraktifitas di lingkungan taman. Seperti misalnya Reka Kurniawan (16) yang sore itu berkumpul bersama lima rekannya di salah satu sudut taman. Ia terlihat santai dan menikmati suasana yang teduh, duduk di atas rerumputan hijau. Sore itu ia bersama rekan-rekannya dari Cilandak Timur, Jakarta Selatan mengaku hanya ingin menghabiskan waktu libur.
"Bosan main ke mal terus. Di sini lebih enak. Nyaman. Adem. Tenang," kata Reka yang sebelumnya asyik bersosial media dengan laptopnya.
Di sudut lain, muda-mudi romantis berduaan. Dengan pemandangan rerumputan hijau dan danau, sepertinya mereka memperbincangkan hal-hal menarik atau perbincangan yang semakin merekatkan hubungan hati mereka.
Di sekitar danau juga ramai. Anak-anak asyik memberi makan ikan yang ada di danau. Makanan ikan mereka beli dari pedagang di sana dengan harga cukup murah, satu kantong Rp2000.
Sedangkan di sekitar wahana permainan, anak-anak bermain riang. Banyaknya pengunjung keluarga membuat anak-anak harus antre untuk bisa menikmati wahana-wahana itu. Moment itu dimanfaatkan anak-anak untuk menemukan teman baru.
Wajah Muinah (35), sore itu berbinar melihati anaknya Malika Ramadani girang bermain ayunan. Sesekali ia mendekati anknya, bermaksud menjagai bocah empat tahun itu. Tapi sang anak menyuruh Muinah untuk duduk. Ia masih menikmati kebersamaan dengan teman-teman barunya.
"Saya dari siang di sini, menunggui anak saya bermain ayunan. Sudah saya ajak pulang, dia tidak mau," kata warga Jalan Durian, Jagakarsa.
Sementara itu, Minan (45), suami Muinah kerap tersenyum-senyum sendiri melihati kebahagiaan sang anak. Selagi menunggui sang anak, ia duduk bersama istrinya, berjarak sekitar 15 meter dari ayunan.
"Harusnya Pemerintah DKI Jakarta memperbanyak taman-taman seperti ini. Selain sehat karena banyak pohon, sebagian masyarakat Jakarta juga memerlukan wisata murah," katanya.
Ia pun mengapresiasi langkah Pemprov melalui Dinas Pertamanan dan Pemakaman membangun Taman Spathodea. "Sebelumnya di sini tempat sampah daan rawa. Sekarang jadi taman yang bagus dan bisa dimanfaatkan masyarakat," katanya.
Berubah image
Taman seluas 1,5 hektar itu terletak di RT 11, RT 13 di RW 05, Jalan Raya Kebagusan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sebelum menjaditaman yang lebih cantik, taman ini dulunya masih belum tertata dan kerap digunakan pengunjung untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji seperti untuk mesum, mabuk-mabukan dan tempat berkumpulnya anak-anak jalanan. Itu kenapa taman ini dikonotasikan sebagai TamanMiring selain karena kontur tanahnya yang memang miring.
Untuk itu, perubahan besar dilakukan untuk mengubah stigma itu. Kini, operasi taman dibatasi, dari 06.00- pukul 18.00. Selain itu, di areataman ditempatkan para sucurity yang senantiasa mengawasi perilaku pengunjung. Security tidak segan-segan menegur atau bahkan menangkap pengunjung yang berbuat asusila.
"Sejak diperketat alhamdulillah sudah tidak ada yang berbuat mesum," kata Fauzi, seorang security.
Selain itu, untuk menampung animo warga yang besar atas keberadaan taman tersebut, pemprov melakukan perluasan area taman, penambahan fasilitas, dan ornamen taman. Pantauan Warta Kota, di bagian belakang taman juga sedang dilakukan perluasan dan penataan.
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar
terimakasih atas atensinya...