Berburu Menu Tradisional di Dapuraya





Area foodcourt Dapuraya di Pasaraya Blok M, menyediakan aneka kuliner dari berbagai daerah dengan konsep penyajian yang unik, kental dengan nuansa kedaerahan. Manajemen menyulap area makan tersebut laiknya sebuah perkampungan tradisional.

Pada area makan, didesain begitu unik. Seperti misalnya meja dan kayu dengan warna-warna alami, sangkar burung yang dijadikan sebagai tutup lampu, payung dengan warna cerah sebagai ornamen pada langit-langit ruangan.

Pada tiap gerai, menampilkan desain yang berbeda-beda. Seperti gerai warung Dendeng Crispy Balado, misalnya, yang menggabungkan konsep industrial dengan etnik, dimana si pemilik memajang banyak patung ayam dari bahan keramik, lampu-lampu klasik yang digantung, untuk menunjang penampilan gerai.

"Kita sajikan masakan rumaahan dari Sumatera Barat tapi dengan nunsa cafe," kata Dery, pemilik Dendeng Crispy.

Selain itu, adanya replika pepohonan di area makan juga membuat suasana di Dapuraya menjadi berbeda.

"Seperti makan di taman, banyak pohonnya," kata Rinto (30), seorang pengunjung.

Pengunjung lain, Septiana (24) juga menganggap tempat itu asyik baik sebagai tempat makan maupun tempat nongkrong bersama para kerabat.

"Suasananya cozy, enak buat kumpul bareng temen. Pilihan makanannya juga banyak," katanya.



Dapuraya memiliki 110 tenant yang menempati area cukup luas. Pada tiap area, menampilkan desain dan keunikan yang berbeda-beda. Selain konsep tradisional, di bagian lain ditampilkan konsep yang lebih elegan. Lampion-lampion tertata rapi di sebuah bangunan yang mirip dengan rumah betawi.

Pada kunjungan Warta Kota, Kamis (2/10) siang, di tempat itu, bangku-bangku ramai oleh masyarakat yang sedang menikmati santap siang.

Eko Suryanto Supervisor Dapuraya mengatakan, pihaknya membagi Dapuraya menjadi dua area. Dapuraya 1 mengusung konsep Atmosfer indoor sedangkan Dapuraya 2 meskipun berada di dalam gedung, tema yang diusung adalah outdoor.

"Pengunjung bisa memilih dua area itu. Di Dapuraya 2 dengan tema outdoor, tampak dari replika pepohonan yang kita pasang di sana. Kursi dan meja juga seolah berada di jalanan. Mirip street cafe di Thailand," katanya.

Makanan tradisional

Dapuraya ingin tampil beda dengan foodcourt yang berada di mal-mal lain. Selain mengandalkan tempat yang nyaman, sajian menu tradisional juga menjadi cara bagi pengelola untuk menjaga pelanggan.

"Makanan lokal yang kita sajikan pun banyak yang branded, misalkan saja Dudung Roxy, Nasi Goreng Kebun Sirih dan makanan tradisional lain," kata Eko.

Beberapa jenis makanan tradisional lainnya adalah Raska Cirebon, Serabi Solo, Nasi Liwet Semarang, Nasi Jamblang, Nasi Lengko Cirebon, Angkringan dan sebagainya.

Tempat ini, pada week day, ramai dikunjungi oleh para profesional, baik pekerja kantoran atau pebisnis. Sedangkan pada akhir pekan, mayoritas pengunjung terdiri dari keluarga.

"Sejak dua tahu kita dirikan, masyarakat begitu antusias. Yang tadinya kami hanya punya Dapuraya 1, kemudian kami tambahkan area Dapuraya 2," jelas Eko.

Guna memancing pengunjung sekaligus sebagai ajang promosi, Dapuraya kerap membuat event. "Setiap bulan kita ada event tematik, mengangkat tema-tema makanan dari berbagai daerah secara bergantian," ujar Eko. (Fha)


Dapuraya


Lantai Lower Ground Pasaraya Blok M
Jl. Iskandarsyah II No. 2 Blok M, Kebayoran Baru  Jakarta Selatan

Jam Operasi: 10.00-22.00
Kapasitas: 800 sitting
Tenant: 110

Baca selanjutnya ..
Menu Tradisional Jadi Andalan di Cafe Sirih




Sepiring Nasi putih dan daging ayam jumbo sudah terjadi di atas meja, lengkap dengan lalapan dan dua jenis sambal. Ayam kampung dibaluri dengan bumbu yang padat. Warnanya begitu menarik sensasi. Penampiilan yang begitu menggugah selera.

Nama menu itu, Ayam Betutu, yang menjadi best seller di Kafe Sirih sejak beberapa bulan lalu. Yang spesial dari menu asal Bali itu, adalah dimasak dengan menggunakan belasan bumbu tradisional sehingga rasa makanan sangat khas namun pas di lidah, baik tamu lokal maupun orang asing yang menginap di Hotel Millennium Hotel Sirih Jakarta.

Nadya Frederica, Marketing Communications Manager Millennium Hotel Sirih Jakarta mengatakan, meskipun berada di hotel bintang empat, Kafe Sirih sengaja menghadirkan menu-menu unggulan khas Indonesia. Hal itu, lanjutnya, juga sebagai upaya pihaknya untuk mempromosikan makanan Indonesia kepada orang asing yang menginap di hotel.

"Dan orang-orang asing, seperti dari Belanda, Singapura, Jepang, ternyata banyak yang pengin ngerasain makanan asli dari kita, seperti nasi goreng, sup buntut dan makanan lokal lainnya. Ini sebagai upaya promosi makanan tradisional juga," katanya, belum lama ini.

Menurut Nadya, jumlah orang asing yang menginap di hotelnya cukup tinggi atau mencapai 30 persen dari kapasitas hotel 401 kamar. Tamu asing berasal dari berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Belanda, China, Jepang. "Mayoritas tamu asing datang ke sini untuk berwisata," sebut Nadya.

Dalam bulan-bulan tertentu, kafe ini juga mengeluarkan menu-menu tematik dari berbagai daerah di Indonesia. Seperti menu Ayam Betutu dari Bali yang saat ini menjadi best seller.

"Sebelumnya ada menu Iga Bakar yang juga jadi best seller selama empat bulan. Pernah juga menu Seafood Laksa ala Nusantara. Jadi, tiap dua bulan kita selalu ada menu tematik baru," jelasnya.

Tetapi, Kafe Sirih selain menyediakan menu tradisional juga menghadirkan makanan-makanan unggulan dari Asia dan Eropa. Ada Chinnee Food, makanan western seperti Pasta dan Pizza, menu Tapsilog asal Filipina, Beef Bulgogi dari korea, Pad Thai asal Thailand dan masih banyak lagi.

Sedangkan untuk menu minuman,
beberapa yang menjadi unggulan antara lain Anek coffe, Fresh Brewed Coffe, Decaffeinated, Eespresso, Cafe Late, Cappucino, Earl Grey Tea, English Breakfast Tea, Mint Tea, Jasmine Tea, Pu Erh Tea.

Bergaya etnik

Kafe sirih berada di ground floor, Hotel Millennium Sirih Jakarta atau tepatnya di sisi kanan meja resepsionis. Berada di hotel berbintang, kafe ini mengusung konsep yang unik yakni menggabungkan beberapa budaya tradisional Indonesia.

Yang paling kental terasa, adanya unsur Bali dan Jawa dengan patung-patung yang tersebar di beberapa sudut serta keberadaan tiang-tiang berukuran besar dengan dominasi warna coklat.

"Kami memang sengaja gabungkan antara kafe dan restoran. Di sini, selain bisa menikmati menu-menu berat, orang-orang juga bisa bersantai bersama rekan atau keluarga," kata Widya, Staff Marketing Communication Hotel Millennium Sirih Jakarta.

Kafe Sirih memiliki kapasitas 170 seat, buka nonstop selama 24 jam. Pada siang hari, tamu hotel dan pekerja kantoran di sekitar hotel menggunakan tempat itu untuk makan siang.

Pada sore hari, lebih banyak yang sekadar bersantai. Sedangkan pada malam hari, tamu-tamu dari mancanegara kerap berkumpul untuk dinner.

Yang tak kalah menarik, kafe itu memiliki kaca-kaca berukuran besar. Kaca itu menghadap ke arah jalan raya. Saat petang, kata Widya, banyak orang mengambil posisi duduk dekat dengan kaca itu.

"Mereka menikmati hidangan, atau sekadar minum kopi atau teh dengan pemandangan Jalan Kebonsirih," ungkapnya. (Fha)


Kafe Sirih

Ground Floor Hotel Millennium Sirih Jakarta, Jalan Fachrudin No3, Jakarta Pusat
Harga makanan: Rp30-200 ribu
Jam Operasi: 24 Jam
Menu Favorit: Ayam Betutu (Rp85.000), Sop Buntut (Rp90.000), nasi goreng istimewa, Mie Goreng Jawa (Rp75.000)

Baca selanjutnya ..
Tiga Hari Mengesankan di Shanghai


foto by Yuyuan-Garden-cdn.travel


Pemerintah China melakukan promosi besar-besaran untuk mendongkrak kunjungan wisata ke negara itu. Salah satu kota tujuan wisata di sana yakni Shanghai, sebuah kota indah yang menawarkan banyak destinasi. 

Kantor berita Chinadaily menyebut tiga hari menjadi waktu sangat masuk akal untuk sebuah perjalanan singkat ke Shanghai. Ini cocok bagi Anda yang memiliki keterbatasan waktu berlibur. Dalam rentang waktu tersebut, Anda dapat melihat gedung pencakar langit dan arsitekturkuno ala china. Untuk masalah kuliner, Anda juga bisa mencoba pangsit khas Shanghai atau minum di bar-bar mewah denganpemandangan sungai.

Lalu apa saja yang bisa dilakukan selama 3 hari berlibur ke Shanghai? Berikut informasi menarik yang diberikan oleh Chinadaily.
Hari pertama, Anda wajib melihat spot-spot menarik di pusat kota

Di pusat kota Shanghai, banyak pemandangan menarik yang bisa Anda dapatkan. Selain Anda bisa menyaksikan arsitektur dari abad terdahulu, sungai-sungai yang membentang di Shanghai rasanya mampu mengobati kejenuhan Anda atau jika Anda berlibur dengan pasangan, pasti suasananya bertambah romantis.
Selain itu, tempat yang wajib Anda kunjungi adalah Shanghai Museum Shanghai.  Di museum ini, Anda bisa menemukan puluhan patung lilin para tokoh terkenal, misalnya patung lilin Lee Min Ho, Angelina Jolie, George Clooney, Audrey Hepburn, Michael Jackson, David Beckham dan masih banyak lagi.
Di Museum Shanghai Museum, Anda juga bisa menikmati koleksi denda keramik Cina, kaligrafi dan perunggu. Jika Anda melewatiShanghai Grand Theatre, Anda juga akan melihat Shanghai Art Museum, sebuah bangunan tua yang cukup menawan.
Berjalan kea rah timur dari Nanjing Roadakan membawa Anda melalui salah satu jalan tersibuk di China. Tempat ini merupakan pusat Belanja di Shanghai.  Jika Anda terus melanjutkan perjalanan kea rah timur, Anda akan tiba di tepi Sungai Huangpu, yang dikenal sebagaiThe Bund. Ini adalah salah satu permata kota Shanghai.

Hari kedua, nikmati suasana di Taman Yuyuan
Tidak lengkap rasanya jika berkunjung ke Shanghai tidak mampir ke Taman Yuyuan. Ini adalah taman pribadi yang dibangun pada abad ke-16 yang sekarang menjadi tempat wisata yang menghadirkan pemandangan yang terkenal, terkenal dengan restoran tua, bar dan makanan ringan ala eropa. Sebuah restoran pangsit Nanxiang’ bahkan telah populer selama lebih dari satu abad.
Hari ketiga, berwisata di pinggiran kota

Perjalanan 50 menit 
dari Shanghai akan membawa Anda ke Zhujiajiao, sebuah kota pinggiran di sebelah barat Shanghai. Kerajinantradisional, makanan dan cara hidup masyarakat tradisional China bisa Anda temukan di siniDi tempat ini, Anda akan dibawa ole pemandunaik perahu melalui saluran air dan Anda akan melewati rumah-rumah adat dari abad tua.

Jika Anda lebih memilih untuk 
menikmati pemandangan alamAnda juga bisa berkunjung ke ke Chenshan Botanic Garden di Songjiang, di mana lanskap taman yang indah dan sekitar 9.000 spesies tanaman khas dipamerkan di sana

Baca selanjutnya ..
Merasakan Sensasi Wisata Malam di Museum BI

Peserta sedang mendapatkan penjelasan mengenai pintu brankas baja sebagai pintu masuk ruang Numismatik.

Ada sensasi berbeda ketika berkunjung ke museum pada malam hari. Ada sebuah tantangan tersendiri yang tentunya berbeda jika kita berkunjung pada siang hari.

Ini yang dilakukan sekitar 150 orang pada Sabtu (20/4) malam saat menggelar Night at Museum Bank Indonesia (MBI) di Jalan Pintu Besar Utara No. 3, Tamansari, Jakarta Barat. Pada acara yang digagas Museum Bank Indonesia bekerja sama dengan Komunitas Historia Indonesia (KHI), masyarakat diajak merasakan sensasi berbeda ketika berkunjung ke museum pada malam hari.

Selain mendapat tantangan dan pengalaman baru yang mengesankan, masyarakat juga mendapatkan edukasi tentang sejarah perbankan dan ekonomi Indonesia, baik dari pemutaran film mengenai sejarah berdirinya BI maupun dari guide atau pemandu yang menemani mereka berkeliling museum.

"Dulu museum ini merupakan sebuah rumah sakit Binnen Hospitaal,  kemudian digunakan menjadi sebuah bank yaitu De Javashe Bank (DJB) pada tahun 1828. Lalu setelah kemerdekaan yaitu pada tahun 1953, bank ini di-nasionalisasikan menjadi bank sentral Indonesia atau Bank Indonesia," kata seorang pemandu dari MBI.

Peserta sendiri terbagi dalam enam kelompok, dibimbing pemandu-pemandu dari MBI dan KHI. Lorong demi lorong yang menyajikan informasi perbankan dilalui. Terlebih, konsep ruangan yang dihadirkan MBI sangat menarik, mengusung konsep modern. Peserta pun tampak antusias. Tidak sedikit juga yang memanfaatkan moment itu dengan berfoto di sudut-sudut menarik museum.

Selesai menyusuri ruang sejarah perbankan, peserta dibimbing untuk melihat koleksi numismatik Museum BI. "Display numismatik MuseumBI itu berisi lebih dari 2.700 koleksi alat tukar dan pembiayaan dari tanah air maupun mancanegara. Uang-uang ini memiliki sejarah panjang di Indonesia," kata pemandu.

Tidak hanya itu. Sisi menarik lain dari jelajah museum malam di BI, peserta diajak untuk melihat ruang-ruang yang pada hari biasa tertutup untuk umum. Misalnya, di lantai satu dimana di sana terdapat penjelasan mengenai sejarah peredaran uang, koleksi mesin pencetak uang dan mesin sortir uang.

Perjalanan berdurasi satu jam itu berakhir di sebuah tanah lapang yang berada di area tengah bangunan museum. Di sana, peserta sudah disambut dengan panggung megah yang menyuguhkan aksi musik djadoel dari beberapa band. Di tempat itu pula, masyarakat bisa menikmati makanan-makanan tradisional Indonesia.

Jangan amnesia terhadap sejarah


Raut gembira tampak dari wajah peserta Night at Museum Bank Indonesia usai petualangan ke lorong-lorong museum. Mirna Nur utami (27), misalnya. Peserta asal Tangerang ini mengaku puas dengan acara yang diikutinya.

"Jelajah Museum di malam hari tuh ternyata lebih keren, loh. Suasananya bikin berasa berpetualang pake mesin waktu ke tempo dulu. Apalagi sempet diputerin film sejarah pembubaran BI di timor-timur. Kita jadi tau realnya karyawan BI  dalam aksi penyelamatan aset negara ketika pecah konflik di Timor-timur," katanya.

Mirna punya kesan mendalam saat dibawa pemandu ke ruang penyimpanan koleksi numismatik. Dia takjub melihat pintu baja brankas baja tebal yang hingga kini masih berfungsi. Kekagumannya juga tertuju kepada kekayaan mata uang RI, termasuk perjalanan sejarah penggunaannya. "Over all museum BI adalah museum yang paling maju dari sisi teknologi di antara museum-museum lainnya di Jakarta. Sehingga sejarah tidak lagi membosankan untuk dikenali dan dipelajari. Sebab, museum adalah fasilitator bagi kita untuk mengenal sejarah bangsa. Belajar sejarah langsung dengan datang ke peninggalan sejarahnya itu kan lebih ngena ketimbang kita mendengarkan guru sejarah bercerita di depan kelas. Karena generasi yang hebat adalah generasi yang tidak amnesia, yang tidak melupakan sejarah bangsanya."

Komentar serupa keluar dari Diana (27). Perempuan yang bekerja sebagai marketing di sebuah perusahaan pelayaran ini rela datang dari tempat tinggalnya di Meruya, Jakarta Barat untuk bisa menikmati sensasi berkunjung ke museum kala malam.

"Ini acara bagus. Selama ini kan cuma tau, itu Museum Bank Indonesia," kata Diana. "Yang paling berkesan, saat dibawa pemandu ke ruang yang menyajikan alat pencetak uang, dari mulai yang kuno tahun 1913 sampai yang modern. Dari situ aku ambil kesimpulan, keliatan otak manusia tuh berkembang, selalu ingin menciptakan hal yang baru."

Tetapi Diana mengeluhkan tentang cara penyampaian pemandu yang terkesan buru-buru. "Guide dari BI  cepet banget, jadi kayak dikejar-kejar. Emang sih waktu nya cuma bentar. Kalau boleh milih, aku maunya guide dari KHI aja. Gara-gara itu juga aku pengen pergi sendiri ke MBI, pengen lebih tau aja dan biar lebih puas."

Jauhkan persepsi mistis

Keberadaan tempat-tempat bersejarah, termasuk museum, kerap direkatkan dengan hal-hal berbau mistis. Terlebih dengan sempat adanya acara televisi yang meng-ekspos keangkeran sebuah bangunan bersejarah. Ini yang membuat pandangan masyarakat terhadap museumdipenuhi dengan hal berbau mistis ketimbang melihat pentingnya sejarah yang ternaman pada museum itu sendiri.

Hal ini juga salah satu alasan diadakannya wisata malam Museum BI. Penyelenggara ingin membuktikan kepada masyarakat, bahwamuseum itu tidak menakutkan, juga nyaman ketika dikunjungi pada malam hari.

"Kita igin membuktikan kepada televisi-televisi yang sering menayangkan mistik, bahwa museum itu tidak ada hantu. Museum itu menarik. Bahkan bisa dikemas dengan acara semenarik ini," tegas Asep Kambali, ketua Komunitas Historia Indonesia.

Selain itu, diselenggarakannya acara ini, melihat pentingnya masyarakat dalam mengenal dan tahu mengenai sejarah perbankan dan ekonomi Indonesia.

"Yang pasti pengetahuan tentang sejarah perbankan Indonesia itu sangat penting dan menarik. Karena maju mundurnya bangsa ini terletak dari bagaimana memahami sejarah perbankan dan ekonomi indonesia. Karena ekonomi memberikan peranan penting selain pendidikan," terang Asep.

Acara dikemas begitu menarik. Selain diajak untuk tahu perkembangan dunia perbankan dan ekonomi Indonesia serta melihat koleksi-koleksi di Museum Bank Indonesia, masyarakat juga disajikan berbagai rangkaian even lain seperti pertunjukan musik djadoel dan bazar kuliner djadoel. "Sesuatu yang berbeda, edukasi dan hiburan. Bagaimana mereka bisa berwisata, berkunjung museum dengan dijelaskan oleh pemandu. Juga ada hiburan musik dan makanan tempo dulu," kata Asep.

Asep mengatakan, demi memberikan edukasi sejarah kepada masyarakat, dia dengan beberapa museum lain akan terus menggelar kegiatan serupa. "Pendidikan sejarah belum menjadi populer. Kita cari formula posisi sejarah menjadi strategis dan populer. Untuk itu kita akan terus mengadakan kegiatan-kegiatan semacam ini," pungkasnya.

Baca selanjutnya ..
Tredici Cafe Berikan Sensasi di Villa Italia





Apa yang membuat orang betah dan ingin selalu kembali ke cafe yang pernah ia datangi? Selain menyajikan menu makanan yang lezat, kenyamanan atau keunikan tempat tentu menjadi alasan lain. Ini pula yang diberikan di Tredici Cafe di bilangan Blok S, Jakarta Selatan. Cafe yang baru dibuka pada September 2014 ini hadir dengan nuansa berbeda.

Masuk ke dalam restoran, lantunan musik-musik latin terdengar begitu romantis. Ditambah lagi dengan pemandangan yang ada di dalam ruangan. Aneka rempah-rempah diletakkan persis di depan pintu masuk. Beberapa hiasan peralatan dapur digantung berjejer dengan lukisan dan gambar-gambar, pada dinding bagian depan.

Pada bagian depan, desain interior yang diusung cafe ini cukup unik, memadukan unsur kayu dan kaca di setiap bagiannya. Sedangkan warna coklat cukup mendominasi area cafe, menimbulkan kesan soft dan menambah nuansa cozy.

Pada area dinning bagian tengah, menarik. Di lokasi itu, pengunjung bisa menikmati santapan berhadapan langsung dengan area kitchen. Area kitchen sendiri telah didesain sedemikian rupa, dengan gaya yang tidak kalah unik.

Area garden di bagian belakang didesain untuk pengunjung perokok. Berbeda dengan desain di area yang lain, pada  area smooking ini warna hijau tampak mendominasi, sesuai konsepnya, garden.

Bagi yang ingin mendapatkan suasana privasi, Tredici menyedikan ruang VIP atau private room. Berada di ruangan ini, terasa sekali suasana seperti di rumah sendiri.

"Kita ada tempat area dinning. Secara keseluruhan, tema yang kita mengangkat konsep Italian Villa," kata Stella Olivia Joharno selaku Manager Marketing Communications Tredici, Selasa (6/10).

Ya, Tredici merupakan restoran yang mengusung konsep Italia. Hampir semua menu yang disajikan juga mengusung citarasa Italia. Kata Stella, pihaknya ingin memberikan pengalaman berbeda kepada masyarakat pecinta makanan Italia, dimana tidak hanya menyediakan menu khas Italia, namun penyajian tempat pun dibuat seolah-olah pengunjung sedang berada di restoran di Italia.



Yang tidak kalah menarik, menu-menu seperti Pizza, Pasta, Salmon, Steak diracik langsung oleh cheef asal Italia. Namanya Cheef Mario. Cara memasaknya pun tidak menggunakan oven, melainkan menggunakan tungku yang dinamakan wood bread oven, agar mendapatkan rasa masakan yang otentik.

Pasta Tagliatelle Con Polpette menjadi salah satu makanan best seller di Tredici. Pasta ini memiliki rasa yang khas, menggunakan jenis mie yang lebih tebal serta campuran meatballs daging sapi yang super lezat. Taburan keju dan tomat juga membuat sajian menu ini lebih menggugah selera. Untuk menikmati sajian lezat ini, pengunjung hanya perlu merogoh kocek Rp75 ribu.

Makanan unggulan lainnya adalah Pizza Capricciosa. Menu seharga Rp92 ribu ini selain memiliki tampilan menarik juga rasa yang lezat.

"Sebagai restoran Italia, kami ingin menghadirkan menu-menu otentik dengan kualitas yang terjaga," katanya.

Tredici, selain menyuguhkan menu-menu favorit juga nyaman sebagai tempat nongkrong. Beberapa menu minuman bisa menjadi teman bagi Anda untuk menghabiskan waktu. Misalnya aneka jus seperti Isabella yang merupakan campuran dari apel hijau, watermelon dan Strawberry. Kemudian ada Carina, Gianna, Alessandra dan Liliana. Atau, cobalah minuman dengan tema Italian Sodas seperti Blueberry, Lemon, Mango, Lavender Violet dan sebagainya.

Sambil nongkrong menghabiskan waktu bersama para kerabat, Anda bisa mencoba menu kopi andalan di Tredici seperti black coffe, cappucino, single espresso, coffe late, vanila late, caramel late dan sebagainya. Untuk harga, cukup terjangkau. Aneka kopi dengan aroma sedap ini ditawarkan Rp26 ribu hingga Rp38 ribu.




13 Monkey's.


Di lantai dua restoran Tredici, terdapat sebuah bar dengan konsep dan nama unik, 13 Monkey's. Kata Gabe Budiman selaku Operational Manajer Tredici, bar tersebut didesain sebagai tempat bersantai masyarakat yang membutuhkan kenyamanan.

"Kita sebut ini sebagai coctail bar. Tempatnya memang sengaja kita bikin santai, karena ini memang buat have fun para profesional setelah mereka beraktifitas," katanya.

Selain kursi-kursi tinggi yang mengelilingi area bar, beberapa sofa di sudut lain juga bisa menjadi pilihan pengunjung menikmati santai sambil berhadapan langsung dengan lukisan-lukisan monyet yang ada pada dinding.

Bar ini memiliki jam operasi berbeda dengan restoran Tredici. "Sama restoran di bawah, jelas beda konsepnya. Untuk jam operasi, kita buka pukul 17.00-23.00 pada week day dan 17.00-02.00 pada week end," jelasnya. (Fha)

Tredici
Jalan Suryo No42 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Telepon: 021 7204567
Jumlah seat: 80
Jam buka: 10.00-22.00 (Senin-Kamis) 10.00-23.00 (Jumat-minggu).
Makanan unggulan: Linguine Alla Ligure, Pasta Tagliatelle Con Polpette

Baca selanjutnya ..
Lejitkan Nasionalisme Dengan Berkunjung ke Museum Sumpah Pemuda


feryanto hadi


Belum lama ini, berkesempatan mengunjungi sebuah museum yang menyimpan banyak cerita sejarah, sebagai tonggak kebangkitan semangat nasionalisme para pemuda Indonesia di era 1920an, yakni Museum Sumpah Pemuda yang terletak di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat.

Museum Sumpah Pemuda adalah museum khusus sejarah yang berada dibawah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Museum ini merupakan satu-satunya museum yang mengumpulkan dan menyajikan berbagai aspek yang berhubungan dengan sejarah sumpah pemuda.

Berkunjung ke tempat ini, dijamin nasionalisme kita sebagai pemuda akan melejit. Pasalnya, di tempat ini kita akan disajikan beragam catatan sejarah para pemuda Indonesia yang dengan kekompakan dan susah payah menyusun berbagai strategi dalam rangka memperoleh kemerdekaan Indonesia kala itu.

Dari data yang kami peroleh, Museum Sumpah Pemuda pada awalnya adalah rumah tinggal milik Sie Kong Liang. Gedung didirikan pada permulaan abad ke-20. Sejak 1908 Gedung Kramat disewa pelajar Stovia (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) dan RS (Rechtsschool) sebagai tempat tinggal dan belajar. Saat itu dikenal dengan nama Commensalen Huis

Mahasiswa yang pernah tinggal adalah Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Soerjadi (Surabaya), Soerjadi (Jakarta), Assaat, Abu Hanifah, Abas, Hidajat, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana.

Berbagai macam koleksi juga bisa kita temui di museum yang diresmikan pada 1973 ini, diantaranya adalah biola milik W.R Supratman, lantai keramik yang masih asli dan buku-buku terbitan museum. Selain itu, di sini, banyak dijelaskan mengenai berbagai gerakan pemuda yang terbentuk baik sebelum maupun sesudah kongres pemuda pada 1928. Yang tak kalah penting, datang ke Museum Sumpah Pemuda, kita akan diingatkan dengan peristiwa kongres pemuda yang kemudian menghasilkan sumpah pemuda. Diorama rapat kongres pemuda II yang ada di ruangan bagian tengah bangunan museum, seolah membuat kita sedang berada di antara mereka, menyatu dalam satu kecintaan terhadap tanah air Indonesia.


Sejarah 

Bangunan yang kini bernama Museum Sumpah Pemuda, memiliki perjalanan sejarah yang cukup panjang.  Gedung didirikan pada permulaan abad ke-20. Berawal dari tumbuhnya sekolah-sekolah pada awal abd ke-20, di Jakarta tumbuh pula pondok pelajar untuk menampung mereka yang tidak tertampung di asrama sekolah atau bagi mereka yang ingin hidup lebih bebas di luas asrama yang ketat. Selain satu diantara pondokan pelajar di Jakarta adalah gedung Kramat 106.

Berdasarkan catatan sejarah, Museum Sumpah Pemuda pada awalnya adalah rumah tinggal milik Sie Kong Liang. Sejak 1908 Gedung Kramat disewa pelajar Stovia (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) dan RS (Rechtsschool) sebagai tempat tinggal dan belajar. Saat itu dikenal dengan nama Commensalen Huis

Dari keterangan yang saya peroleh, beberapa pemuda dan mahasiswa yang pernah tinggal adalah Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Soerjadi (Surabaya), Soerjadi (Jakarta), Assaat, Abu Hanifah, Abas, Hidajat, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana.

Selain  menjadi tempat tinggal, gedung ini juga digunakan sebagai tempat latihan kesenian ‘Langen Siswo’ dan kerap pula digunakan untuk diskusi politik beberapa tokoh pemuda masa itu. Sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106 digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda untuk melakukan kegiatan pergerakan. Bung Karno dan tokoh-tokoh Algemeene Studie Club Bandung sering hadir di Gedung Kramat 106 untuk membicarakan format perjuangan dengan para penghuni Gedung Kramat 106. 

Di gedung ini, juga pernah diselenggarakan kongres Sekar Roekoen, Pemuda Indonesia, PPPI. Gedung ini juga menjadi sekretariat PPPI dan sekretariat majalah Indonesia Raja yang dikeluarkan PPPI. Mengingat digunakan berbagai organisasi, maka sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106 yang semula bernama Langen Siswo diberi nama Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw (gedung pertemuan).

Pada 15 Agustus 1928, di gedung ini diputuskan akan diselenggarakan Kongres Pemuda Kedua pada Oktober 1928. Soegondo Djojopuspito, ketua PPPI, terpilih sebagai ketua kongres. Kalau pada Kongres Pemuda Pertama telah berhasil diselesaikan perbedaan-perbedaan sempit berdasarkan kedaerahan dan tercipta persatuan bangsa Indonesia, Kongres Pemuda Kedua diharapkan akan menghasilkan keputusan yang lebih maju. Di gedung ini memang dihasilkan keputusan yang lebih maju, yang kemudian dikenal sebagai sumpah pemuda.

Setelah peristiwa Sumpah Pemuda banyak penghuninya yang meninggalkan gedung Indonesische Clubgebouw karena sudah lulus belajar. Setelah para pelajar tidak melanjutkan sewanya pada tahun 1934, gedung kemudian disewakan kepada Pang Tjem Jam selama tahun 1934 - 1937. Pang Tjem Jam menggunakan gedung itu sebagai rumah tinggal.

Kemudian pada tahun 1937 - 1951 gedung mempunyai arti penting bagi bangsa Indonesia ini disewa Loh Jing Tjoe yang menggunakannya sebagai toko bunga (1937-1948). Dari tahun 1948 – 1951,  gedung berubah fungsi menjadi Hotel Hersia. Pada tahun 1951 - 1970, Gedung Kramat 106 disewa Inspektorat Bea dan Cukai untuk perkantoran dan penampungan karyawannya. 

Baru pada tanggal 3 April 1973, Gedung Kramat 106 dipugar Pemda DKI Jakarta. Pemugaran selesai 20 Mei 1973. Gedung Kramat 106 kemudian dijadikan museum dengan nama Gedung Sumpah Pemuda. Semenjak tahun 2000, Museum Sumpah Pemuda dikelola Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Demikianlah sejarah penggunaan gedung yang menyimpan ribuan arti penting untuk bangsa Indonesia. Di tempat inilah, para pemuda Indonesia berkumpul, menyatukan tekad dan semangat, untuk meraih kemerdekaan Indonesia

Tertarik berkunjung ke museum ini? Bagaimana cara mencapainya? Banyak transportasi yang bisa Anda gunakan untuk sampai di MuseumSumpah Pemuda yang lokasinya sangat strategis, di tepi jalan Kramat Raya. Selain menggunakan kendaraan pribadi, Anda juga bisa menggunakan akses angkutan umum. Dari arah Kampung Melayu, Anda bisa naik Berbagai bus angkutan kota, metromini dan angkot dengan tujuan terminal Senen., turun di halte bus Rivoli atau sebelum Fly Over senen. Nah, Museum Sumpah Pemuda letaknya tak jauh dari sana.

Alamat: Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat.
Jam kunjung: Selasa–Jumat: pukul 08.00 – 16.00 WIB
Sabtu-Minggu: pukul 08.00 – 14.00 WIB
Senin/hari libur nasional: tutup.
Tiket: Dewasa             : Rp. 2.000
Rombongan Dewasa   :Rp. 1.000
Anak-anak                   : Rp. 1.000
Rombongan anak-anak: Rp. 500
Turis Asing                  : Rp. 10.000

Baca selanjutnya ..
Menengok Perkembangan Komunikasi dan Informasi di Museum Penerangan



Berkunjung ke museum sudah pasti akan menambah wawasan kita, yang berimbas kepada bertambahnya kecintaan kita terhadap bangsa Indonesia. Salah satu museum yang patut Anda kunjungi, adalah Museum  Penerangan yang berada di Komplek Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Pondok Gede, Jakarta Timur. Seperti namanya, di museum ini kita akan mendapatkan informasi lengkap mengenai sejarah penerangan di Indonesia.

Museum yang berada di bawah naungan Depkominfo (Departemen Komunikasi dan Informatika ) ini yang menempati areal seluas 10.850 m2 dengan luas bangunan 3.980 m2 dan diresmikan pada tanggal 22 April 1993. Bermula dari inisiatif  Dr. Wahidin Soedirohoesodo dan kawan-kawan yang mendirikan surat kabar “Retno Doemilah” di Tanah Jawa pada 1898. Surat kabar ini merupakan surat kabar pertama kaum pribumi. Selanjutnya,  pada tahun 1908 Dr.Soetomo dan kawan-kawan mendirikan gerakan “Boedi Oetomo” yang dikenal sebagai awal Kebangkitan Nasional. Pergerakan Boedi Oetomo ini dijadikan sebagai titik tolak operasional penerangan melalui media tatap muka.

Berdasarkan koleksi yang disajikan serta cerita-cerita sejarah penerangan yang tersaji, keberadaan Museum Penerangan di Taman Mini Indonesia Indah setidaknya mampu memberikan gambaran tentang kehidupan dan negara Indonesia melalui sejarah perjuangan penerangan di Indonesia.

Bangunan
 museum ini memiliki tiga lantai, berbentuk bintang bersudut lima yang mengandung arti, yakni selain melambangkan dasar negara dan ideologi bangsa, Pancasila, juga melambangkan lima unsur media penerangan, yakni penerangan tradisional, radio, televisi dan pers yang juga dilambangkan oleh lima patung yang mengelilingi tugu 'Api Nan Tak Kunjung Padam' yang berada di area halaman museum.

Di atas pintu lantai satu, terdapat tulisan 'Dahana Ambuka Wiwaraning Bumi' yang artinya api atau sinar yang membuka kegelapan dunia, bermakna penerangan yang berperan dalam mencerdaskan bangsa. Selain itu juga memiliki arti 1993 yakni tahun diresmikannya
 MuseumPenerangan.

Silinder di atap bangunan, melambangkan kentongan yang merupakan sarana tradisional, menyangga kerucut yang melambangkan antena, yang merupakan sarana modern. Ini mengandung arti bahwa sarana tradisional digunakan bersama-sama dengan saana modern saling mengisi.

Saat ini,
 Museum Penerangan memiliki koleksi sejumlah 431 buah. Berbagai macam koleksi tersebut berupa surat kabar, foto, miniatur, diorama, maket dan patung tokoh perfilman dan pers yang dilengkapi dengan audio player dengan sistem koin. Selain itu, MuseumPenerangan memiliki perpustakaan yang saat ini jumlahnya mencapai 1633 buku.

Berbagai upaya telah dilakukan pihak manajemen museum untuk meningkatkan pelayanan kepada para pengunjung dalam hal memberikan informasi tentang dunia broadcase. Diantaranya terlihat dengan adanya fasilitas studio audio dan video. Fasilitas ini sebagai media pembelajaran dan sumber informasi ilmu sesuai dengan kemajuan perkembangan zaman yang kaya dengan informasi dan teknologi pengetahuan sehingga bisa bermanfaat bagi para pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum yang berkunjung ke Museum Penerangan. Selain itu, media center yang ada di lantai satu, bisa digunakan oleh para pengunjung mengakses internet secara gratis.

Di museum ini, juga terdapat relief sepanjang 100 meter dengan lebar 1,5 meter. Relief ini berisi mengenai cerita tentang para setan yang mengganggu Adam dan Hawa. Cerita tersebut, mengawali sejarah komunitas sosial dan sejarah penerangan bagi bangsa Indonesia yang terbagi dalam lima periode.

Selain relief, di lantai dua juga terdapat sebanyak tujuh diorama yang dilengkapi dengan sensor  sinar yang akan langsung bersuara menceritakan diorama tersebut apabila terkena bayangan pengunjung. Diorama tersebut menggambarkan tentang kegiatan penerangan dalam membangkitkan nasionalisme , menyatukan bangsa dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan.
Sedangkan di lantai tiga museum ini, terdapat sebuah studio mini televisi, radio dan juga film. Studio tersebut pernah digunakan oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan Radio Republik Indonesia (RRI) untuk menyiarkan informasi kepada masyarakat.

Media Penerangan Tradisional

Pernahkah kita mengingat atau sekadar membayangkan bagaimana caranya para tokoh atau pemuka jaman dulu menyebarkan informasi atau pencerahan kepada masyarakat luas? Tentunya kondisi dulu tidak sama dengan kondisi sekarang dimana teknologi sudah maju. 

Ternyata, banyak cara yang dilakukan untuk memberikan penerangan,  menyebarkan informasi atau saat memberikan pengumuman kepada masyarakat, salah satu caranya adalah dengan menggunakan media tradisional seperti kentongan, dengan media wayang, dan sebagainya.

Seperti diketahui, masyarakat majemuk Indonesia yang terdiri dari beragam suku memiliki alat komunikasi tradisional dengan ciri khas masing-masing. Selain dengan kentongan atau wayang, ‘Mangkok Merah’ digunakan oleh Suku Dayak untuk menyebarkan informasi apabila sukunya berada dalam bahaya. Adapula ‘Tois’, terompet kulit karang ini digunakan sebagai alat komunikasi di Nusa Tenggara Timur.

Di lantai satu Museum Penerangan, kita bisa menyaksikan beragam alat-alat penerangan tradisional. Ada dua kentongan yang unik, yakni yang dinamai kentongan hijau. Kentongan ini dibuat oleh  mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kentongan ini bentuknya sangat unik, kental dengan nuansa seni, maka maklum jika kentongan ini menjadi koleksi Museum Penerangan. Selanjutnya, ada juga kentongan yang tak kalah unik, yakni kentongan berukir dari Kabupaten Wonogiri. Ditengok sepintas, orang mungkin tidak sadar bahwa ini sebuah kentongan, karena bentuk kentongan ini sangat indah. Ukiran menyelimuti seluruh badannya.

Di tempat asalnya, khususnya di daerah Jawa, kentongan digunakan sebagai media menyampaikan informasi kepada masyarakat. Bisa berupa panggilan untuk berkumpul, penanda sebuah bahaya, penada kematian dan untuk memberitahukan informasi yang lain.

Biasanya, masyarakat sudah bisa tahu informasi apa yang disampaikan oleh kentongan itu, dengan menghitung berapa kali kentongan itu dipukul. Misalnya, jumlah pukulan berirama sebanyak tujuh kali, menandakan adanya kematian di kampung tersebut atau kentongan yang dipukul secara cepat dan berulang menandakan adanya bahaya, baik kebakaran maupun ada maling (pencuri). Bisa juga digunakan sebagai penanda waktu, dilakukan oleh para peronda atau kentongan yang kerap digunakan penduduk untuk membangunkan masyarakat untuk bangun sahur, di bulan ramadhan. Hingga kini, di beberapa daerah kentongan juga masih berlaku, meski sudah ada pengeras suara. 

Nah, informasi ini mungkin bisa bermanfaat bagi Anda, atau sekadar membawa Anda pada kenangan masa lampau, dimana budaya kentongan masih sangat karib dengan kehidupan masyarakat, dari dulu hingga sekarang.

Penerangan di Sela-Sela Pertunjukkan Wayang 

Memberikan penerangan kepada masyarakat, juga bisa dilakukan dengan menyelipannya ke dalam cerita pewayanga. Hal ini, sudah mulai dilakukan sejak masa dahulu, saat wayang kulit digunakan sebagai media untuk menyebarkan agama.

Di Museum Penerangan, terdapat beberapa contoh wayang sebagai media penyebaran informasi maupun untuk memberikan penerangan kepada masyarakat luas. Salah satunya adalah Wayang Suluh, yang bentuknya, baik potongan maupun pakaiannya mirip dengan orang dalam kehidupan sehari-hari. 

Wayang ini timbul pada masa perjuangan kemerdekaan yaitu tahun 1945–1949. Wayang Suluh berarti Wayang Penerangan, sedangkan arti dari kata suluh sendiri bisa pula dikatakan sebagai obor yang digunakan sebagai alat penerangan di tempat gelap. Lazimnya, wayang suluh terbuat dari kulit kerbau dan dibuat pertama kali pada tahun 1947 oleh Departemen Penerangan Republik Indonesia.

Tujuan dari pembuatan wayang ini adalah untuk penyuluhan yang sifatnya propaganda perjuangan agar Bangsa Indonesia bersemangat berjuang dalam rangka mempertahankan kemerdekaaan Republik Indonesia. Wayang suluh dibuat berdasarkan tokoh-tokoh perjuangan seperti Sukarno dan Hatta serta tokoh-tokoh Belanda

Jenis wayang kedua yang ada di Museum Penerangan adalah Wayang Wahono. Fungs wayang ini adalah menyampaikan penerangan kepada masyarakat terutama yang memeluk agama islam. Ceritanya sendiri menjelaskan persatuan dan kesatuan dengan harapan agar umat Islam mampu lebih mendalami dan menghayati agamanya serta waspada terhadap siapapun yang inginnn memecah belah persatuan dan kesatuan.

Kemudian, ada Wayang Wahyu. Munculnya Wayang Wahyu merupakan gagasan dari Booeder Timo Heus Wignyosubroto, seorang pastur dari Surakarta, yang pernah menyaksikan pergelaran wayang kulit pada tanggal 13 Oktober 1957 di Himpunan Budaya Surakarta (HBS) yang dilakukan oleh dalang MM. Atmowijoyo dengan mengambil lakon ”Dawud Mendapat Wahyu Kraton” yang diambil dari dari kitab suci Perjanjian Lama. 

Adapun wayang memakai peranan Dawud ialah Bambang Wijanarko dan Goliath memakai Kumbokarno. Hal itu membuat perasaan kurang serasi. Pada tahun 1959, setelah diadakan tukar pikiran dengan MM. Atmowijoyo, R. Roesradi Wijoyosawarno dan J. Soetarmo, mulai didapat kata sepakat untuk merealisasikannya. Wayangnya dibuat oleh R.Roesradi pada tahun 1960. 

Lakon maupun sumber dari wayang Wahyu dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan Baru, dimana didalamnya tertulis wahyu-wahyu atau firman-firman Tuhan. Cerita wayang kulit Wahyu dimulai dari Nabi Adam dan Siti Hawa berada di surga diganggu oleh setan sehingga diturunkan ke dunia. Wayang ini dibuat untuk kepentingan visualisasi agama Katolik dan dipentaskan setiap hari besar katolik.

Demikianlah, ternyata media wayang cukup ampuh digunakan sebagai penerangan kepada masyarakat luas. Wayang, selain sebuah tontonan, juga bisa menjadi tuntutan, terkait dengan isi cerita yang sarat dengan makna.

Mesin Cetak Lawas

Di museum ini, kita juga bisa menyaksikan berbagai macam koleksi mesin cetak yang berusia tua dan tentunya memiliki sejarah bagi perkembangan dunia penerangan di Indonesia. Koleksi-koleksi ini menempati ruangan di lantai satu bangunan museum.

Salah satunya adalah yang dinamakan mesin cetak tinggi. Mesin ini, pada masa perjuangan, mempunyai andil besar dalam mencetak beberapa dokumen Negara Republik Indonesia, poster-poster penggalangan persatuan, Oeang Republik Indonesia (ORI) dan pidato-pidato Preseiden Republik Indonesia yang disebarluaskan ke masyarakat. Mesin ini memiliki kemampuan cetak sampai 1.500 eksemplar per jam. Mesin cetak buatan Jerman barat ini mulai digunakan Percetakan Negara Republik Indonesia pada tahun 1945.

Di ruangan sama, terdapat sebuah mesin berukuran cukup besar, dinamakan mesin Opmak.. mesin ini merupakan tempat untuk menyusun tata letak halaman-halaman suatu naskah, antara lain pernah digunakan menyusun pengumuman-pengumuman proklamasi kemerdekaan dan lembaran negara Republik Indonesia. Mesin ini mulau digunakan oleh Percetakan Negara RI pada 1945.

Kemudian ada sebuah mesin cetak yang dipergunakan untuk mencoba naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia dan poster-poster yang berhubungan dengan perjuangan kemerdekaan bangsa. Mesin ini merupakan alat coba naskah yang sudah di set untuk kepentingan koreksi.

Selanjutnya, ada sebuah mesin yang berfungsi untuk menyusun naskah-naskah yang akan dicetak. Mesin ini, dinamakan sebagai mesin setting dan pernah digunakan untuk berbagai keperluan cetak dokumen-dokumen penting negara. Adapula sebuah mesin cetak khusus merk Kuco dari Belanda dengan tanggal pembuatan tahun 1953. Mesin cetak ini berfungsi mencetak huruf jawa, bugis, batak dan arab.

Selain yang terdapat di dalam ruangan ini, ada pula koleksi mesin cetak yang dipajang di bagian luar atau di halaman bangunan MuseumPenerangan. Mesin cetak tersebut disebut dengan mesin cetak tiga zaman, dikarenakan mesin cetak tersebut digunakan dari tahun 1928-1952, sejak zaman pendudukan Belanda, Jepang sampai pada masa kemerdekaan.

Rupa-Rupa Mesin Ketik Klasik


Dalam dunia perkantoran, setidaknya satu dekade lalu, penggunaan mesin tik banyak digunakan di kantor-kantor maupun perusahaan. Namun saat ini, penggunaan mesin tik agaknya sudah mulai tergeser oleh komputer maupun laptop. Namun, setidaknya, keberadaan mesin tik pernah menjadi fenomena besar dalam dunia perkantoran.

Mesin tik punya perjalanan panjang dalam sejarahnya. Mula-mula, diciptakan oleh Christoper L Scholes pada tahun 1714. Sholes kemudian bekerja sama dengan Carlos Clidden dan Samuel W. Soule karena mereka menganggap mesin tik harus dimaksimalkan lagi penggunaannya. Sejak saat itu, mesin tik terus mengalami perkembangan, terutama yang paling Nampak dari segi bentuknya.

Pada 1868
, didapatlah hak patent untuk penemuan baru ini dan pada tahun 1974 untuk pertama kalinya mesin ketik dipamerkan di pasar-pasar, tetapi yang dipamerkan itu bentuknya dianggap masih kurang bagus. Salah satunya, bentuk hurufnya yang dinilai masih kurang maksimal karena masih menggunakan huruf capital semua.

Baru pada 1877 dibuatlah mesin tik yang memakai huruf besar dan huruf kecil. 13 tahun kemudian, Remington Company sudah dapat membuat mesin tik yang memenuhi syarat-syarat untuk dipakai di kantor-kantor.

Pada 1890, mesin-mesin ketik sudah membanjiri kantor-kantor dan perusahaan-perusahaan. Merk dari mesin tik banyak sekali, diantaranya IBM (Internasional Bussiness machines), Smith Corona, Olympia, Olivetti, Continental, Oliver, Siemog, Adler, Vios dan lain-lain.
 Mulai saat itulah terjadi perubahan baru, di mana pra klerek menulis surat-surat atau laporan-laporan tidak lagi memakai tangan, melainkan sudah ditulis dengan mesin tik.

Di Museum Penerangan,disajikan berbagai jenis mesin tik dengan macam-macam bentuk, ukuran dan fungsi.  Pertama, ada sebuah mesin ketik yang fungsinya untuk membuat dokumen dengan menggunakan bahasa arab. Mesin ketik ini digunakan Direktorat Penerangan Luar Negeri untuk mengetik naskah-naskah majalah “El Youm” dan bulletin ‘Al Adwa a’la ahdast”. Kedua penebitan tersebut, berisi berita-berita budaya dan kegiatan-kegiatan serta hasil-hasil pembangunan untuk selanjutnya disebarluaskan ke kedutaan-kedutaan Indonesia di negara-negara di kawasan Timur Tengah dan negara-negara Islam lainnya.

Adalagi sebuah mesin yang cukup unik, baik dari segi maupun fungsinya. Mesin ketik tersebut, digunakan untuk mengetik dokumen atau naskah dengan menggunakan bahasa arab, maka mesin ketik ini disebut dengan mesin ketik huruf Jawa.  Mesin ini mulai dipakai sejak tahun 1917 oleh Keraton Surakarta. Oleh pihak kraton, mesin ini digunakan diantaranya untuk mengetik surat-menyurat, surat-surat keputusan (Kekancingan Dalem), pengumuman resmi mengenai Titah ingkang Sinuhun untuk masyarakat luas dan berbagai laporan proses pengadilan. Pada masa kemerdekaan, mesin ketik ini digunakan untuk mengetik pengumuman-pengumuman pemerintah dengan huruf jawa yang disebarluaskan untuk daerah Jawa Tengan dan Jawa Timur sampai dengan tahun 1960.

Nah, tertarik untuk belajar sejarah penerangan dari masa ke masa serta bagaimana kiprah perjalanan dunia pers di tanah air? Sempatkanlah waktu luang Anda untuk datang ke tempat ini, selagi Anda berekreasi ke kawasan TMII. Museum ini buka dari hari Senin-Minggu, pukul 08.00 WIB-16.00 WIB (Feryanto Hadi)

Baca selanjutnya ..
Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini