Ninih sama pacarnya, eh sama saya ding :-P |
Suasana sebuah rumah kontrakan di pemukiman padat RT 13/07 Kelurahan Bendungan Hilir, Tanahabang, Jakarta Pusat malam itu ramai. Beberapa orang berkumpul di depan televisi. Semuanya tampak bungah ketika melihat salah satu rekan mereka, Turini, tampil di sebuah sitkom Pesbuker di sebuah televisi swasta. Satu sama lain mengungkapkan rasa tidak percayanya, Turinih atau karib disapa Ninih, perempuan seprofesi dengan mereka, penjual gethuk, mendadak jadi orang terkenal.
"Kami juga kaget Ninih jadi terkenal seperti ini. Banyak media massa datang bahkan sekarang dia sudah tampil di televisi. Penjual gethuk jadi artis mendadak," tutur Carkem (40), penghuni kontrakan sekaligus 'bos' Ninih kepada Warta Kota, Kamis (4/12) malam.
Sebagai kerabat dan tetangga Ninih dari Indramayu, para penghuni kontrakan yang berjumlah 20 orang itu merasa senang dengan apa yang dialami Ninih sekarang. Ninih sendiri, kata Carkem, datang ke Jakarta dan menjadi penjual gethuk sekitar enam bulan lalu.
"Sebelumnya kakaknya dia, Rina, sudah di sini sejak 10 tahun lalu, jualan gethuk dengan puluhan penghuni kontrakan ini. Lalu Ninih nyusul dan jualin gethuk saya. Di kontrakan ini dia tinggal sekamar dengan kakaknya. Biaya kontrakan sebulan Rp350.000," jelasnya.
Kontrakan milik Hajah Hasanah itu memang dihuni oleh orang-orang asal Indramayu. Selain berprofesi sebagai pembuat dan pedagang gethuk, adapula penghuni kontrakan yang berjualan pecel. Kondisi kontrakan, terbilang bersih dan rapi. Bangunan pun terbilang bagus, karena kontrakan itu masuk dalam program Kampung Deret yang dicanangkan Gubernur DKI saat itu, Joko Widodo, satu setengah tahun silam.
Selama berada di Jakarta, Ninih menjualkan gethuk yang dibuat Carkem. Bisa dibilang, Carkem di tempat itu bertindak sebagai bos. "Saya sudah 15 tahun jualan gethuk. Sekarang punya pegawai banyak, sekitar 20 orang, termasuk Ninih."
Produksi gethuk dilakukan setiap pukul 00.00 dan selesai beberapa jam kemudian. Pagi harinya, pukul 05.00, para pegawai Carkem mulai berangkat ke lokasi berjualan mereka masing-masing. Sementara, Ninih dan beberapa penjual gethuk lain mangkal di sekitar Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Di tempat mangkalnya itulah awal mula ketenaran Ninih. Gadis itu menjadi pembicaraan setelah seorang wartawan foto Dewi Nurcahyani memotret wajahnya dan diunggah ke dunia maya. Dewi yang sehari-hari selalu berolahraga di GOR Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan, tertarik membeli gethuk yang dijajakan Ninih. Terkesan dengan wajah Ninih yang menarik, ia pun mengungah foto Ninih ke dunia maya.
Beberapa stasiun televisi, sudah memboyong Teh Ninih ke studio untuk diwawancarai maupun syuting acara hiburan televisi. Dengan tata rias gemerlap Ninih menjelma menjadi selebritas, tak kalah dengan artis-artis
Mata purnama
Pukul 20.00. Suasana di luar rumah kontrakan mendadak riuh. Anak-anak berteriak, menyambut dua orang yang baru saja datang. Dia adalah Ninih dan kakaknya, Rina. Para tetangga lain ke luar rumah. Sebagian memberikan ucapan selamat kepada Ninih, sebagian lagi turut bangga. "Penjual gethuk masuk tivi (televisi). Ninih jadi artis sekarang," teriak seorang warga.
Ninih baru saja selesai syuting live sitkom di stasiun televisi swasta di bilangan Kuningan. Kelelahan tampak dari balik make up yang membaluri wajahnya. Ia datang dengan membawa bakul, alat yang ia pergunakan untuk berdagang. Meski lelah, Ninih tetap menyambut baik kedatangan Warta Kota di tempat tinggalnya. Sang kakak berlalu ke dalam kamarnya, di lantai dua rumah kontrakan itu. Sementara, Ninih, duduk berkumpul di depan televisi bersama beberapa warga kontrakan lain.
"Sebentar," kata dia ramah. Ia bergegas ke luar kontrakan. Beberapa saat kemudian ia kembali membawa sebotol air mineral. "Mas sudah makan? Saya pesankan makan ya?" tanyanya kepada Warta Kota.
Dia tersenyum, manis, ketika tawarannya ditolak secara halus. Kesan pertama yang didapat dari perempuan berparas cantik ini adalah keramahan. Setiap mengawali dan mengakhiri percakapan, dia senantiasa tersenyum.
"Ya beginilah. Beberapa hari terakhir banyak wartawan datang ke saya. Saya juga diminta mengisi beberapa acara di stasiun televisi. Lumayan capek juga," kata Ninih usai ditanya soal aktivitasnya setelah foto cantiknya jadi pembicaraan hangat para netizen.
Ninih sama sekali tidak pernah membayangkan apa yang ia alami saat ini. Ketenarannya berlangsung begitu saja, cepat, dan ia pun terkadang merasa moment ini adalah sebuah mimpi. "Anak desa, penjual gethuk, masuk televisi, dikejar-kejar wartawan. Seperti mimpi saja," kata Ninih, diikuti tawa teman-teman kontrakannya.
Dalam beberapa kesempatan perenungannya, ia masih sering bertanya kepada diri sendiri atau kepada Tuhan tentang apa yang terjadi. Dan ia pun menganggap ini sebagai takdir Tuhan. Sebuah alur dari skenario hidupnya.
"Senang? Tentu iya. Ninih hanya bisa bersyukur kepada Allah atas semua ini. Ini pasti sudah diatur sama Allah. Ninih coba jalanin saja. Hadapi saja," katanya.
Kecantikan Ninih adalah kecantikan natural. Wajahnya terlihat masih polos. Kelebihan lain, Ninih memiliki mata yang indah. Begitu juga hidung dan bibirnya. "Alhamdulillah kalau dibilang cantik," sambut Ninih. Padahal, Ninih mengaku sama sekali tidak pernah berdandan terlalu berlebihan. Ia jarang menggunakan kosmetik untuk memoles wajahnya. "Ya begini saja, nggak pernah dandan. Ini saja tadi baru tampil di televisi, dimake-up di sana."
Tidak bisa dipungkiri, kecantikan paras Ninih yang membuat dia jadi terkenal seperti sekarang ini. Tidak sedikit kaum pria yang memuji bahkan bersedia menjadi kekasihnya, yang mereka ucapkan terang-terangan di sosial media maupun dalam kolom komentar sejumlah media online yang memuat pemberitaan tentang kecantikan Ninih.
Padahal, Ninih sendiri sempat merasa minder, khususnya soal nasib asmaranya nanti. Ia bahkan tidak yakin ada pria yang mau menjadi kekasihnya, lantaran ia berjualan gethuk. "Tidak ada pacar. Mana ada lelaki yang mau sama gadis penjual gethuk di jalan seperti Ninih," kata Ninih malu-malu.
Tetapi Ninih yakin suatu saat akan mendapatkan pasangan yang mau menerimanya apa adanya.
Dokter dan TKI
Turinih lahir 26 Mei 1996. Usianya kini 18 tahun 6 bulan. Ia anak ketiga dari lima bersaudara. Ia menghabiskan masa kecil hingga dewasa di Desa Curug, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Ninih kecil berperilaku tomboy. Teman mainnya, lebih banyak anak laki-laki.
Sebagai seorang anak, tentu ia memiliki cita-cita. Kata Ninih, dulu dia ingin sekali ketika besar menjadi seorang dokter. Ia membayangkan akan bisa mengobati banyak orang. Selain itu, dari sisi materi, ia melihat seseorang yang berprofesi sebagai dokter hidup berkecukupan.
Tetapi keinginan itu segera pupus saat ia gagal melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi usai menamatkan pendidikan sekolah dasar. Kesulitan ekonomi jadi alasan Ninih harus menahan kecewa tak bisa masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ayah dan ibunya hanya bekerja sebagai buruh tani, dengan penghasilan yang hanya cukup untuk makan sehari-hari dengan menu sederhana.
"Sebenarnya waktu pengin sekali Ninih lanjutin ke SMP. Tapi orangtua tidak punya uang. Ya jadinya sekolahnya stop sampai SD saja," ujarnya. Ia menegaskan, di desanya memang banyak anak-anak yang putus sekolah lantaran keluarganya hidup dalam kondisi miskin.
Selama bertahun-tahun, semenjak lulus SD, Ninih hanya tinggal di rumah. Terkadang, ia turut membantu kedua orangtuanya menjadi buruh tani. Tetapi, ia mengaku lebih banyak menganggur. Kondisi itu tentu saja membuatnya bosan, apalagi ia prihatin dengan ekonomi keluarganya yang tidak kunjung membaik.
Ninih sempat dihadapkan pada kondisi sulit seiring ia tumbuh menjadi gadis dewasa. Ia ingin sekali mencari aktivitas sekaligus bekerja membantu keluarganya. Ia pun sempat mengutarakan niatnya untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Taiwan. Dan keinginannya itu, disetujui.
"Kayaknya seneng ngelihat orang-orang yang kerja pabrikan di Taiwan pada sukses, duitnya banyak. Saya kemudian mendaftar jadi TKI ke sana, bekerjanya nanti di pabrik, bukan jadi pembantu rumah tangga."
Cuek
Ninih paham, proses menjadi TKI tidak mudah. Bahkan, sudah lebih dari setengah tahun mendaftar, ia tidak kunjung dipanggil oleh perusahaan penyalur tenaga kerja. Sembari menunggu, ia pun meminta ijin kepada sang kakak, Rina, untuk ikut kerja di Jakarta. Hingga akhirnya ia menjadi penjual gethuk sampai sekarang ini.
"Sudah sekitar enam bulan lalu Ninih di Jakarta. Daripada di rumah nganggur saja. Ninih kerja kan juga bisa buat bantu keluarga di rumah."
Menjalani profesi itu, saben hari Ninih harus bangun pagi. Sebelum subuh, ia mempersiapkan getuk dan bahan lain kemudian menatanya ke dalam sebuah bakul. Tepat jam lima, ia mulai berangkat menyusuri gang kecil perumahan, bersama puluhan penjual gethuk lainnya. Sampai di jalan besar atau di depan rumah susun Bendungan Hilir, para penjual gethuk itu berpisah. Ninih, naik taksi bersama beberapa rekannya untuk menuju ke daerah Kuningan. Tujuan pertamanya, fly over depan Pasar Festival, Kuningan. Pukul 06.00, dagangan pun sudah dia gelar di atas fly over.
"Sehari paling bawa satu bakul. Per porsi gethuk, harganya Rp5000."
Jika sedang ramai, Ninih mampu mengantongi penghasilan kotor hingga Rp200.000 per hari. Tetapi kadang pendapatan di bawah Rp100.000 jika jualannya sepi. Dari hasil jualan, sebagian uangnya harus dia setorkan ke Carkem. "Kalau uang bersih yang saya terima rata-rata per hari Rp50.000 dari jam enam sampai jam sepuluh pagi. Kalau pulangnya Ninih naik angkutan umum."
Dari hasil jerih payahnya itu, Ninih rutin memberikan sebagian tabungan kepada orangtuanya di Indramayu. "Tiap sebulan sekali pulang, kasih uang ke orangtua. Saya cuma sisihin sedikit aja buat jajan sama buat pegangan," tutur Ninih.
Menjadi penjual gethuk, Ninih tak pernah punya rasa malu atau minder. Terpenting baginya, apa yang dia lakukan halal dan tidak merugikan orang lain. Apalagi, kini, profesinya menjadi penjual gethuk juga membawa keberuntungan baginya. Selain terkenal, rezeki Ninih juga bertambah dengan undangan-undangan mengisi acara di televisi.
Pusat perhatian
Banyak yang berubah sejak dirinya terkenal, kata Ninih. Salah satunya, berpengaruh kepada penjualan gethuknya. Sejak namanya santer dibicarakan di sosmed dan diliput media, banyak orang yang datang ke JPO depan Pasar Festival, tempat Ninih berjualan, hanya sekadar mengobati rasa penasaran terhadap penjual gethuk cantik itu.
"Banyak yang lewat sambil lihatin Ninih. Terus, mereka bisik-bisik, 'Oh ini yang namanya Ninih'. Ada juga yang nyemangatin Ninih. Yang pasti banyak orang lewat JPO itu yang lihatin Ninih."
Ninih gadis kampung yang belum banyak tersentuh kehidupan metropolitan, seperti yang dikatakan Carkem. Ia jarang bergaul dan jarang bepergian untuk main seperti halnya remaja yang lain.
"Perginya ya cuma jualan sama kalau beli singkong buat bahan gethuk. Selebihnya dia cuma di kontrakan saja. Jadi, dia nggak kenal siapa-siapa, apalagi punya pacar," kata Carkem.
Lalu apa tanggapan orangtua Ninih di kampung? "Mereka seneng, Ninih jadi terkenal, sampai masuk tivi jadi bintang tamu. Mereka cuma berpesan, nyuruh Ninih jaga diri, jangan sombong kalau sudah sukses," jawab Ninih, terharu.
Bagaimana kelanjutan kisah hidup Ninih, hanya Tuhan yang tahu. Ninih kini hanya berusaha mensyukuri apa yang terjadi sekarang. Akankah moment ini menjadi jembatan kesuksesan baginya? Ninih hanya berdoa yang terbaik. Berbekal wajah yang cantik dan kemampuan bernyanyi, Ninih berharap nasibnya berubah.
"Di kampung saya juga sering bantuin nyanyi kalau ada orang hajatan. Kemarin juga ada manajemen artis yang sudah memberikan tawaran, tapi memang hanya sebatas lisan. Ninih belum teken kontrak. Mudah-mudahan saja nanti yang terbaik buat Ninih," harapnya.
Apa harapan terbesar dalam hidup Ninih? "Sebagai anak, saya ingin membahagiakan orangtua. Saya pengin sekali naikin haji bapak dan ibu. Mudah-mudahan suatu saat nanti bisa tercapai saat Ninih diberikan rezeki lebih," ungkap Ninih.
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar
terimakasih atas atensinya...